"Ruangannya gonta-ganti mulu," komentar Max ketika mereka mulai memasuki ruang gymnasium.
"Ya biarin aja sih, Max." Beby menyusul untuk mengambil tempat duduk di samping Poppy.
"Miss, ini nanti soalnya rebutan gitu, ya? Itu ada meja di tiga di depan?" tanya Poppy pada Miss Sofia.
"Iya, siapa cepat dan tepat dalam menjawab dia yang dapat nilai," jawab Miss Sofia.
"Mejanya cuman ada tiga? Ganti-gantian dong berarti?" tanya Revan.
"Iya lah, jadi kalian bisa semangati teman kalian dari sini."
Beby menggenggam tangan Max di sebelahnya. "Di urutan pertama pasti Matematika dulu. Beby doain supaya Max lancar jawabnya. Aamiin."
Max tersenyum. "Aamiin. Gue pasti selalu support lo, By."
Saat semua hadirin sudah masuk ke dalam gymnasium. Pemandu acara menginstruksikan untuk peserta olimpiade matematika untuk segera mengambil tempat.
Mereka bertiga bersorak ketika Max maju ke tengah gymnasium. Memberikan kobaran semangat pada temannya yang akan berjuang. Max mengambil tempat duduk di tengah. Di depannya ada tiga juri yang akan menentukan apakah jawaban para peserta ini benar atau salah. Max berdoa dalam hati, meminta kelancaran untuk olimpiade-nya.
Pemandu acara memulai acaranya. Dia membacakan soal essay matematika yang terpampang di sebuah layar.
Para peserta berebut untuk menekan bel setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang dibacakan. Satu soal benar bernilai 100. Dan pemandu acara akan membacakan total dua puluh soal essay. Berarti ada 2000 nilai yang sedang diperebutkan oleh tiga peserta.
Butuh waktu satu jam hingga akhirnya papan skor menunjukkan bahwa nilai Max memimpin 300 dan 400 poin diantara kedua pesaingnya. Dengan ini sudah jelas bahwa SMA GALAKSI membawa medali emas untuk Olimpiade Matematika.
Sesi kedua, Beby ikut mengambil duduk di bagian tengah seperti Max tadi. Beby menarik nafas dalam-dalam. Merapalkan doa dalam hati meminta kelancaran agar dapat membanggakan sekolah dan orang tuanya, terutama Papa.
Pemandu acara kembali memulai acaranya. Kini tiga juri yang tadi sudah berganti orang khusus di bidang fisika.
Saat pemandu acara sudah selesai membacakan soalnya, entah kenapa Beby malah jadi blank. Otaknya mendadak kosong akibat terlalu gugup. Bagaimana tidak? Dia duduk di tengah-tengah gymnasium yang sangat luas dan disaksikan oleh ratusan orang asing.
Terlambat, peserta di sebelah kirinya sudah menekan bel dan jawabannya benar.
Oh tidak, kenapa malah jadi begini? Beby menarik nafas panjang berulangkali. Menetralkan degup jantung dan tremor yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Fokus! Fokus!
Mata Beby tak sengaja menatap wajah Max yang sedang bersorak meneriakkan namanya. Matanya mengerjap ke arah teman-temannya. Tak lupa pada Miss Sofia juga.
Tidak. Beby tidak boleh mengecewakan mereka semua.
Pemandu acara membacakan soalnya yang kelima. Dan untungnya kali ini Beby sudah mendapatkan kembali rasa kepercayaan dirinya yang sempat tenggelam. Beby menghitung dengan cepat dan memencet bel untuk yang pertama kalinya.
"SMA GALAKSI!" seru pemandu acara.
Beby melirik ke arah kertas coretannya. "81,2 m/s," jawab Beby.
"Bagaimana para juri?" tanya pemandu acara.
"Benar," jawab seorang juri perempuan.
"Benar! Akhirnya SMA GALAKSI mendapat nilai!"
Suara sorakan teman-temannya semakin kencang. Beby melirik ke arah papan skor. Dia tertinggal 200 poin dari peserta di sebelah kirinya. Tidak apa, masih ada lima belas soal lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ICY SUGAR [HIATUS]
Ficção Adolescente[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Kak Rey itu dingin kayak es. Terus manis juga kayak gula. Ya siapa sih yang gak bakalan suka?" -Beby. Aletta Beby Derandra, seorang gadis pindahan di SMA GALAKSI yang kedatangannya hampir menggemparkan seisi sekolah kare...