22| Desa Penempa Pedang

5.9K 859 276
                                    

"Cara ke-1000. Oke, ini harus berhasil, karena cara terakhir pasti sesat." Haruka bergumam. Sembari terus membaca tips yang ada di halaman buku. "Pasang earphone di telinga korban, lalu putar suara ketawa setan."

"KHIKHIKHIKHIKHI~"

Tak ada respon. Membuat Haruka memasang ekspresi lelah. Pilihan terakhir hanya di cara ke-1001 yang pastinya akan sesat.

"Jatohin kecoak mainan di wajah korban." Ia mengangkat sebelah alis merasa tertarik. Kemudian, tangannya bergerak ke dalam saku, mengeluarkan kecoak mainan bekas SD yang masih ia simpan.

Baru saja gadis itu hendak melaksanakan tipsnya, sang pemandu menghalangi, "Jangan! Kalau hanya mainan gak akan berefek. Lebih baik yang asli saja. Teknik pernafasan serangga, serbuan tentara kecoak!!"

Sayang sekali, bertepatan dengan kecoak pertama mendarat di wajah suci bersihnya, (Y/n) membuka mata.

"ANJ*NG!! WOE ANJ*NG!!!"

Refleks, ia melompat dari kasurnya layaknya trampolin. Membungkus dirinya menggunakan selimut sebagai bentuk perlindungan diri.

"Itu kecoak, cintaku. Bukan anjing." Sang pelaku tanpa merasa bersalah malah berujar demikian, dengan posisi santai.

"KIRI ANJ*NG!! KIRI ANJ*NG!!" Mengabaikan luka yang masih belum pulih, (Y/n) terus mengumpat, bahkan sampai loncat indah hingga nemplok di langit-langit seperti Inosuke.

Haruka mengerutkan keningnya. "Di kasih sentuhan kecoak, terus henshin jadi cicak? Gg sekali."

"AFJSJDKSNDKS—"

Bruk!

(Y/n) yang malang ini pun terjun payung ke kasurnya dan melanjutkan acara pura-pura pingsannya dengan melet agar lebih menghayati padahal mah tidak sama sekali.

"Bangun, Udin. Aku tak ingin menyiksa mu dengan tentara kecoak dua kali lipat!" Kiri dengan cepat menyibak selimut majikannya. Lalu bersiap dengan ancang-ancang untuk menjatuhkan sisa kecoak yang ada.

(Y/n) yang merasa ancaman itu bukan kaleng-kaleng langsung berdiri dengan wajah malasnya. "Iye, iye. Nih aku bangun. Berapa lama koma?"

"Koma bapakkau Sumanto, pingsan doang anjid. Sehari sebelum Tanjiro sadar."

Gadis itu hanya mengangguk paham sebagai respon. "Wah, ketinggalan apa aja nih selama dua bulan?"

"Si kampret satu ini jadi hashira, menggantikan Ujuy bin Udin yang wasted." Kiri menjelaskan sembari menoyor kepala majikannya yang satu lagi dengan tongkat ajaib. Dan sang korban pun disihir menjadi burung seperti ahli silap mata di serial kembar botak. /G

"Azekkk! Bagus itu!"

Haruka memutar bola matanya malas. "Gak bagus, jadi hashira tuh gak enak. Andai aja si Ujuy masih sehat wal-afiat ..."

"Oh iya juga yak! Si Ujuy bin Udin gimana kabarnya?" (Y/n) kembali bertanya. Karena bak kata pepatah, banyak bertanya, sesat di jalan.

"Ada di habitatnya. Btw gan, itu kok pala dua iblis sableng dah kepenggal? Kamu pelakunya?"

"Bukan aku, tapi Ilham."

"Bapakmu?"

"Bukan, anj*ng."

(Y/n) menghela nafasnya tanda sedang afk. "Ngomong-ngomong, harta kesayangan ku patah."

"Nichirin maksudnya?"

"Nah itu."

Haruka nampak berpikir. "Kalau gak salah, Yamada-san lagi positif kopit, makanya dia tidak bisa menempa pedangmu sekarang."

[End] Aurora | Kimetsu no Yaiba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang