Halaman kampus nampak sudah sepi. Hanya beberapa mahasiswa yang datang. Digo mengayun langkahnya ke kelas. Mukanya terlihat bimbang. Ia bingung dengan keputusan orang tuanya yang mendadak menjodohkannya dengan Sisi. Sementara hatinya yang lain merasa lega karena ia tidak perlu bersaing dengan sekian banyak cowok yang ingin meraih hati Sisi. Tapi, apa ia mencintai Sisi? Ia memang sayang pada Sisi. Tapi cinta? Dan... bagaimana dengan Sisi sendiri? Apa Sisi menyukainya? Mencintainya? Atau Sisi mencintai orang lain?
Aaaaaaarrghh.... Digo mengacak rambutnya kesal.
"Ngapain lo? Kumat?" tegur Genta melihat polah Digo yang aneh.
"Obat gue abis!" sahut Digo cuek lalu duduk di bangkunya.
"Kenapa sih?" Genta menyusul duduk di sebelah Digo.
"Gue dijodohin sama Sisi!" gumam Digo pelan tapi cukup keras di telinga Genta.
"Akhirnyaaaa...." seru Genta bertepuk tangan.
"Ngapain lo? Sarap?" tanya Digo melirik Genta yang kegirangan.
"Ehmm.... Dikit... Tapi serius lo dijodohin sama Sisi?"
Digo mengangguk menopang dagunya menatap Genta yang senyum-senyum gak jelas.
"Udah... Ngapain lo pikirin dalem-dalem? Lo kan cinta mati sama Sisi. Kesempatan kan buat lo ngalahin saingan-saingan lo?"
"Emang gue cinta mati sama Sisi?" Digo bertanya pada Genta yang sekarang melongo mendengar pertanyaan Digo.
"Orang bisu aja bisa liat kali kalo lo suka sama Sisi!"
"Yee... Emang orang bisu kan bisa liat? Gimana sih lo? Bikin perumpamaan jauh amat?"
"Hehehe.... Maksud gue, anak kecil aja tau kalo elo cinta mati sama Sisi," ralat Genta nyengir. Hehehe... Ia salah ngasih perumpamaan...hihihi...
"Emang iya? Keliatan?" tanya Digo gak percaya.
"Kalo elo gak cinta sama Sisi, ngapain lo marah-marah gak jelas tiap kali Sisi deket sama cowok lain? Trus, ngapain juga lo sewot kalo Sisi gak mau pulang bareng lo? Dan satu lagi, ngapain lo hobby banget ngintilin Sisi?" lama kelamaan Genta jengkel juga dengan kebloonan Digo. Digo emang jago di sembarang mata kuliah. Tapi ternyata bloon di urusan hati. Digo... Digo.... Kasian amat lo? Gumam Genta membatin.
Digo termangu mendengar cerocosan Genta. Rasanya semua yang dibilang Genta bener. Apa bener ia jatuh cinta sama Sisi? Mulai kapan? Digo mengacak-acak rambutnya lagi.
.......
Siang ini Sisi dan Digo sedang dalam perjalanan menuju butik teman Mama Sisi.
Sesampai disana, Mama Sisi dan mama Digo sudah menunggu mereka.
"Lama amat sih kalian? Ngapain dulu?" omel Mama Sisi begitu mereka mendekat.
"Lah... Macet Ma..." sahut Sisi manyun.
Digo yang melihat Sisi manyun diam-diam tersenyum. Sisi lucu kalo lagi manyun.
Sisi ditarik Mama nya ke ruang fitting baju. Disana sudah ada empat baju pilihan Mama Digo untuk dicoba Sisi.
Sisi masuk ke ruang ganti. Tak lama kemudian ia keluar dengan gaun yang pertama. Gaun berwarna soft blue dengan potongan leher tinggi, tanpa lengan, dan bagian bawah sempit lalu berujung seperti ekor.
Gaun kedua dicoba Sisi berwarna baby pink bermodel bustier dengan bagian bawah lebar menyapu lantai.
Gaun ketiga berwarna keemasan, modelnya mewah dan anggun. Kemudian gaun keempat, berwarna merah, berpotongan simple, namun terlihat pas membalut tubuh Sisi.
Sisi berputar sekali, membuat Digo mengerjapkan matanya berkali-kali. Sisi cantik sekali memakai gaun itu.
"Gimana, Digo? Kamu suka yang mana?" tanya Mama Sisi menepuk bahu Digo yang masih bengong menatap Sisi.
"Oh...eh...anu...itu Tan, yang merah aja," jawab Digo terbata. Pandangannya tidak lepas dari Sisi. Huuuuuufft.... Sudah berapa kali ia memuji Sisi hari ini? Sepertinya ia punya hobby baru, yaitu memuji dan kagum pada Sisi yang makin lama makin terlihat sempurna dimatanya.
Selesai dengan urusan gaun pertunangan, kedua Mama mereka mengajak untuk makan siang di sebuah pusat perbelanjaan. Setelah itu mereka dibawa ke sebuah toko perhiasan untuk memilih cincin pertunangan mereka.
Digo hanya mengangguk setuju ketika Sisi menunjuk sepasang cincin yang terbuat dari emas putih dengan lima berlian kecil tertanam sebagai hiasannya. Sederhana, tetapi elegan.
Lagi-lagi Digo memuji selera Sisi dalam memilih cincin pertunangan mereka. Meskipun Sisi tidak menyetujui pertunangan itu, tapi ia sangat kooperatif dengan kedua Mama mereka.
"Digo, kamu antar Sisi pulang. Sepertinya Sisi sudah capek. Mama mau urus catering dulu," ujar Mama Digo yang diamini oleh mama Sisi sambil tersenyum.
Digo mengangguk dan meraih tangan Sisi berjalan menuju mobilnya.
"Mereka serasi ya Jeng Mita," Digo dan Sisi masih mendengar komentar Mama Digo saat mereka berlalu dari sana.
Sisi melirik ke arah Digo yang masih menggandengnya, menarik pelan keluar dari pusat perbelanjaan itu.
"Kenapa? Bete?" tanya Digo melirik Sisi saat mereka sudah berada di dalam mobil dan melaju membaur di padatnya jalan raya.
"Gue capek, bete, pusing sama semua ini. Kenapa sih mereka semangat banget ngurusin pertunangan ini? Gak tau apa kalo gue itu masih pengen nikmatin masa muda gue?" gerutu Sisi terdengar sangat kesal.
Digo maklum dengan kondisi itu. Tapi keputusan kedua orang tuanya dan Tante Mita sudah mutlak. Dan semua itu didasari amanat dari almarhum Om Erik, Papa Sisi.
Digo mengarahkan mobilnya ke luar kota. Dan berhenti di sebuah danau kecil yang terletak di pinggir kota. Mereka berdua duduk di sebuah batang pohon tumbang, memandang lurus ke arah danau.
"Kalo lo mau teriak, teriak aja. Keluarin semua beban dihati lo. Teriak yang kenceng, itu akan membuat lo setidaknya sedikit lega," kata Digo yang sangat memaklumi gadis di sampingnya ini.
Sisi menoleh menatap Digo, lalu berdiri, berjalan perlahan mendekat ke tepi danau.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa.............. Gue beteeeeeeeeee.........," teriak Sisi setelah menarik nafas dalam dalam.
Digo berdiri mendekat. Ia tersenyum dan merangkul pundak Sisi lembut. Sisi menyandarkan kepalanya di bahu Digo, dan Digo membelainya lembut.
Waktu terus bergulir. Matahari sudah condong ke barat, sebentar lagi ia akan ke peraduannya dan digantikan dengan Bulan yang muncul diikuti para bintang.
Sisi dan Digo masih disitu, enggan untuk beranjak. Sisi memejamkan matanya, berusaha menerima keputusan Mama nya dan orang tua Digo. Toh ia sudah punya rasa sayang buat Digo. Mungkin cinta itu bisa tumbuh seiring dengan berjalan nya waktu.
(Bersambung)
Hadeeeh.... Tiap bikin cerita, pasti gini deh... Kalo otak sama hati lagi gak nyambung, yang ada ceritanya jadi ngaco....
Hehehe....
![](https://img.wattpad.com/cover/27786986-288-k845681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
De TodoKetika cinta datang, tak seorangpun bisa menolak. Pun ketika cinta hadir, tak seorangpun bisa menghindar. Cinta yang memilih kita, bukan kita yang memilih cinta.