44. Hadiah

5 4 0
                                    

"Soal omongan Beby tadi siang ... gak usah terlalu dipikirin. Beby gak akan minta jawaban apa-apa dari Kak Rey. Beby cuman--"

"Cuman apa?"

Beby mendongak. Menatap wajah Rey yang pandangannya fokus ke jalanan. "Beby cuman mau mengakui perasaan Beby aja. Beby gak mau menyesal di kemudian hari karena gak jujur sama perasaan Beby."

Rey menghentikan mobilnya di halaman rumah Beby. Hujan sudah turun ketika menempuh separuh perjalanan pulang.

Rey keluar lebih dulu. Ia membukakan pintu untuk Beby dan merentangkan jaketnya di atas kepala, berniat memayungi Beby.

Beby menatap tangan Rey yang terulur dengan senang. Tanpa pikir panjang, Beby meraih tangan itu dan ikut berlari di bawah naungan Rey untuk meraih pintu rumah.

Beby memeriksa tubuhnya. Hanya basah sedikit di bagian rok dan bahu karena percikan air hujan. Tidak apa-apa.

Beby menoleh untuk memeriksa Rey. "Celana sama seragam Kak Rey basah. Ganti di rumah Beby, ya?"

"Gak perlu. Lagian gak ada baju gue di sini," tolaknya.

Beby mengangguk. "Baiklah." Ia membuka pintu rumah dan masuk disusul oleh Rey.

"Kak Rey mau minum apa?" Beby mencoba menawarkan sesuatu ketika sampai di dapur.

"Biar gue bikin sendiri."

Rey mengambil gelas keramik dan mengisinya dengan susu cair. "Lo mau?" Rey menawari Beby yang sedari tadi memperhatikannya.

Beby mengangguk.

Rey memasukkan kedua gelas keramik berisi susu ke dalam microwave untuk dihangatkan.

"Ngapain berdiri di situ? Duduk!"

Beby hanya memandanginya dengan bingung. Membuat Rey akhirnya menarik pergelangan tangan Beby dan mendudukkannya di salah satu kursi.

"Masak apa hari ini?" Rey membuka kabinet untuk memeriksa makanan.

"Beby gak masak makan siang. Beby cuman bikin menu buat sarapan aja."

"Pantesan kosong." Rey menutup kembali pintu kabinetnya.

Rey mengambil dua buah apel lalu membelahnya menjadi beberapa bagian. Ia mengambil sebuah piring lalu menyodorkannya pada Beby.

"Makan buah dulu. Biar gue pesenin makanannya. Mau makan apa?"

Beby hanya bergeming dan menatap bingung pada Rey. Ia benar-benar bingung. Kenapa cowok dingin ini bisa berubah menjadi begitu baik dan peduli?

"Oke, karena lo diem aja. Biar gue yang pesenin. Kita pesen dua paket lunch box sama dua mocca ice. Camilannya kira-kira apa?"

Rey kembali menghela nafas. "Apa benturan itu membuat dia menjadi semakin telmi? Baiklah, serahkan semuanya pada Rey. Es krim, kentang goreng, burger. Selesai."

Rey memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mengeluarkan gelas keramik tadi dari dalam microwave. Menyodorkan salah satu gelasnya pada Beby.

"Hawanya dingin. Susu hangat baik untuk menghangatkan tubuh."

Tangan Beby terulur untuk meraih gelasnya.

"Aw!" Beby menjengit karena sengatan panas dari gelas yang sempat dipegangnya.

Rey mendecak pelan. "Hati-hati, By. gelasnya baru keluar dari microwave kenapa langsung lo pegang pake tangan? Kan udah gue kasih sendok."

Rey meraih telapak tangan Beby yang memerah dan hangat. Meletakkan sekantung es di atasnya. Bahkan ia beberapa kali meniup telapak tangan Beby agar sakitnya mereda.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang