[23.] The laughter that is so missed

9.2K 1.1K 465
                                    

⚠️ Typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ Typo.















Suara-suara mesin berderu di sepanjang jalan, ⚊meskipun hari merangkak menuju siang, matahari belum jua nampak muncul di permukaan, tanda-tanda hujan pula sepertinya tidak akan. 

Langkah kaki kecil yang semula menyisir di sepanjang aspal jalan, perlahan mulai menepi dengan wajah amat riang, dengan serta merta ia menenteng bekal satu kantong penuh jatah makan siang.

Belum sempat anak itu sampai pada tempat tujuan untuk mengistirahatkan diri, ⚊belasan kucing nampak berlarian dari arah kejauhan, mulai berlomba-lomba membuntutinya, dan mengeong dengan kencang.

Suara-suara berisik itu membuat Kookoo tertawa lucu, ia berjongkok dan mengusap sayang satu persatu bulu kucing yang tengah mengusal manja, hingga membawa salah satunya kedalam pangkuan.

" Lapar ya, kalian pasti lapar, Koo juga lapar nih. " Ia tatap satu persatu kucing jalanan itu dengan binar kebahagiaan. " Sebentar ya sebentar, sabar hehe, Koo hari ini di kasih makan banyak oleh Bibi Tomat. "

Anak itu mulai semangat mengeluarkan isi dari kantong yang ia bawa, ; berisi dua nasi kotak⚊terdapat beberapa potong lauk ayam.

Kookoo mulai berjongkok⚊ memisahkannya menjadi beberapa bagian untuk belasan kucing itu makan dan memastikan semua nampak kebagian.

Kucing-kucing itu makan dengan baik, dan sisanya tinggal sedikit, Kookoo hanya menerima jatah beberapa suap nasi, namun ia memakan semuanya dengan lahap.

Beberapa pasang mata orang orang yang melintas pada taman kota, melirik prihatin kepada Kookoo, mereka menyaksikan betapa besarnya ketulusan hati anak itu.

" Wah, cepat sekali habisnya. Apa kalian masih lapar? " Seolah mengerti apa yang tengah Kookoo katakan, kucing tersebut membuat suara gaduh dan kembali mengeong ribut kepada Kookoo. " Baik-baik, pasti kalian bilang iya kan, iya? "

Si anak pemilik gigi kelinci itu bangkit berdiri penuh semangat, memimpin pasukan-pasukan kucingnya yang berbaris tak beraturan di belakang, di iringi dengan tawa ringan mereka akhirnya berjalan.

Kookoo hanya perlu beberapa meter untuk sampai pada restoran besar berbintang, meminta ijin kepada salah satu pelayan⚊melalui pintu belakang⚊untuk memberikan sisa makanan pelanggan yang hendak berakhir di tempat pembuangan.

" Ah, kau sudah makan Koo? "

Ya, mereka sudah saling mengenal sejak satu bulan lalu.

" Sudah kok, Nonna. Bibi Tomat kasih Koo banyak tadi, dengan ayam. " Meskipun nyata anak itu hanya menerima sedikit.

Perempuan itu tersenyum lega. " Syukurlah, tapi kalau nanti Koo lapar, bilang saja dengan Nonna okay, nanti kita makan sama-sama. "

Anak itu mengangguk lucu.

Pelangi [ Kookoo.] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang