Suasana ramai terlihat di halaman depan rumah Digo. Mobil mobil berjajar. Pesta pertunangan itu diadakan di halaman belakang rumah Digo.
Sisi sedang berada di kamar Digo dengan wajah pucatnya ketika Digo masuk.
"Lo kok pucet gitu sih? Kenapa?" tanya Digo cemas.
"Gue nervous nih. Kok lo bisa nyantai gitu sih?" tanya Sisi meremas-remas tangannya.
Digo memegang tangan Sisi yang dingin, menggenggamnya dan menyalurkan kehangatan dari sana.
"Mama minta kita ke halaman belakang sekarang. Acara sudah mau dimulai," kata Digo masih menggenggam tangan Sisi.
"Aduh.... Kabur aja yuk?" usul Sisi nyengir.
Pletakk!
Digo menjitak kepala Sisi pelan.
"Ngapain kabur? Gak usah kabur juga bakalan dinikahin," sahut Digo enteng.
"Maksud gue kabur biar gak jadi ditunangin!" sembur Sisi kesal balas menjitak kepala Digo.
"Lo gak mau tunangan sama gue? Tapi gue mau. Gimana dong?" Digo meleletkan lidahnya meledek Sisi.
"Digoooo.... Lo gak pernah bisa diajakin serius ya?" teriak Sisi kenceng ditelinga Digo.
"Aaaaaarrgh... Apa apaan sih lo? Budek nih kuping gue," pekik Digo menutup kupingnya yang pengang mendengar teriakan delapan oktaf Sisi.
"Udah ah, yuk kebelakang. Udah ditungguin tuh," ajak Sisi berubah kalem sambil menggandeng Digo dan memamerkan senyum manisnya.
Digo bengong melihat perubahan Sisi yang mendadak. Barusan ngotot teriak-teriak ngajakin kabur, sekarang dengan manisnya menggandengnya menuju ke acara pertunangan. Salah makan apa ni anak? Tanya Digo dalam hati sambil menatap Sisi heran.
Mereka berdua sampai di halaman belakang rumah Digo, di tempat acara pertunangan akan dilangsungkan.
Papa dan Mama Digo juga Mama Sisi tersenyum bahagia melihat keduanya berjalan ke arah mereka dengan saling bergenggaman tangan. Digo terlihat sangat melindungi Sisi.
Keduanya sampai di dekat orang tua mereka, disambut tepuk tangan meriah dari para undangan yang kebanyakan adalah relasi dari orang tua mereka.
MC yang memandu acara tersebut memulai ceremony pertunangan itu dengan sedikit sambutan dan disusul acara penyematan cincin.
Digo menahan nafas, mengambil cincin dengan lingkar jari yang lebih kecil dan menyematkannya di jari Sisi. Setelah cincin itu terpasang dengan sempurna, baru ia menghembuskan nafasnya lega.
Kemudian giliran Sisi mengambil cincin yang tersisa, menarik nafas dalam-dalam, menelusupkan cincin itu ke jari manis Digo dan membuang nafasnya perlahan saat cincin itu sudah bertengger manis di jari sahabatnya.
Suara tepuk tangan kembali terdengar riuh. Digo mengecup kening Sisi sekilas.
Sisi menunduk. Pa, semoga dengan ini, Papa bahagia dan tenang disana, bisik Sisi dalam hati. Mulai malam ini ia resmi bertunangan dengan sahabatnya.
..........
Sisi duduk sendiri di bangku depan kelasnya. Hari ini kuliah Pak Dani. Setelah itu ada kuis di kuliah Bu Andin. Sisi membaca ulang mata kuliah Bu Andin dan mulai berkonsentrasi.
"Sisi," sapa seseorang membuat Sisi menengadah melihat ke arah suara yang memanggilnya.
"Dims?" mata Sisi membulat.
Dims tersenyum dan duduk di sebelah Sisi.
"Jangan bilang Pak Dani gak masuk lagi," tebak Sisi.
"Yup!" Dims mengangguk tersenyum lagi memamerkan lesung pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
RandomKetika cinta datang, tak seorangpun bisa menolak. Pun ketika cinta hadir, tak seorangpun bisa menghindar. Cinta yang memilih kita, bukan kita yang memilih cinta.