14. Setitik Perhatian

43 23 0
                                    

Hari Jumat, hari tenang setelah selesai melaksanakan tes seleksi olimpiade. Kini semua murid pilihan hanya tinggal menunggu esok hari sebagai pengumuman kandidat yang terpilih untuk mewakili SMA GALAKSI dalam Olimpiade Sains Nasional yang akan diselenggarakan sepuluh hari lagi.

Beby sedang berada di perpustakaan. Hari ini freeclass, karena para guru sedang rapat. Beby sedang sibuk berkutat dengan bukunya. Mencatat berbagai materi pelajaran yang sempat tertinggal selama ia mengikuti tes seleksi.

"By, gue punya kabar penting buat lo!" teriak seorang cowok yang langsung duduk di samping Beby.

Beby mendongak dari buku catatannya. Menatap malas pada Felix yang heboh di perpustakaan. Untung saja Bu Tia, penjaga perpustakaan yang galak bukan main itu sedang istirahat sebentar. Bisa-bisa Felix diusir dari perpustakaan karena membuat gaduh.

"Ini di perpus Felix, bukan di kantin. Jangan teriak-teriak deh. Beby gak budeg kok," keluhnya.

Felix mengangguk. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Beby. "Tapi gue beneran punya berita penting buat lo," bisiknya.

Penasaran, Beby mendekatkan tubuhnya. "Apa?"

"Elo kepilih buat ikut olimpiade sains, bidang Fisika pula!"

Beby menyipit. "Tau darimana? Pengumumannya kan masih besok."

Antusiasme di wajah Felix tergambar jelas. Beby menyiapkan telinganya untuk mendengarkan cerita Felix.

"Guru-guru kan pada rapat di aula. Gue sama Max iseng masuk ke kantor. Gue buka deh map yang ada diatas mejanya Miss Sofia. Disana ternyata udah ada nama-nama murid yang bakalan diumumin besok. Waktu gue baca ada nama lo di barisan paling atas buat berangkat olimpiade di bidang fisika. Keren elo By. Otak gue aja mendadak nge-bug waktu liat soal fisika hari Senin. Bisa-bisanya elo sanggup ngerjain soal model begituan."

Felix berceloteh dengan sangat lancar. Beby hanya memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk mengiyakan, anggap saja pencitraan, supaya dianggap sebagai teman yang baik.

"Elo sendiri gimana?" tanya Beby akhirnya.

Felix langsung kicep. Dia menghela nafas kasar. "Tadi pas gue lihat sebenernya tes komputer gue nilainya bagus By."

"Terus?"

"Terus, ternyata ada yang lebih bagus lagi nilainya dari gue. Makanya gue kagak kepilih."

Beby mengangguk sambil memasang muka prihatin. "Emang berapa?"

"Punya gue nilainya 96, eh Si Dino malah nilainya 98. Andaikan sebelum tes komputer Si Dino gue sekap di toilet, pasti gue yang berangkat olimpiade di bidang komputer." Felix mulai melantur.

"Eh, tapi tadi gue lihat nilai komputer lo cuman 90 By, kenapa cuman segitu? Padahal kan gampang?" Felix tersenyum remeh.

Beby memutar bola matanya. "Kalo gampang, kenapa nilai lo cuman 96? Harusnya 100 dong!" sewot Beby tak mau kalah.

"Buset dah, galaknya keluar. Ya namanya juga manusia By, tempatnya salah."

BRAKK!!

"Heiii!" seru cowok perusuh yang lain lagi.

Gebrakan mejanya berhasil membuat Beby dan Felix terperanjat kaget. Keduanya langsung menatap sinis kearah Max, pelaku penggebrakan itu. Felix mengelus dadanya, menahan diri untuk tidak mengumpati Max karena sudah membuatnya terkejut.

Dan lagi-lagi Beby bersyukur, untung saja Bu Tia sedang tidak ada di perpustakaan. Jika ada, mereka sudah habis diusir dan dihukum karena berani membuat gaduh di area yang seharusnya tenang ini.

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang