Chapter 12

3.1K 207 0
                                    

Digo mondar-mandir di dekat mobilnya, menunggu Sisi yang seharusnya sudah menunggunya di dekat parkiran. Tetapi Sisi belum juga kelihatan.

Kemana tuh anak? Biasanya sudah nunggu dekat parkiran dengan muka bete nya. Tapi sekarang malah gue yang dibikin bete. Seharusnya Sisi sudah keluar setengah jam yang lalu. Iih... Tuh anak ngeselin banget! Gerutu Digo dalam hatinya dengan muka cemberut.

Tak lama Digo melihat sosok mungil dengan setengah berlari menuju ke arahnya.

"Heh unyil, dari mana aja lo? Jam berapa nih," omel Digo mendelik ke arah Sisi yang nyengir di depannya.

"Maaf... Gini loh ucrit, tadi gue ada perlu sama Dims sebentar," terang Sisi sambil membetulkan tas nya yang melorot.

"Dims? Ngapain lo sama Dims?" selidik Digo langsung kepo.

"Diiih... Biasa aja keles... Orang Dims cuma minta tolong sama gue doang," cibir Sisi melirik Digo.

"Minta tolong apaan?" tanya Digo lagi.

"Cuma minta dibantuin cari referensi buat skripsinya," sahut Sisi sambil membenahi rambutnya.

"Tunggu...tunggu.... Dia asdos itu kan? Ngapain minta bantuan lo?" Digo menyipitkan matanya curiga.

"Tau!" jawab Sisi mengedikkan bahunya.

"Inget ya Si, sekarang lo tunangan gue! Jadi lo udah gak boleh nempel sana sini lagi!" tegas Digo memperingatkan.

"Heh... Lo kalo ngomong dipikir dulu napa? Mana pernah gue nempel-nempel sana sini? Palingan juga lo!" sembur Sisi sebal.

"Gue? Idih...gak ya," Digo bersedekap menatap Sisi lurus.

"Udah ah. Pulang gak nih? Panas tau!" seru Sisi membuka pintu mobil Digo dan duduk. Digo menyusul masuk. Segera setelahnya mereka sudah berbaur dengan padatnya lalu lintas.

"Si, nanti sampe rumah lo, bikinin gue spagetti ya... Kaya yang pernah lo bikinin dulu," pinta Digo melirik Sisi yang masih manyun karena kesal.

"Ogah! Enak di elo dong!" sahut Sisi mencibir.

"Huuuuft... Kasiaaaan gueee.... Punya tunangan gak ada perhatian perhatiannya.... Nasiiib...." Digo pura pura mengeluh.

Sisi segera memukul bahu Digo.

"Terus aja ledekin gue. Siapa suruh mau jadi tunangan gue?" omel Sisi manyun.

Digo terdiam. Difokuskannya pandangan matanya ke lalu lintas dihadapannya. Lalu diputarnya musik lembut yang langsung memenuhi seluruh ruang mobilnya.

Girl when you hold me
How you control me
You bend and you fold me
Any way you please

It must be easy for you
To love the things that you do
But just a pastime for you
I could never be

And I never know girl
If I should stay or go
Cos the games that you play
Are driving me away...

Don't love me for fun girl
Let me be the one girl
Love me for a reason
Let the reason be love
Don't love me for fun, girl
Let me be the one, girl
Love me for a reason
Let the reason be love

Kisses and caresses
Are only minor tests, babe
Of love turned to stresses
Between a woman and a man
So if love everlasting
Isn't what you're asking
I'll have to pass, girl
I'm proud to take a stand

I can't continue guessing
Because it's only messing
With my pride, and my mind
So write down this time to time

Don't love me for fun, girl
Let me be the one, girl
Love me for a reason
Let the reason be love
Don't love me for fun, girl
Let me be the one, girl
Love me for a reason
Let the reason be love

I'm just a little old-fashioned
It takes more than a physical attraction
My initial reaction is
Honey give me a love
Not a fascimile of

Don't love me for fun, girl
Let me be the one, girl
Love me for a reason
Let the reason be love
Don't love me for fun, girl
Let me be the one, girl
Love me for a reason
Let the reason be love

Sisi melirik Digo sejenak, sahabat sekaligus tunangannya itu masih tetap diam dan menatap lurus ke depan. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Digo, kok diem aja sih?" usik Sisi tidak suka dengan kediaman mereka.

Digo melirik sekilas, kemudian kembali fokus ke jalan raya.

"Digoooo.... Kenapa sih lo?" Sisi memandang ke arah Digo.

Digo hanya menoleh sebentar. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Lalu mengembalikan konsentrasinya pada jalanan.

Sisi mematikan CD player mobil Digo.

"DIGOOOOOO.......," teriak Sisi melengking di dekat telinga Digo.

"Aaaaaarrrgh..... Kuping gueeee.... Si, lo mau bikin gue budek ya?" sembur Digo menutup sebelah telinganya yang pengang karena teriakan nyaring Sisi.

"Bodo! Siapa suruh lo nyuekin gue?" cibir Sisi. Puas rasanya melihat Digo ngamuk-ngamuk.

Digo kesal. Ni anak pengen dijitak kali ya! Rutuk Digo melirik Sisi dengan gemas. Tiba-tiba Digo tersenyum jahil. Digo menghentikan mobilnya dipinggir jalan di bawah pohon dekat taman rumah Sisi.

Sisi mengernyit.

"Kenapa berhenti di sini?"

Digo mematikan mesin mobilnya dan menghadap Sisi, lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Sisi. Sisi membulatkan matanya. Jantungnya berdetak lebih cepat.

"Lo mau ngapain?" tanya Sisi mengerutkan tubuhnya hingga menempel ke pintu mobil.

"Hmm....gue gak cuekin lo kok. Malah gue sayang sama lo. Lo kan tunangan gue," Digo terus maju semakin mendekat. Dalam hatinya tertawa melihat Sisi yang ketakutan hingga mengkerut terjepit diantara jok, pintu dan dirinya.

Tanpa sadar Sisi menekan tuas di sisi jok yang didudukinya hingga ia memekik kaget karena sandaran jok nya mendadak turun menyandar ke belakang sehingga posisinya sekarang jadi setengah rebah.

Sisi panik karena Digo tidak juga menjauh darinya, tetapi makin mendekat.

Kini wajah mereka tinggal beberapa senti saja. Digo mendadak terdiam. Jantungnya berulah. Sementara itu Sisi yang merasakan hidung Digo menempel pada hidungnya langsung memejamkan matanya, ngeri membayangkan apa yang akan terjadi kemudian. Dadanya berdegup sangat cepat.

Tiba-tiba Digo menarik tubuhnya menjauh dan tertawa terpingkal-pingkal.

"Hahaha... Muka lo lucu, Si! Hahaha.... Sumpah... Ngapain lo merem-merem gitu?" Digo masih tertawa keras, meskipun jantungnya masih berdebar melihat Sisi begitu dekat tadi.

"Dasar sinting! Lo bikin jantung gue mau copot tau!" sembur Sisi sadar sudah sukses dikerjain Digo.

"Hahaha... Salah sendiri, siapa suruh mau jadi tunangan gue," balas Digo menirukan kata-kata Sisi.

Sisi manyun, membuat Digo gemas dan mencubit pipi chubby itu.

"Sakiiiit Digo! Coba nih kamu sendiri yang dicubit," Sisi mengulurkan tangannya mencubit pipi Digo keras.

"Aaaaaww.... Sakit Si!" teriaknya menepis tangan Sisi dari pipinya.

"Tuh sakit kan? Makanya sebelum lo nyubit, cubit diri lo sendiri!" cibir Sisi melirik Digo sambil menahan senyumnya.

(Bersambung)

Hadeh... Injek rem yang kuaaaat...
Fiuuh... Hampir aja nempel tuh bibir....
Hehehe.... #garukkepala

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang