"Muzan sudah bangkit kembali." Kiriya bergumam. Dari ekspresinya, ia terlihat sangat tegang, panik, takut. Namun, sebagai penerus dari ayahnya, ia harus tetap fokus membuat strategi yang tepat untuk memenangkan peperangan besar ini.
"Tim pertama akan segera tiba! Tim kedua tepat berada dibelakang mereka." Salah satu adik dari Kiriya melapor. Entah siapa, mirip banget gak ada bedanya njer.
"Tunggu dulu!! Jangan pergi, berhenti!! Jangan mengirimkan tim ke tempat Muzan! Tetap siaga hingga para pilar tiba ke sini!" Anak laki-laki dari Ubuyashiki Kagaya itu berteriak. Entah bisa di dengar oleh yang lain atau tidak.
•••
Disisi lain, Tim pertama sudah terlanjur tiba di tempat Muzan. Salah satu dari mereka berusaha memotong benda aneh yang menempel.
Namun, tidak ada angin, tidak ada hujan. Korban bully (Y/n) no. 1 yang menjelma menjadi Raja iblis yang kejam dan tidak berperikemanusiaan itu kini telah bangkit.
Tanpa banyak bacot, ia langsung menebas seluruh tim naas yang hanya bisa berpasrah dan menunggu ajal menjemput. Sampai gagak tak bersalah yang cuma numpang lewat saja di belah.
Beruntungnya, Tamayo sudah diselamatkan lebih dulu hingga tidak menjadi korban di pembantaian massal ini.
Kiriya sudah panicc. Ia lantas memerintahkan tim kedua untuk mundur. Namun naasnya, Muzan sudah berada didepan.
Tapi, entah ada keajaiban apa, seekor kecoak raksasa seukuran kaki wall Titan meggeprek Muzan hingga penyet. Dan seluruh tim yang hampir koid itu langsung berlarian panicc.
Dan tau siapa pelakunya, kan?
Duta Kecoa kita.
Kiri(tod).
"Kalian cepat menjauh dari sini! Bahaya jika berkeliaran tanpa hashira yang mengawasi!"
Karena terlanjur takut, tim 2 hanya menurut saja walau tak yakin apakah bocah di depan mereka bisa melawan bapak dari semua iblis.
'(Y/n), Haruka, dan semuanya sudah berjuang keras, aku tak mungkin hanya menonton sambil ngemilin wishkas di markas.' Dengan tekad yang bulat sebulat tahu bulat, Kiri bergumam. Walau statusnya hanya pemandu sementara yang ditugaskan untuk membimbing (Y/n) and the babu ke jalan yang sesat, jangan remehkan pernapasan kecoak yang bahkan membuat Hantengu ngompol di celana.
Tapi, Muzan ya Muzan. Seekor kecoak takkan bisa membunuhnya. Walau sudah diserang dengan jumlah banyak pun.
"Bocah, apa yang kau lakukan di sini? Mau menjadi makan malamku juga?" Paujan, eh Marjan, maksudnya Mujan bertanya. Aneh rasanya, mengapa ada bocah nekat nangkep kecoak di tempat berbahaya seperti ini?
"Kenapa bocah si anjim!?"
"Yha, tinggimu seukuran bocah—"
"Tapi setidaknya aku tak sependek umur teman teman akang Levi."
Muzan mengernyit bingung. Ia tak ngerti bahasanya, jangan-jangan bocah didepannya ini alien yang nyasar entah bagaimana?
"Sudah cukup basa basi nya Jamal. Sekarang, bertaubatlah dan memohon ampun walau dosamu sudah setinggi kami no tou. Berhenti memakan manusia dan makanlah nasi. Jangan lupa sayur dan buah-buahan agar tubuhmu sehat." Ceramah Kiri yang berakhir nasihat seorang ibu yang memergok anaknya makan es teross.
Muzan terbengong-bengong. Pertanda apa ini? Ia akan sadar dan bertaubat serta menyerahkan diri ke bawah sinar matahari?
Sekali lagi, Impossible.
"Siapa kau berani menceramahi ku? Manusia adalah sumber makananku. Aku memakan mereka untuk bertahan hidup. Memangnya kau jika tak makan nasi seumur hidup kuat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Aurora | Kimetsu no Yaiba
AdventureBelanja di indoapril tapi lupa bawa dompet. Balik-balik malah kepeleset. Sungguh malang sekali bukan nasib gadis ini? Ishikawa (Y/n) namanya. Siswi SMP yang gemar ngewibu, pindah alam akibat kecerobohannya sendiri. Menyesal? Tidak. Bersyukur? Iya. K...