19. Rejeki nomplok

35 21 0
                                    

Beby memungut gawainya yang tergeletak di atas ranjang. Lampu notifikasinya berkelap-kelip menandakan ada sebuah notifikasi masuk yang belum dibaca olehnya.

Alis Beby bertaut ketika layarnya menampakkan ada sebuah pesan dari Rey.

Kak Rey
Nanti jam sembilan gue kerumah lo. Kita bahas modul buat latihan olimpiade.

Beby melirik jam di bar status gawainya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Jarinya bergerak lincah mengetikkan sebuah balasan.

Anda
Beby nggak bisa Kak Rey, Beby ada acara.

Baru saja Beby memasukkan gawainya ke dalam tas, benda pipih itu berdenting lagi.

Kak Rey
Ya udah, kalau gitu nanti malam.

Beby mendengus. Ia kembali membalas pesan seniornya itu.

Anda
Nggak bisa, Kak. Beby ada acara.

Sebuah balasan kilat masuk lagi bahkan sebelum Beby menjejalkan benda itu ke dalam tas.

Kak Rey
Elo ada acara jalan sama pacar lo dari pagi sampe malem?

Kekesalannya memuncak. Kenapa Rey selalu saja sukses membuat Beby kesal.

Anda
Beby gak punya pacar!
Bahas materi olimpiade waktu di sekolah aja kak. Sekarang kan lagi weekend. Beby males mikir.

Kak Rey
Oke, jam istirahat ketemu di perpus. Gue gak mau anak didik gue gagal olimpiade. Malu-maluin.

Beby menganga menatap kalimat yang terpampang di layar pesannya. Tangannya menjejalkan gawainya dengan kasar ke dalam tas. Beby mengecek riasannya sekilas lalu berderap keluar kamar.

"Pa, Beby keluar, ya? Kemungkinan pulangnya agak malam karena ada beberapa acara sama temen." Beby meminta izin pada papanya yang duduk santai di depan televisi.

Stevan mengangguk, sambil menonton film kartun Spongebob Squarepants di salah satu channel TV-nya.

"Papa kalau mau sarapan, Beby udah masak ada di meja makan. Tapi buahnya tinggal jeruk sama anggur aja. Nanti pulang Beby mampir deh buat beliin apel kesukaan papa."

Lagi-lagi Stevan mengangguk.

"Papa kalau mau minum kopi juga udah Beby bikinin satu teko penuh, kalau mau minum tinggal diangetin lagi. Oh iya, rotinya juga udah abis, Pa. Tadi Beby buka kulkas juga gak ada daging, jadi Beby masak sayuran," papar Beby.

Stevan mengecilkan volume siarannya. Kepalanya menoleh ke arah Beby, matanya menatap teduh putri cantiknya itu. Stevan bangkit lalu melangkah menuju bufet minimalis di tepi ruangan. Tangannya membuka salah satu laci.

"Karena mama kamu masih koma dan belum sadar, uang belanja Papa kasih ke kamu. Kamu beli bahan-bahan yang memang dibutuhkan aja. Karena gaji papa bulan ini banyak potongan," jelas Stevan. Ia menyerahkan amplop berwarna coklat pada Beby.

Beby menerima bungkusan tipis itu.

"Biasanya papa kasih uang belanja ke mama jumlahnya tiga kali lipat dari ini. Tapi karena pengeluaran bulan ini sangat besar, jadi papa cuma bisa kasih segini. Uang gaji papa bulan ini sudah habis untuk membayar semua biaya tagihan."

Beby diam, ia menyimak segala perkataan Stevan.

"Papa sarankan, bulan ini kita nggak perlu konsumsi daging, buah yang mahal, atau camilan-camilan yang gak begitu penting. Beli aja bahan-bahan pokok ya, By? Papa yakin kamu bisa kelola keuangannya."

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang