Say Holla!
Suasana di panti begitu kalang kabut. Makanala suster Nam Sara telah kembali dari rumah sakit karena segala keterpaksaannya, tapi bagaimanapun wanita tersebut masihlah harus mendapatkan perawatan.
Hanya ada dua sosok yang tengah berbincang serius di teras panti.
⚊ Sekon berikut Suster Nam menatap tajam Suster Eunha yang kini mengerucutkan bibirnya sebal.
" Maaf Eonni, aku tidak tahu tau. Bocah itu sudah kumasukan gudang, namun tiba-tiba Tuan muda Kim Taehyung dan rekannya entah mengapa bisa sampai datang kemari dan ingin berjumpa sebentar dengannya. " Mendengar kalimat itu, suster Nam semakin naik pitam.
" Namun, aku sungguh terkejut kala melihat kepala anak itu yang telah berdarah, mungkin anak-anak panti sempat mencelakainya. Hingga karena di temukan dalam keadaan sekarat, Tuan Kim Taehyung tanpa ba bi bu langsung membawanya pergi ke ⚊
" Bodoh, aku itu satu rumah sakit dengan si Idiot, dan ketika Aku hendak menemuinya, bocah itu sudah tidak berada di kamar rawat, sialan kemana perginya bocah itu, dia sedang sekarat mana mungkin bisa pergi jauh." Ia mengigit telunjuk kasar, namun bukan perasaan khawatir ataupun cemas.
" Bukankah itu bagus Eonni, dirinya pergi dari panti ini kita tidak akan Terbebani tuh? " Celetuk suster Eunha dengan girang.
" Terbebani matamu, kau bilang dia beban hah? " Alis suster Nam terangkat ia tatap tajam perempuan yang jauh lebih muda.
" Jika anak kecil itu tidak berada di sini, siapa yang akan membersihkan seluruh bagian dan halaman panti hah, memangnya kau ?! "
" Beberapa bulan bocah itu diangkat oleh istri konglomerat Kim itu, bukankah kau tampak lebih kerepotan dari biasanya? "
Ah iya juga ya.
" Karena sejak kehadiran bocah dungu itu pun, entah bagaimana bisa orang-orang berduit banyak membuang uang secara percuma untuk memberikan santunan kepada si Idiot dengan jumlah yang luar biasa besar. "
Sejenak suster Eunha berpikir bahwa perkataan wanita yang jauh lebih dewasa darinya memang begitu benar.
Jikalau saja Kookoo tidak bekerja keras menggantikan tugasnya untuk membersihkan panti, Suster Eunha benar-benar kelimpungan dan begitu terbebani.
Terlebih untuk ungkapan kedua yang suster Nam Sara katakan, bocah itu memang selalu mendapatkan perhatian lebih oleh para donatur panti yang biasa membuang uang mereka secara percuma.
" Lalu, dimana anak itu? "
" Ya aing teu ngarti anjir. " Balasnya sewot.
" Oleh karena itu aku pulang ke panti untuk memastikan bahwa ia berada diisini atau tidak, Aku sudah meminta bantuan ke beberapa petugas rumah sakit guna mencari keberadaannya namun, di seluruh penjuru rumah sakit dia justru tidak ada?! "