Dating App's | 1

1.6K 202 30
                                    

Yeri, 21 tahun, sedang menjalani kuliah semester akhirnya di salah satu Universitas dibilangan Jakarta. Lalu Jeka, crazy rich yang gila jika sudah menyangkut manusia yang mampu menarik perhatiannya. Dan entah kesialan atau keberuntungan, Yeri yang tengah dilanda kebosanan akhirnya memainkan aplikasi perdatingan yang di unduh oleh Joy pada ponselnya malah mendapatkan swipe kanan dari Jeka si CEO luar biasa tampan yang anehnya tidak diketahui Yeri alias perempuan dengan tinggi 157 cm itu tidak mengetahui bahwa pria yang sejak beberapa hari tengah berkirim pesan dengannya itu adalah seorang konglomerat berdarah biru.

"Yer!" Joy, senior yang tengah menjalani program pasca sarjana Manajemen itu berdiri dengan tangan bersedekap di depan dada. "Ngelamunin apa?"

"Oh, ini lagi mikir mau chat dosen apa." Balas Yeri yang tidak sepenuhnya berbohong karena perempuan manis itu memang juga tengah memikirkan kalimat yang tepat untuk ia kirimkan pada Dosen Pembimbingnya.

"Itu gimana?" Kalimat tanya yang sarat akan godaan dari Joy kembali terlontar. "Udah ada perkembangan belum? Doi nggak ngajak lo ketemuan Dek?"

"Ya ampun Kak, baru kenal 4 hari!" Keluh Yeri yang sialnya juga tengah berusaha menahan diri agar tidak bersemu. Malu juga mendapati jika sejak 4 hari lalu dirinya menjadi bulan-bulanan Joy, Soohyun dan tiga yang lainnya.

"Hey, banyak loh yang kenal di Tendor baru satu hari tapi udah meet up." Balas Joy dengan akhiran tawa renyah. "Lagian kalian sama-sama berdomisili di Jakarta. Cuma bedanya si dia di Pusat, lo di Selatan."

"Ya kan gue nggak mungkin minta duluan Kak. Malu kali."

"Ya elah, hari gini masih malu. Santai aja sih, kalian juga asik-asik aja kan sejak move ke whotsapp." Balas Joy lagi dengan gerakan tangan acak.

"Hmm, ya—" kalimat Yeri terhenti ketika dering dari ponselnya berbunyi nyaring.

"Cie, di telpon ayang Tendor." Ledek Joy sebelum mendudukan bokongnya di pinggiran ranjang rendah Yeri karena ingin mendengarkan si bontot.

Memberenggutkan bibirnya sekejap, Yeri memilih untuk mengangkat panggilan yang masuk setelah menambahkan juluran lidah pada perempuan yang lebih tua 3 tahun itu.

"Ya Kak?" Sapa Yeri dengan mata yang masih tertumbuk luruh pada Joy— yang asik memandanginya dengan raut meledek.

"Lo di kosan?" Yeri mengabaikan gerakan kepala Joy ketika pertanyaan dari Jeka terlontar lembut.

"Hmm, iya kok. Gue di kosan. Kenapa Kak?"

"Udah makan?" Rona kemerahan mulai menjalari wajah Yeri yang dengan mudah dikenali oleh Joy. Sontak saja perempuan pengisi kamar di sebelahnya itu menggerak-gerakkan kedua alisnya untuk menggoda Yeri.

"Udah kok. Inikan udah jam 3, jadi makan siangnya udah lewat dari tadi."

"Kirain belum. Lo kan selalu ngundur-ngundur jam makan." Wajah Yeri semakin memerah setelah keluhan bernada lembut yang Jeka sampaikan masuk lebih dalam ke benaknya.

"Eh nggak kok. Gue makan selalu teratur." Elak Yeri yang dibalas akting muntah dari Joy.

"Ya udah, cuma mau tanya aja karena chat gue dari tadi belum dibalas. Kirain lo kenapa-kenapa."

"Nggak apa-apa kok gue." Cicit Yeri pelan bersamaan dengan gerakan membelakangi Joy karena demi Tuhan Yeri tak ingin Joy semakin memiliki banyak bahan untuk menggodanya.

"Ya udah, gue tutup ya. Habis ini gue harus lanjut kerja."

"Hmm, semangat kerjanya."

taleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang