23| Kakek Gayung

5.3K 833 388
                                    

Setelah menunggu beberapa hari, nichirin (Y/n) selesai dibuat. Namun, hal itu tidak membuatnya ingin kembali balik. Dikarenakan takut diamuk emak yang mode tarunk saat melihat anaknya keluyuran ga balik-balik. Janda.

"Aku pengen balik, kangen rendang daging buatan Kiri. Tapi tanggung malem ini ada serangan hiksrot ..."

'Sebaiknya kau tinggal di sini sebentar lagi, (Y/n). Jika ada kau, mungkin lebih mudah mengalahkan dua uppermoon itu.' Partner baru kita, Rei memberi usul melihat majikannya tengah galau.

"Iyasih ..., Tapi i sangat lazy ..." Beberapa saat merenung, ia pun pada akhirnya tetap singgah di sana karena kangen dah lama tak bergelut dengan syaiton.

•••

"Hei, apa masih lama?"

Sedetik telah berlalu, dan tokoh utama kita yang sudah mulai lelah menunggu doi yang tak kunjung menotisnya pun angkat suara.

'Ya ...'

•••

"Masih lama?"

'Masih.'

•••

"Masih lama juga?"

'Masih, sayangku.'

•••

"Reiii! Masih lama!?"

'SUKIDIN, NANYA WAKTU MINIMAL ADA JEDA SEJAM KEK, TIDUR SANA!'

(Y/n) yang kicep pun langsung nurut dan langsung tidur. "Aku understand, selamat Yoru my bawahan."

•••

"Hoaaaam! Masih lama Rei?"

'...'

'Aku oke.'

(Y/n) mengernyitkan dahinya Herman. "Mimpi yang seram. Mak nya Eren dimakan kekeyi ..."

'...'

"Aih kelamaan, aku mau ke luar aja lah, mau ngitung oksigen." Begitulah keluhan terakhir yang keluar dari mulut tokoh utama kita, sebelum dirinya bergerak untuk melaksanakan aktivitas gabutnya tersebut.

•••

Di malam yang sunyi, (Y/n) tengah asyik menghitung oksigen dengan sharingan nya. Gak, janda.

Matahari sudah lama tenggelam, itu membuatnya segera berhenti dan berbalik, "Kakek gayung, bau busuknya sampai kecium!"

Kakinya mulai melangkah kembali menuju penginapan, dan di atapnya, terdapat penampakan seorang kakek kakek yang sedang merangkak seperti bayi.

"Nah itu dia!" Senyuman winner merekah di wajahnya, kemudian, dengan gercep melompat ke atas dan menarik nichirinnya. "Nafas Aurora, bentuk ke tujuh: Tikaman Cahaya Aurora!!"

Brak!

Hantengu menghindar. Wajah keriputnya kembali menunjukkan ekspresi ketakutan. "Hentikan! Jangan sakiti aku! Ekkkk!"

"Udah gede kok masih takut. Sini, kita by one sampe mampus!" (Y/n) meledek, kemudian langsung melesat dengan cepat untuk menebas leher si kakek gayung.

Dan si kakek tanpa melawan atau apa, hanya bisa terus menghindar dan menjerit, "Hentikan!! Ekkk! Ini sangat menakutkan!"

Tokoh utama kita pun hanya dapat mengernyit herman. Menatap aneh bin bingung kakek di depannya ini. Emang seserem apa sih dia sampe iblis bulan atas 4 aja ketakutan?

"JANGAN GITU APA WEH!! AKU INI GAK SEREM!!"

Crash!

"(Y/N)-SAN!?" Tanjiro yang merasa terganggu dengan keributan di atas pun keluar kamar.

[End] Aurora | Kimetsu no Yaiba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang