4. Surat

81 40 4
                                    

"Hai!"

Beby terkesiap, matanya membulat. "Rachel? Ayo masuk!" Beby mempersilahkan.

Rachel menghempaskan tubuhnya ke sofa bludru berwarna beige di ruang tamu yang kemudian disusul oleh Beby.

"Siapa, By?" Mellisa kembali bertanya. Ia menjulurkan kepalanya, sehingga dapat melihat Beby di ruang tamu.

"Ada Rachel, Ma. Teman Beby!" sahut Beby.

Rachel melambaikan tangan pada Mellisa. "Hai Tante!"

"Halo Rachel. Sekalian makan malam yuk, sebentar lagi siap nih!" Mellisa menawarkan.

"Dengan senang hati Tante." Rachel menanggapi dengan ramah.

"Rachel tahu darimana alamat rumah Beby?" Beby melontarkan pertanyaan. Karena seingatnya ia tak pernah memberi tahu alamat rumahnya pada Rachel.

Rachel meletakkan tasnya di sofa dan mengeluarkan beberapa buku catatan.

"Tadi aku menanyakan alamatmu pada Max. Dia kan orang yang mengantarmu pulang tadi sore."

Beby manggut-manggut. "Jadi rencananya kita akan mengerjakan PR Fisika bersama?" tanya Beby, pandangannya mengarah ke buku catatan bersampul hijau muda milik Rachel.

Rachel mengangguk mengiyakan. "Iya. Apa kau keberatan?"

"Tidak. Aku malah menyukainya karena ada teman untuk belajar bersama." Beby nyengir.

"Papa pulang!" Seruan Stevan terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu depan.

Refleks Beby memalingkan wajah ke sumber suara. Ada rasa bahagia yang tidak dapat dijelaskan melihat kedua orang tuanya pulang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Dan Beby selalu berharap semoga selamanya akan tetap begitu.

Stevan menghampiri putrinya di ruang tamu. "Hai By, teman baru?"

Beby menyunggingkan senyum manisnya. "Iya, Pa. Namanya Rachel."

Rachel menyalami Stevan setelah berkenalan.

"Aku akan ke kamarku dulu untuk mengambil buku tugas," pamit Beby.

Beby membongkar isi ransel sekolahnya. Mengambil buku tugas Fisika dan buku catatan miliknya, juga beberapa alat tulis yang diperlukan. Tapi saat ia membuka kotak pensilnya ia menemukan secarik kertas. Penasaran, Beby membaca tulisan yang tertulis rapi disana.

Jika kau sudah menemukan dan membaca surat ini. Kuharap kau punya niat untuk segera mengklarifikasi tentang rumor itu padaku. Kau paham apa yang ku maksud, kan? Temui aku besok di perpustakaan!

R

DEG!

Jantung Beby seakan berhenti berdetak untuk beberapa detik. Cepat-cepat ia menetralkan deru nafasnya yang mulai tidak beraturan.

"Apa aku baru saja mendapatkan ultimatum? Ini pasti dari Kak Rey. Aiss, dia pasti sangat marah padaku karena rumor konyol itu. Tapi ini kan bukan kesalahanku."

Mendadak satu nama muncul di kepala Beby. "Felix sialan!"

Suara ketukan pintu mengejutkannya. Cepat-cepat Beby memasukkan kembali secarik kertas itu ke dalam tasnya.

"By, kamu di dalam? Turun dulu yuk, kita makan malam!" Mellisa berseru dari balik pintu kamar Beby.

"Iya, Ma. ini Beby mau turun."

Ia menghempaskan ranselnya ke ranjang. Melangkah keluar dari kamarnya untuk menuju meja makan. Disana Rachel sudah duduk manis di tempatnya. Ia menyunggingkan senyum ketika melihat Beby di ujung tangga. Beby mengambil tempat duduk di samping Rachel.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang