26. Pencitraan

21 12 0
                                    

Beby meletakkan penanya. PR untuk hari Jumat di Minggu depan sudah beres. Beby membuka ransel. Mengeluarkan semua isinya dari dalam sana. Memeriksa satu persatu bukunya. Memastikan tidak ada materi yang tertinggal, ataupun PR dan tugas yang lupa dikerjakan.

"Nah, kalau gini kan Beby bisa bersedih dengan aman, tenang, dan damai. Gak perlu mikir ada materi ketinggalan kek, PR belum dikerjain, mana tugas kelupaan." Beby bermonolog sambil menata buku-bukunya.

Beby merebahkan tubuhnya di ranjang. "Makan siang udah, cuci piring udah, beres-beres rumah udah, kerjain PR udah. Tinggal istirahat sebentar sebelum Kak Rey dateng."

Beby menguap dan perlahan memejamkan mata.

TING!
TING!

Beby meraba permukaan ranjangnya dengan mata yang masih tertutup, mencari gawainya yang berbunyi. Matanya terbuka dengan malas, lalu terbuka sempurna ketika melihat nama Kak Rey tertera di sana. Mengirimkan dua pesan singkat untuk Beby.

Kak Rey
WOY BUDEG! BUKAIN PINTU!

Kak Rey
JARI GUE PEGEL MENCETIN BEL RUMAH LO!

Beby langsung tersentak duduk ketika membaca pesan yang diberikan Rey. Ia langsung berlari turun ke bawah.

"Kak Rey gak bisa dateng telat kah sekali-kali? Padahal Beby tadi baru aja ngelurusin tulang punggung. Pegel semua. Beby capek," keluhnya pada Rey.

"Ngapa jadi lo yang ngomel-ngomel? Gue udah berdiri di sini lima belas menit loh. Harusnya gue yang marah sama lo!"

Beby nyengir. "Minta maaf."

Rey meminggirkan tubuh Beby yang menghalangi pintu. Langsung nyelonong masuk dan duduk di sofa.

"Hiss, dasar manusia, nggak ada sopan-sopannya masuk ke rumah orang." Beby menutup pintu dan ikut duduk di samping Rey.

Rey memutar tubuhnya ke samping. Menaruh kedua kakinya ke atas paha Beby.

Beby tidak segan menggeplak keras kaki Rey yang bertengger di atas pahanya. "Nggak sopan!"

"Aduh! Apa-apaan sih lo?" Rey mengusap betisnya yang terasa panas .

"Kak Rey yang apaan?" balas Beby lebih garang.

Rey menaikkan kembali kakinya ke atas. "Pijetin!"

Beby melongo.

"Lo babu gue, inget? Pijetin cepet! Pegel nih gara-gara lo!"

Beby mendengus dengan wajah cemberut. Sampai akhirnya jemarinya pun memijat kaki Rey. Andai saja kedudukannya sekarang bukan sebagai babunya Rey. Beby pasti sudah memukul dan menendang Rey sekarang juga.

"Lo gak ikhlas mijetin gue?" tanya Rey yang sedang menyandarkan punggungnya ke bahu sofa. Tangannya sibuk bermain gawai.

"Emang! Eh, salah. Maksudnya emang ikhlas, hehe." Beby nyengir kaku. Aduh, jangan sampai kena potong gaji lagi nih.

"Kalau ikhlas mijetinnya sambil senyum dong!" titah Rey cengengesan. Tampak puas melihat Beby kesal.

Beby menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman sambil terus memijat kaki Rey.

"Kurang lebar!"

Beby melebarkan senyumnya. Lalu ...

CEKREK!

Lampu blitz dari kamera di gawai milik Rey menyala, menandakan bahwa Rey baru saja memotret dirinya.

Beby menganga. Ia mencubit kuat kedua betis Rey.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang