Chapter 8

4.1K 222 1
                                    

Langit sudah menghitam. Sebentar lagi hujan turun. Udara dingin sudah mulai berhembus menusuk tulang.

Digo masih melantai alias tiduran di lantai ruang tengah rumah Sisi.

"Lo kalo mau tidur, pulang sana napa?" tanya Sisi masih sibuk dengan laptop nya.

"Kan gue nemenin lo ngerjain tugas," sahut Digo enteng.

"Gue bisa sendiri kok. Lagian lo kan ambil jurusan kedokteran, mana bisa bantuin tugas gue?" cibir Sisi.

"Siapa juga yang mau bantuin lo? Orang gue bilang nemenin," Digo meleletkan lidahnya meledek Sisi.

"Siapa juga yang mau lo temenin?"

"Elo!"

"Enak aja! Kapan gue minta lo temenin?"

"Bukan lo, tapi Mama lo!"

"Ih... Alasan lo selain itu emang gak ada ya?"

"Ada!"

"Apa?"

"Biar lo fokus belajarnya. Gak diganggu sama si Kendedes atau sama si Brambang itu," sahut Digo cuek.

"Suka-suka gue dong!" Sisi meleletkan lidahnya membuat Digo menautkan alis tebalnya.

"Si, bikinin makan kek. Laper nih," suruh Digo. Wajahnya memelas.

"Naaah... Ketauan kan kenapa lo gak pulang-pulang?"

"Hehehe.... Tau aja... Please bikinin dong... Apa aja deh," pinta Digo, wajahnya penuh permohonan.

"Gue kan lagi ngerjain tugas, Digo. Lagian kalo cuma mie instan, lo kan bisa bikin sendiri," protes Sisi cemberut.

"Yeee... Lo gimana sih? Kalo gue bikin sendiri, rasanya gak enak, Si. Tapi, kalo lo yang masakin, pasti enak," cengir Digo.

"Dasar lo pinter ngeles nya. Ya udah tungguin," meskipun sambil ngomel, Sisi tetap beranjak ke dapur membuatkan Digo mie instan.

Tidak sampai dua puluh menit, Sisi sudah kembali dengan semangkuk mie instan buatannya yang ditambahinya telur dan sayuran.

Digi yang melihat Sisi datang dengan semangkuk mie pesanannya segera mengulas senyum manis.

"Bener-bener lo sahabat gue yang paling te-o-pe be-ge-te deh.... Jadi makin sayang sama lo," cengir Digo.

Sisi mencibir mendengar kata-kata Digo. Ia kembali fokus pada layar laptopnya, sementara Digo sudah sibuk meniup-niup mie instan buatan Sisi yang ada di hadapannya.

...........

Kampus masih sepi ketika Sisi dan Digo beriringan berjalan ke fakultas ekonomi. Seperti biasa kalau sedang bareng begini, Digo selalu mengantarkan Sisi ke kelasnya dulu sebelum Digo melesat ke fakultasnya sendiri.

Tiba-tiba Sisi menghentikan langkahnya. Dilihatnya lima belas meter di depannya, Dims sedang duduk menekuri sebuah buku di depan kelasnya. Wajahnya terlihat serius. OMG.... Cakep banget!  Batin Sisi menghela nafasnya yang sempat terhenti karena melihat pemandangan di hadapannya.

Digo mengernyit melihat Sisi tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia mengikuti pandangan Sisi ke depan. Siapa cowok itu?

"Si, lo kenapa?" tanya Digo masih mengerutkan dahinya.

"Oh...eh... Ng...nggak ada apa apa... Kenapa? Hmmm.... Ya udah lo nganternya sampe sini aja. Gue bisa sendiri kok," sahut Sisi gugup setengah mengusir Digo.

Digo mengangguk dengan wajah keheranan, lalu berbalik meninggalkan Sisi.

Tapi rasa penasaran tidak membuat Digo menuruti Sisi begitu saja. Didekat loker Digo berhenti dan bersembunyi disana. Ia mengintip apa yang akan di lakukan Sisi. Kenapa Sisi menyuruhnya pergi.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang