12. Tentang Rasa

40 27 1
                                    

Jordan menatap kedua temannya secara bergantian. "Apa?" bingungnya.

"Lo suka sama Beby?" tanya Rey spontan.

Jordan tersenyum miring. "Gue terlalu munafik kalo gue bilang gue gak suka sama Beby," ungkap Jordan.

Rey dan Simon masih menatap tajam Jordan, ia tau Jordan masih belum selesai dengan kalimatnya.

"Beby itu perfect bro, dari segi hati, otak, apalagi fisiknya. Siapa yang mau nolak? Gak waras kalo sampe ada cowok normal yang gak suka sama dia. Kalo gue sih gak bakal buang-buang kesempatan kalo dikasih jodoh yang kayak Beby begini," sambung Jordan.

Simon manggut-manggut. "Iya sih, kayaknya gue juga," timpalnya ikut-ikutan.

Rey mendengus. "Jadi maksud lo, gue gak normal?" Rey menyimpulkan dari rangkaian kalimat yang barusan dilontarkan oleh Jordan.

Mata Jordan terbuka lebar. "Gue gak ada nyebut nama elo."

"Gue tadi jelas-jelas denger kalo elo ngomong, gak waras kalo sampe ada cowok normal yang gak suka sama dia. Secara tidak langsung elo nyindir gue."

Simon hanya diam memperhatikan kedua temannya yang sedang adu argumen dengan mulut yang sibuk mengunyah sebungkus popcorn.

Jordan meneguk salivanya. "Ya ... ya sebenernya gue juga gak pengen nyebut elo gak normal. Tapi Rey, sekarang gue tanya, selama ini elo pernah punya pacar?"

Rey memutar bola matanya. "Selama dua tahun lebih lo kenal sama gue. Gue pernah ngapa-ngapain elo kagak?" Rey membalikkan pertanyaannya.

Jordan tertegun. Dirinya memang sering melakukan kegiatan ngumpul menginap bertiga seperti ini. Dan tidak ada yang aneh dari kedua temannya, baik Rey ataupun Simon.

Jordan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ya ... enggak pernah sih."

Simon menoyor kepala Jordan. "Kalo Rey gak suka sama Beby bukan berarti dia gak normal bego! Namanya juga perasaan, gak bisa dipaksa!"

Jordan mengusap kepalanya. "Tapi gue heran aja, tipe ceweknya Rey tuh sebenernya yang kayak gimana? Dulu dikejar-kejar Jennifer yang bodinya kayak gitar spanyol, kulitnya eksotis, mukanya cakep bak model. Ditolak gitu aja. Sekarang Jenni udah pacaran sama Dave anak IPS 2," tutur Jordan.

Rey menatap kedua temannya dengan heran. Bisa-bisanya mereka menggosipkan dirinya secara terang-terangan seperti ini. Rey hanya menyimak, membiarkan kedua temannya berasumsi sendiri.

"Jennifer yang mana sih? Terlalu banyak cewek yang ngejar-ngejar Rey. Gue jadi bingung."

Jordan menghela nafas. "Jennifer Aniston. Anak kelas XII-IPS 1. Menurut gue sih Jenni yang paling cakep diantara semua cewek yang ngejar-ngejar Rey," ungkap Jordan.

Rey bangkit dari duduknya. Ia menyusuri rak buku milik Jordan. Mencari buku yang bisa dibaca, daripada ia harus ikut menggosip bersama kedua temannya.

"Lah, udah ganti lagi. Bukannya Jenni waktu itu pacaran sama Rafael, ya?"

"Jenni kan ratunya gonta-ganti pacar dari dulu, gue sih gak kaget. Untung cakep, jadi wajar aja sih menurut ane," cibir Jordan.

"Nah, terus Rey kabarnya masih dikejar-kejar tuh sama anak kepsek yang kecentilan, siapa sih namanya? Gue lupa. Ah! Elza! Bahkan tuh anak sampe sekarang gak digubris sama temen lo," imbuh Simon.

"Wait! Kayaknya gue inget sesuatu!" cetus Jordan. Wajahnya tampak serius.

Simon menatap tajam pada Jordan. Sedangkan Rey merebahkan dirinya di atas sofa panjang di dekat balkon sambil membaca sebuah novel. Sama sekali tidak peduli.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang