"Keluar dari sini!"
Beby mematung di tempat. Astaga, dia tidak menyangka kalau Maggie akan tega mengusir Beby dari kelas seperti ini.
Beberapa siswi menatap Beby dengan prihatin. Tidak seharusnya Maggie bersikap seperti itu pada seniornya di sekolah.
Beby mengambil kembali alat perekam milik Max dari atas meja Maggie.
"Kak Beby ngapain sih kayak begini?"
Beby hanya bergeming. Apa maksudnya 'kenapa begini?' Jelas-jelas ini karena Beby peduli pada hubungan mereka.
"Kak Maxim masih sehat, kan? Masih bisa jalan? Masih bisa ngomong? Terus kenapa bukan Kak Maxim sendiri yang datang ke Maggie? Kenapa harus lewat Kak Beby?"
"Maggie ragu kalau Kak Maxim emang benar-benar merasa bersalah. Kalau emang dia sayang sama Maggie. Dia pasti akan datang ke Maggie, kan?"
"Maggie, ini karena Max takut kalau kamu bakalan tolak penjelasan dia kalau dia yang langsung datang kesini. Jadi Max minta tolong ke Beby buat kasih kamu ini." Beby menunjukkan benda di genggamannya.
Maggie tersenyum kecut. "Udah lah, Kak. Kak Beby gak perlu repot-repot begini. Maggie gak mau denger apapun lagi yang berkaitan dengan Kak Maxim."
"Apa salahnya dengerin penjelasan Max sekali aja? Beby gak akan maksa Maggie buat maafin Max kok."
Maggie menggeleng. "Enggak, Kak. Penjelasan itu nanti cuman akan bikin Maggie dilema sama keputusan yang udah Maggie ambil. Maggie nggak mau. Lebih baik Kak Beby balik ke kelas Kakak. Maggie mau belajar."
Maggie membuka buku paketnya dan membaca tulisan di dalamnya. Membiarkan Beby yang masih berdiri di depan mejanya.
Beby menghela nafas panjang. Perlahan tubuhnya berbalik dan keluar dari kelas X-IPA 3. Beby memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku.
"Gimana nih? Beby udah janji sama Max buat mastiin kalau Maggie akan dengerin penjelasan Max. Tapi ternyata gak segampang itu." Beby bermonolog sambil berjalan.
"Beby balikin ke Max lagi aja deh. Nanti kalau dipaksa, yang ada Maggie malah ngamuk sama Beby."
"Eh-eh!"
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Beby untuk masuk ke dalam toilet perempuan. Gadis itu mengunci pintunya setelah menarik Beby masuk.
"Elza apa-apaan sih?" kesal Beby, karena tubuhnya tersungkur ke lantai toilet karena Elza menghempas tubuhnya.
Di sisi kanan dan kiri Elza ada kedua teman akrabnya. Mereka bertiga melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Beby dengan senyum yang menjengkelkan.
Beby bangkit. Ditatapnya wajah Elza tajam. "Ngapain narik Beby kesini?"
Elza menarik rambut Beby dengan keras hingga kepala Beby tersentak ke belakang. "Lo gak tau diri banget ya jadi orang. Seharusnya lo itu putusin Kak Rey! Lo gak ada pantes-pantesnya sama dia!"
"Aakhh, El! Sakit!" rintih Beby memegangi rambutnya yang rasanya seperti ingin lepas dari kepalanya.
"Gue kurang sabar apalagi sama lo, By? Andaikan lo tau diri, gue gak akan mau capek-capek buat kasih lo pelajaran," bisik Elza dengan sarkas.
Elza menyentak tangannya dari rambut Beby dengan bringas hingga Beby tersentak mundur.
"Aww!" pekik Beby ketika jambakan maut Elza terlepas.
Monica membuka tutup botol jus jeruk lalu menyiram kepala Beby hingga rambutnya basah kuyup dan seragamnya bernoda oranye.
Monica mendorong tubuh Rossa yang ada di belakangnya agar bergerak maju. Di tangan Rossa ada sebotol teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ICY SUGAR [HIATUS]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Kak Rey itu dingin kayak es. Terus manis juga kayak gula. Ya siapa sih yang gak bakalan suka?" -Beby. Aletta Beby Derandra, seorang gadis pindahan di SMA GALAKSI yang kedatangannya hampir menggemparkan seisi sekolah kare...