32. Dufan!

22 9 7
                                    

"Sya temenin gue, yuk!" ajak Rachel.

Tasya yang baru saja selesai mengepak barang-barangnya menoleh. "Kemana?"

"Ambil laundry-an. Emang baju lo mau lo tinggal gitu aja?"

"Eh, punya Beby udah Rachel bawa ke laundry kan kemarin?" tanya Beby. Gadis itu sedang menghadap kaca untuk memoles lip tint di bibirnya.

"Udah dong."

"Emang udah beres laundry-nya? Kita kan baru nganter bajunya kemarin?" tanya Tasya.

"Kan kita pake paket super express, ya cepet lah. Udahlah, banyak bacot, buruan!" Rachel menarik tangan Tasya keluar dari kamar.

Poppy mengecek barang-barang bawaannya di dalam ransel. Beby membantu Rachel mengepak pakaian dan bukunya. Setelah beres, Poppy dan Beby menyeret ransel Rachel dan Tasya keluar dari pintu. Mereka berdua memutuskan untuk menunggu di lobby.

"Jangan-jangan kita jodoh. Baju kita couple-an mulu," celetuk Max yang baru saja keluar dari lift.

Felix, Arka, dan Novan menyusul di belakang. Ketiga cowok itu duduk di sofa sebelah. Sembari menunggu kedatangan kedua gurunya.

Max menggeser paksa posisi duduk Poppy agar dirinya bisa duduk di tengah-tengah. Max menaik-turunkan alisnya pada Beby, komplit dengan cengiran tengilnya.

Beby hanya melirik dan tersenyum tipis. "Kebetulan."

"Kalau kebetulan itu cuma sekali."

"Kalau berkali-kali?" tanya Beby.

"Itu namanya takdir."

Beby menyipitkan mata. "Berarti Kak Rey takdirnya Beby dong. Buktinya kami seringkali berada di satu tempat yang sama."

Max mendengus. "Enak banget ya, jadi Rey?"

"Hm?"

"Diceritain mulu sama lo, padahal orangnya aja nggak ada di sini," ketus Max. Bertingkah seperti orang yang sedang cemburu.

Beby terkekeh. Lengannya menyenggol lengan Max yang wajahnya sudah berubah masam. "Marah?"

Max bergeming dengan mata yang selalu menghindari kontak mata yang dilakukan Beby.

"Max?" Beby mencoba memanggil nama cowok di sampingnya. Tapi sepertinya ia sedang berpura-pura menjadi cowok anonim yang tak punya nama.

Beby merapatkan bibir. "Ya udah, Beby minta maaf."

Belum ada respon.

Beby memutar kepala Max agar matanya bisa menghadap padanya. "Beby minta maaf."

Max menatap mata Beby, tapi bibirnya masih terkunci rapat.

Beby menghela nafas. "Beby harus gimana biar dimaafin?"

"Emang lo mau nurutin apa yang gue mau?" Akhirnya Max membuka mulutnya.

"Selama masih dalam batas wajar dan manusiawi. Iya."

Wajah masam Max dalam sedetik berubah menjadi girang. "Oke, kalau gitu gue mau seharian ini lo harus selalu ada di samping gue. Setidaknya sampai pulang nanti."

"Harus di samping Max?"

Max mengangguk mantap.

"Di samping Rachel aja gak boleh?"

"Enggak."

Beby manggut-manggut. Tidak sulit. "Oke."

"Sumpah, gue gak habis pikir sama kalian," seloroh Poppy.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang