Digo melemparkan kunci mobilnya ke meja. Jalan-jalan nya bersama Sisi tidak seperti yang dibayangkan.
Digo, Sisi itu sahabat lo. Ngapain lo jadi kesal gini? Lagian si Kenzo itu kan teman SMP Sisi, ngapain lo ambil pusing? Toh Sisi bebas berteman dengan siapa aja! Batin Digo.
Dengan kesal Digo menghempaskan tubuhnya di sofa. Menutupi matanya dengan lengannya.
Kenapa perasaannya jadi aneh?
Tidak nyaman dengan keadaannya, Digo beranjak dari sofa menuju kamarnya. Dibukanya pintu menuju balkon, dan melangkah menuju tempat yang setiap malam digunakannya untuk menghilangkan kejenuhannya saat tugas kuliahnya bertumpuk.
Tidak juga merasa tenang, Digo menuju ke kolam renang di belakang rumahnya, duduk dipinggir kolam dan menceburkan kedua kakinya di sana.
Beberapa saat kemudian Digo bangkit lagi. Rasanya semua yang dilakukannya salah.
Akhirnya Digo meraih kunci mobilnya dan memacu mobilnya ke pinggiran kota dan termenung di sana. Meskipun itupun tidak mampu menenangkan hatinya.
........
Hari ini Sisi kuliah pagi dan cuma ada dua mata kuliah.
Sisi menaiki tangga menuju ke kelasnya di lantai dua.
"Siiii... Sisi..." terdengar teriakan Digo memanggilnya.
"Ish ... Apaan sih teriak-teriak? Ini kampus Pak, bukan lapangan bola!" gerutu Sisi melihat Digo yang ngos-ngosan berlari menghampirinya.
"Kok berangkat duluan sih?" tanya Digo.
"Lho bukannya lo kuliah siang? Rajin amat jam segini udah nongol aja di kampus?" Sisi balik nanya.
"Cuma satu mata kuliah ini! Lo tungguin gue ya? Ntar kita pulang bareng!" kata Digo menggoyang-goyangkan lengan Sisi seperti anak kecil minta permen pada ibunya.
"Ogah!" sahut Sisi mencibir.
"Lo kok gitu sih? Mau ya...ya? Ntar gue traktir deh..."
"Mmm... Ogah!"
"Si... Tungguin gue!" paksa Digo manyun.
"Lo kok gini amat? Udah ah...gue mau masuk! Ntar telat nih," ujar Sisi mencoba melepaskan pegangan Digo.
"Bilang dulu kalo lo mau tungguin gue!"
"Iya...iya... Gue tungguin lo! Puas?" Sisi mengiyakan dengan sewot.
"Naaa... Gitu baru... "
"Baru apa?"
"Baru...baru... Engg.... Baru gue lepasin tangan lo," jawab Digo gagap.
"Ya udah, gue masuk dulu!" Sisi meninggalkan Digo di tangga menuju ke kelasnya.
......
Digo keluar kelas dengan terburu-buru. Ia celingukan mencari Sisi.
Digo berjalan menuju tempat dimana Sisi biasa menunggunya.
Digo melihat Sisi disana, tapi....sama siapa tuh?
Lho itu kan si Tino? Ngapain Tino deketin Sisi? Sok akrab lagi! Batin Digo kesal bukan main.
Bergegas dihampirinya Sisi.
"Si, yuk pulang!" Digo menarik tangan Sisi menjauh dari Tino.
"Woi...woi...woi... Bro... Main tarik aja!" kata Tino menghalangi Digo.
"Heh emang Sisi pulang sama gue!" kata Digo gak peduli.
"Gue tau Sisi pulang sama lo! Tapi gak main tarik-tarik juga kalee..."
"Bodo amat!"
"Sisi kan masih ngobrol sama gue?*
" Emang gue pikirin? "
"Lo gak punya etika Bro?"
"Suka-suka gue!"
"Ih... Kalian berdua apaan sih? Kok jadi ribut gini?" lerai Sisi bingung.
"Dia duluan tuh" tuding Tino pada Digo.
"Enak aja! Lo tuh!" balas Digo.
"Udah... Udah... Kalian berdua tuh kaya anak kecil banget sih?" Sisi meninggalkan Digo dan Tino dengan kesal.
Melihat Sisi meninggalkannya, Digo langsung mengejarnya.
"Kok pergi sih?" kata Digo setelah berhasil menjajari langkah cepat Sisi.
"Daripada dengerin kalian berantem," jawab Sisi cuek.
"Gue gak berantem," kata Digo.
"Trus itu tadi apaan? Main dakon?" cibir Sisi terus melangkah.
"Cuma berdebat sedikit," ujar Digo lalu menarik tangan Sisi menghentikan langkahnya.
"Apaan sih lo? Lepasin gue!"
"Sisi, kok jadi ngambek sih?"
"Bodo!"
Digo menatap Sisi lama, sementara Sisi masih manyun.
Tiba-tiba Digo tersenyum lebar.
"Ngapain lo senyum?" tanya Sisi makin sewot.
"Gak pa pa... Lo kalo cemberut gitu ngegemesin. Lucu!" sahut Digo masih senyum-senyum gak jelas.
"Apaan sih lo!"
"Kok apaan sih? Lo tau lucu kan? Iya lucu! Kaya badut! Weee...." Digo tertawa meleletkan lidahnya.
"Awas lo ya!" teriak Sisi mencubit pinggang Digo.
Digo menghindar dan berlari menjauhi Sisi, maka jadilah mereka kejar-kejaran di sepanjang koridor kampus.
Tino yang melihat dari kejauhan cuma melongo.
(Bersambung)
![](https://img.wattpad.com/cover/27786986-288-k845681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
RandomKetika cinta datang, tak seorangpun bisa menolak. Pun ketika cinta hadir, tak seorangpun bisa menghindar. Cinta yang memilih kita, bukan kita yang memilih cinta.