29. Gemilang, Prestasi, Juara!

18 8 0
                                    

Pagi-pagi sekali Beby bangun untuk mengepak barang-barang yang akan dibawanya selama tiga hari ke depan ke dalam ransel jumbo milik Sang Papa. Beby memasukkan seragam, baju harian, alat mandi, dan buku yang diperlukan ke dalam.

"Papa jangan telat makan sama minum obatnya. Jangan telat cek kondisi tangan Papa juga ke rumah sakit. Beby pamit berangkat dulu." Beby berpamitan pada Stevan setelah selesai sarapan.

Stevan membuka buah jeruk yang diambilnya dari rak buah. "Rey gak jemput, kamu?"

"Jemput kok. Bentar lagi sampai."

Beby berderap keluar dari rumah. Dan benar saja, Rey sudah berdiri di depan pintu untuk mengejutkannya lagi seperti biasa. Untung saja Beby sudah hafal, jadi dia tidak terkejut lagi.

Tapi ada yang aneh. Rey berdiri dengan kepala yang menunduk. Tangannya memegang secarik kertas. Penasaran, Beby mendekat untuk mencari tahu.

"Apa itu, Kak?" Beby menjinjit, berusaha membaca tulisan yang ada di kertas.

"Gak tau."

"Emang dapet darimana?"

"Di depan pintu rumah lo."

"Hah?"

Cepat-cepat Beby merebut kertas itu. Ternyata sebuah surat, lengkap dengan amplopnya. Dibacanya tulisan yang tercetak dengan sedikit tidak rapi di atas kertas itu.

Mata Beby menyusuri kata demi kata yang berupa ungkapan kekaguman. Membolak-balik kertasnya, mencari nama sang pengirim tapi tak kunjung ditemukan.

"Dari siapa?" tanya Rey.

Beby menggeleng. "Gak tau. Gak ada nama pengirimnya. Font tulisannya juga asing."

"Dari fans lo mungkin."

Beby terkekeh. "Mana mungkin Beby punya fans."

Beby meremas kertas itu lalu membuangnya ke sembarang arah. "Udahlah gak penting juga. Mendingan anterin Beby sekolah aja!"

Tak mau berdebat, Rey mengantarkan Beby menuju sekolah. Mereka berpisah di koridor sekolah. Rey menuju kelasnya dan Beby ke kantin. Menunggu teman-temannya yang lain menampakkan batang hidungnya.

Ransel yang bertengger di bahu Beby terasa semakin berat. Membuat bahu gadis itu lelah. Beby melepaskan ranselnya, meletakkannya di atas meja kantin.

Tiba-tiba ada sebuah bunga mawar merah yang disodorkan kepadanya. Kepala Beby refleks mendongak. Setelahnya ia bernafas lega. Ternyata hanya Rachel. Rachel menyodorkan setangkai mawar dan sebungkus cokelat.

Mendadak Beby mengernyit heran. Ia menerima pemberian Rachel, membiarkan gadis itu duduk dulu sebelum ia bertanya.

Rachel membanting ranselnya yang nampak menggelembung ke bangku sebelah. Setelahnya ia meregangkan bahunya. Baru gadis itu menghempaskan bokong di bangku yang berhadapan dengan Beby.

"Apa nih? Valentine masih lama loh, tiga bulan lagi," tanya Beby.

Rachel merebut botol air mineral Beby, meminumnya seteguk. "Gak tau."

"Kok bisa?"

"Gue tadi ke kelas dulu, mau ngambil buku latihan biologi gue yang ketinggalan di laci. Waktu gue liat meja lo, gue nemu itu. Ya gue bawain," terang Rachel.

Otak Beby semakin bertanya-tanya. "Ada nama pengirimnya nggak?"

Rachel menggeleng. "Udah gue cek. Gak ada namanya. Boro-boro nama, inisialnya aja kagak ada. Emang dari siapa sih, By? Lo punya simpenan, ya?" tuduh Rachel.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang