Beby membuka pintu. "Pa, Beby pulang!" serunya, masih diiringi gelak tawa.
Mereka masih tertawa sampai akhirnya langkah kaki mereka terhenti di depan pintu ketika melihat ada seseorang yang sudah duduk manis di sofa ruang tamu, menunggu Beby.
Mata Beby melebar, ia menatap panik pada Max yang justru tampak lebih tenang. Beby mempercepat langkahnya untuk menghampiri seseorang yang duduk di samping papanya, disusul Max dibelakangnya.
"Maggie?" panggil Beby.
Maggie mendongak dari layar gawainya. Matanya berbinar ketika menatap Beby. Detik berikutnya tatapannya berubah lain saat mendapati pacarnya ada disana, sedang berdiri di samping Beby dengan wajah bingung.
Beby dan Max menyalami Stevan yang sedang duduk di sofa, menemani Maggie.
"Om Stevan apa kabar?" tanya Max, setelah bersalaman.
Stevan tersenyum. "Kabar Om selalu baik."
Beby langsung duduk di samping Maggie, meletakkan kantung berisi roti di atas meja. "Maggie ada perlu apa kesini malem-malem?" tanya Beby penasaran.
Max mengambil kantung milik Beby di atas meja. "By, ini gue bawain ke dapur, ya? Sekalian mau minta minum," katanya dengan santai.
Beby mengangguk sekilas, lalu berbalik menghadap Maggie. Apa yang dilakukan gadis lima belas tahun ini dirumahnya? Apa lagi sekarang sudah hampir jam sebelas malam.
"Maggie cuman mau ketemu Kak Beby," jawabnya.
"Besok kan kita bisa ketemu, Mags. Maggie nggak dicariin, keluar hampir tengah malam gini?"
Maggie menggeleng kecil. Max sudah kembali dari dapur. Ia duduk di sebelah kanan Maggie. Mata Maggie menatap Max dan Beby bergantian.
"Kok Kak Maxim bisa sama Kak Beby?" tanya Maggie pada Max.
Dari balik bahu Maggie, Beby memelototkan matanya, memberi kode supaya jangan menceritakan kalau dia baru saja mengantarkan Beby sepulang bekerja, karena masih ada Stevan disini.
Max menyadari kode Beby. "Tadi gue nggak sengaja ketemu Beby di warung pinggir jalan. Jadi gue tawarin buat pulang bareng. Nggak baik cewek pulang sendirian malam-malam." Max menjelaskan dengan tenang, sehingga tampak menyakinkan.
Beby menyentuh bahu Maggie. Membuat sang empunya menoleh padanya. "Maggie jangan salah paham, ya?"
Bibir Maggie melengkung tipis. Detik berikutnya ia mengangguk. "Maggie percaya sama Kak Beby."
Kepala Maggie kembali berputar ke arah Max. "Maggie mau tanya sesuatu sama Kak Maxim, boleh?" Matanya menatap lekat pada manik mata Max.
Beby menyadari kondisi. Mungkin mereka butuh sedikit privasi. Beby menoleh pada Stevan yang duduk di sofa sebelah. Ia bangkit menghampiri papanya.
"Pa, ini udah malam. Papa istirahat duluan aja. Nanti biar Beby yang temenin mereka."
Stevan mengangguk, mengiyakan saja. Karena memang jam segini biasanya Stevan sudah beristirahat di kamarnya.
Beby mengait lengan Stevan, menemaninya berjalan sampai ke kamar.
"Papa udah makan malam, kan? Udah minum obat juga?" tanya Beby ketika dirinya sudah sampai di depan pintu kamar Stevan.
Stevan terkekeh. "Sudah, By. Kamu nggak perlu khawatir."
"Ya sudah, Papa istirahat, ya? Beby mau turun, nemenin mereka."
"Jangan tidur larut malam," peringat Stevan.
Beby mengangguk, lalu berbalik untuk turun lagi ke bawah. Max dan Maggie masih duduk di sofa. Sepertinya percakapan mereka sangat serius. Beby kembali mengambil duduk di samping Maggie seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
ICY SUGAR [HIATUS]
Genç Kurgu[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ] "Kak Rey itu dingin kayak es. Terus manis juga kayak gula. Ya siapa sih yang gak bakalan suka?" -Beby. Aletta Beby Derandra, seorang gadis pindahan di SMA GALAKSI yang kedatangannya hampir menggemparkan seisi sekolah kare...