Chapter 22

3.6K 219 0
                                    

Digo mengambil penerbangan siang, karena kasihan pada Damar jika harus mengatasi pasien yang meluber itu, meskipun Damar mengatakan sanggup sendiri, karena dokter pengganti baru datang besok.

Dan Damar akan menyusul besok dengan penerbangan pagi untuk menghadiri resepsi pernikahannya, dan kembali lusa.

Sekarang Digo sudah berada di dalam taksi menuju ke rumahnya. Maafin aku, Si. Ini bukan kemauanku, dan aku gak bisa menolak keputusan orang tua kita. Tapi jangan khawatir, aku akan melakukan yang terbaik buat kamu, sekalipun sakit buatku. Janji Digo dalam hatinya.

Digo tidak pernah mengerti, kenapa ia begitu mencintai Sisi. Padahal dulu, perasaan itu tak pernah terpikirkan olehnya. Tapi sekarang, apapun akan ia lakukan agar gadis itu bahagia meski bukan dengannya.

Taksi berhenti di depan rumahnya, dan Digo segera turun setelah membayar argo-nya.

Mamanya sudah berdiri di depan pintu menyambutnya dengan senyum bahagia.

Digo menghampiri orang yang sangat disayanginya itu dan memeluknya erat, mencium kedua pipinya dengan sayang. Maafin Digo, Ma, jika suatu saat nanti Digo mengambil keputusan yang akan mengecewakan Mama dan Papa.

Digo melangkah ke kamarnya dan merebahkan tubuh lelahnya ke kasur, lalu terlelap di sana.

...........

Suasana rumah Sisi dan Digo sama-sama heboh. Hari ini pernikahan akan dilangsungkan. Sisi sudah dirias dan terlihat sangat cantik, ditambah dengan balutan gaun pemgantin pilihannya, serta heels setinggi sembilan senti tidak membuatnya kesulitan.

Sementara Digo pun sudah siap untuk menjemput mempelainya. Jantungnya berdebar. Sisi pasti terlihat semakin cantik hari ini.

Acara berjalan dengan lancar dari awal hingga acara terakhir yaitu resepsi yang diadakan si sebuah hotel berbintang.

Banyak teman-teman mereka yang hadir dan memberikan selamat.

Hari ini berjalan seperti mimpi. Digo menjalani semua acara dengan perasaan melayang. Seperti seorang aktor, Digo melakoni prosesi pernikahannya dengan sempurna. Senyumnya bertebaran dimana-mana. Rona kebahagiaan membayang di raut wajahnya. Tidak ada yang tau seperti apa hatinya.

Sesekali diliriknya wajah cantik di sebelahnya. Dilihatnya Sisi terus menerus memasang senyum manisnya tapi kelelahan terlihat di sana. Ingin sekali Digo menyuruhnya istirahat. Tapi apa daya, mereka harus menyelesaikan resepsi ini hingga selesai.

..............

Kamar hotel ini terlihat begitu mewah, sengaja dipersiapkan untuk sepasang pengantin yang baru saja menikah. Dan disinilah Digo dan Sisi berada malam ini.

Setelah seharian diribetkan dengan prosesi pernikahan, akhirnya sekarang hanya tinggal mereka berdua.

Sebelum pulang, Papa Digo memberikan sebuah amplop sebagai hadiah mereka berdua.

Digo yang lebih dulu selesai mandi menuju ke sofa dan menyalakan televisi, sementara Sisi yang sudah selesai melepas jepit yang bertebaran di rambutnya dan menyisirnya agar tidak kusut, segera mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi.

Setengah jam kemudian, Sisi keluar dari kamar mandi dengan rambut setengan basah, lalu duduk di sofa di sebelah Digo.

"Mmm.... Si, ini hadiah dari Papa buat pernikahan kita," Digo mengulurkan amplop berwarna coklat itu pada Sisi.

Sisi menerima amplop tebal itu dan membukanya hati-hati.

(Bersambung)

Apa sih isi amplopnya?
Bom kali! Wkwkwk.....

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang