Pelangi.
" Satu, dua, tiga, lima, empat, tujuh, enam! " Dengan senandung hasil dari buah belajar anak itu hingga larut malam, Kookoo kini tengah bermain kamera⚊pemberian Yoongi⚊memotret salah satu kepompong mungil bergelantung yang tengah bermetamorfosa.
Pun...
Disudut lain tak jauh dari situ, Bibi Hwang⚊wanita tersebut tengah siram beberapa tanaman bunga-bunga cantik dengan beberapa maid lainya⚊sesekali ia dengar gumaman asal Kookoo yang terus menerus melafalkan huruf-huruf dengan tidak pernah benar satu kali-pun.
Ah, ia jadi teringat kala hal beberapa waktu minggu terakhir ini, wanita tersebut bahkan sering memergoki Kookoo yang terlihat semangat menggebu, ia menggambar dan belajar membaca hingga menjelang pagi.
Tentu saja dia tidak akan pernah bisa, menghafal abjad a hingga j saja Kookoo tiada mampu, namun hal demikian, anak itu tekuni hari demi hari, meskipun⚊dengan bekal usaha setengah mati.
" Astaga Dek, jangan dimainkan, di dalamnya ada kupu-kupu loh itu. " Peringat Bibi Hwang usai melihat pergerakan anak itu yang tengah menganggu kepompong tersebut dengan cara menyentuh badan si ulat menggunakan ranting kecil.
Kookoo menyahut dengan memiringkan kepala lucu ia tatap semakin dekat hewan lunak tersebut. " Kepompong-nya bergoyang goyang kalau Adek sentuh nih. "
Lantas, anak itu beralih menjenpret sebuah kupu-kupu cantik yang barusaja hinggap pada tanaman lily. " Adek tau kalau sehabis kepompong, dia akan menjadi kupu-kupu kan? "
" Eung! " Angguk-nya antusias. " Adek pernah lihat di tv. "
" Adek bisa loh belajar dari ulat. " Nasihat wanita tersebut dengan senyum hangat.
"....."
" Kuncinya adalah kesabaran. " Bibi Hwang mengusap-usap rambut cokelat anak itu yang tersapu desau-desau semilir angin tipis. " Adek tau kan kalau⚊
" Rindu Mama... " Seloroh-nya sangat tiba-tiba, tatapan polos anak itu meninjau bentangan langit sore⚊ gumpalan gumpalan awan terlihat bergumul seperti kapas⚊dengan burung berterbangan melintas terlampau bebas lepas. " Rindu Kak Jimin'ie juga, Bibi. "
" Adek mau mati saja. " Bibi Hwang melotot dengan keterkejutan, dengan gerakan patah patah ia turunkan tangan dari helai rambut anak cokelat itu⚊masih tak percaya.
" Tapi Adek bukan anak yang baik, Adek nakal sekali sudah buat Kakak, Papa dan Bibi Jessica marah-marah terus loh. Adek bukan apa-apa, tidak punya siapa-siapa, nanti kalau Adek mati tidak ada yang sudi kubur dong? " Kookoo mengerucutkan Bibir dengan lucu, lain halnya dengan mata Bibi Hwang telah berkaca, masih tak menyangka akan perkataan bocah berusia duabelas tahun di hadapanya yang dapat berpikiran sebegini jauh. " Karena Adek idiot dan cacat. Eh... Tapi, tapi, kan Adek sudah bisa gambar. "