Say 'Holla' to Kookoo
Open hujat author yang ngaret update.
" Koo di tinggal lagi, lagi, dan lagi. " Ucapnya dengan suara begitu lirih.
⚊ Di teras panti, bocah itu berdiri alif mematung seorang diri, memandang penuh perasaan tak rela dua mobil hitam mewah yang kini mulai menghilang usai tertelan gerbang.
Itu orang-orang Jordan omong omong.
Mereka di tugaskan mengantar si anak laki-laki tersebut hingga aman dan selamat pada sudut kota Busan.
Lantas? Jordan?
Pria itu sudah lepas landas menuju Tokyo.
Karena salah satu maid yang mengatakan hal demikian kepada Kookoo saat dirinya baru saja terbangun dari tidur.
" Papa Jordan tidak bohong kan mau jemput Koo di panti ini, mau sayang Koo, mau beri Koo Mama dan Kakak. "
Bocah itu memilin-milin pelan piyama dengan motif bintang bintang kecil tersebut.
" Koo lelah kalau harus menunggu lagi, lelah sekali sungguh. " Ia meletakkan dagu-nya pasrah diatas kepala Tata yang tengah ia peluk erat.
Mata bulat yang memancarkan sorot menggemaskan mulai rapat terpejam.
Meskipun panti ini ialah tempat anak itu di besarkan, semenjak dirinya di buang layaknya seongok sampah.
Namun kurun waktu kurang lebih dua belas tahun, tempat ini tak pernah Kookoo sebut sebuah rumah.
Duabelas tahun hidup pula anak itu bahkan tak kenal yang namanya tempat berpulang, kalaupun menyesap sesuap kasih sayang, itupun berakhir akan hilang dalam jangka waktu yang tak panjang.
Bocah itu mendongkak, menatap langit pagi milik Busan yang agaknya mulai menghitam. " Mama Angel, Kakak Jimin'ie, Adek mau bertemu, rindu sekali ini. "
Hingga, langkah tak seberapa itu perlahan-lahan membawa si kecil ringkih menapaki halaman luas panti, embun masih terasa pada rerumputan hijau yang anak itu pijak.
Mengamati sekeliling yang masih di rundung sepi, hingga memberanikan diri untuk mendekati gerbang hitam yang tak tertutup rapat.
" Tata, mau pergi ke Seoul tidak? " Lirihnya dengan suara begitu parau, mengajak bicara boneka kumal yang tengah ia gendong penuh sayang. " Mencari Mama dan Kakak. "
Karena tubuh ringkih yang kian bertambah lemah tersebut, Kookoo meraba-raba gerbang menggunakan jemari kecilnya sebagai tumpukan, takut anak itu jatuh terjembab untuk kesekian kali.
" Tapi, Koo pusing sekali Tata. " Rengeknya dengan suara lucu, anak itu mengerutkan kening saat denyutan-denyutan pada kepala semakin terasa. " Kookoo sakit. "