18. Cinta Segitiga?

33 21 0
                                    

Beby terhenyak, ia mencebikkan bibirnya. Kepalanya menoleh ke belakang. Rey bahkan meninggalkan dirinya tanpa ada rasa kasihan.

"Jahatnya Kak Rey," gumamnya.

Saat Beby kembali berpaling ke depan, sebuah tangan sudah terulur di depannya. Ia menatap tangan itu sekejap lalu mendongak, beralih menatap wajahnya.

"Kak Jordan?"

"Elo ngapain ndeprok disono? Mana kagak pake sepatu," cibir Jordan ketika melihat keadaan Beby yang terduduk di lantai-di tengah-tengah koridor-dengan kedua sepatu yang tergeletak disampingnya.

Beby menyambut tangan Jordan yang terulur. "Biasalah, Kak," jawabnya, masih murung.

Ia merapikan seragamnya sekilas lalu memungut sepatu-sepatunya. "Makasih ya?" Beby menyambung ucapannya.

Jordan mengangguk. "Iye."

Beby berjalan beriringan dengan Jordan menyusuri koridor dengan menenteng sepatunya.

"Gak dipake sepatunya?"

Beby menggeleng. "Gak usah."

Jordan terkekeh melihat penampilan Beby yang berantakan. Ia menyisir rambut Beby dengan jemarinya.

"Gara-gara Rey, ya?" Jordan menduga-duga.

Beby menghela nafas berat, menghentikan langkahnya. Mengambil posisi berhadapan dengan Jordan yang masih saja berusaha merapikan rambutnya.

Beby mengangguk. Sedetik kemudian ia tersenyum. "Habis kena tragedi sepatu terbang."

Kening Jordan berkerut. "Tragedi sepatu terbang?"

"Sini Beby ceritain!" Beby mengait lengan Jordan dengan antusias untuk ikut duduk bersamanya di kursi panjang yang ada di ujung koridor.

Jordan menurut saja mengikuti ajakan Beby. Ia memandang gadis itu takjub. Padahal baru beberapa detik yang lalu ia menemukannya dalam keadaan yang menyedihkan, sekarang bisa-bisanya Beby tampak seceria ini.

"Kalau Beby bilang tadi Beby nimpuk kepalanya Kak Rey pake sepatu, Kak Jordan percaya?"

Jordan mendelik. "Hah? Serius?"

Beby mengangguk. "Sebenernya Beby gak ada niat buat begitu sih. Abisnya Beby kesel, Kak Rey tuh nyebelin banget! Kalau Beby lempar pake sepatu kan Kak Rey jadi ngejar Beby, biar gak Beby terus yang ngejar-ngejar Kak Rey."

Beby dan Jordan tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita itu.

"Gile sih, elo berani banget. Gue aja kagak berani. Masih sayang nyawa," ungkap Jordan cekikikan.

Beby mendengus. "Kak Rey pasti marah banget. Kira-kira Beby bakal dimaafin kagak ya?" tanyanya pada Jordan.

Jordan menunjuk dirinya. "Elo nanya sama gue?"

Beby mendesis dan refleks menggeplak pundak Jordan. "Ya iyalah, kan cuman ada kita disini. Berarti ya Beby nanya sama Kak Jordan, masa nanya sama tembok?" kesalnya.

Jordan terkikik. "Elo aneh. Nanya sama tembok gak mau. Tapi doyan banget ngejar-ngejar manusia tembok," celetuknya.

Beby tertegun. "Manusia tembok? Kak Rey maksudnya?"

Jordan dengan entengnya menganggukkan kepalanya.

Beby tertawa kecil ketika menyadari kebenaran dari ucapan Jordan barusan. "Iya, ya kan? Beby aneh deh."

"Elo gak capek apa ngejar-ngejar Rey? Gak sakit ditolak mulu kayak gitu?"

Pertanyaan yang Jordan lontarkan membuat Beby menghela nafasnya. "Yah, namanya juga demi."

ICY SUGAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang