19| Daki

5.6K 938 235
                                    

Ayam berkokok, tanda pagi sudah datang. Pagi untuk para iblis tapi, aslinya mah malem.

"Oi Sumanto bin Kokorono! mau sampe kapan kita begini?" Keluh (Y/n) yang kebosanan.

Uzui yang tengah mengawasi sekitar pun berbalik dan menatap sang babu galak. "Namamu ku ganti jadi Nono, mau?"

"Enak aja, Emak dah ngasih nama bagus-bagus, malah diubah."

"Terus tadi kau memanggilku apa?"

"Sumanto bin Kokorono."

"Itu anak siapa?"

(Y/n) terdiam. 'Iya juga yak, Sumanto bin Kokorono kan nama bapak si Udin.'

Pertanyaan, Kenapa (Y/n) kebosanan?
Itu karena semenjak kamaboko ganti gender, kerjaannya hanya mengawasi, mengawasi, dan mengawasi. Salah dia juga kagak mau ngikut Tanjiro sih.

Kan dia pengen cepet cepet ketemu si iblis berdaki, lalu pulang dan menyantap nasi Padang.

'Zenitsu juga mana sih!?'

'Bentar bentar, bukannya sekarang si Tanjidor lagi pamit sama mbak Koinatsu ya? ... Artinya ...' (Y/n) yang baru nyadar, maen nyelonong kabur aja sampe teriakan Uzui pun di abaikan.

•••

"Ya! Aku harus memakanmu sekarang agar aku tidak lupa. Lagipula malam ini adalah malam terakhirmu. Iya kan? Koinatsu?"

Selendang milik sosok wanita misterius tersebut mulai membungkus tubuh Koinatsu. Tapi, ada sesuatu yang menebasnya.

"Hm? Hashira, ya?" Gumamnya sok santuy.

(Y/n) mendarat tepat di sebelahnya. "Akhirnya kita bertatap muka juga ya, Mbak Daki."

Sosok yang dipanggil Daki itu hanya mengangkat sebelah alisnya. "Oh? Kau kenal aku?"

"Padahal kita pernah bertemu walau tak secara langsung, tapi kau melupakanku begitu saja? Kejam sekali." Dengan nada sok sedih ala Dombret, (Y/n) sedikit mengdrama.

"Aku baru ingat, kau kan sudah hidup ratusan tahun. Artinya, kau itu sebenarnya nenek nenek. Dan kau sudah pikun!" Ia menyambung. Seringai jahil menghiasi wajahnya.

Perempatan imajiner tercetak di dahi sang uppermoon 6 itu. "Hei, kau pikir dengan siapa kau bicara?"

"Dengan iblis yang bajunya kurang bahan, Dani eh Daki. Benar, kan?" (Y/n) menjawab dengan iseng, lalu menyambung, "Kalau dilihat-lihat, wajahmu mulus juga. Padahal kukira berdaki, seperti namamu."

Dan detik itu juga, selendangnya menyerang (Y/n) yang tentu saja dihindarinya dengan mulus. "Benar-benar bocah yang bosan hidup."

"Selendang yang bagus. Aku jadi ingin melihatmu menarikan Tari Jaipongan!"

Daki mulai terlihat jengkel. "Berhenti meledekku sialan!!"

'Sebaiknya ku pancing dia keluar agar tidak terjadi kerusakan,'

"Koinatsu-san, larilah sekarang!" (Y/n) pun keluar bermaksud memindahkan lokasi pertarungan di luar.

"Jangan kabur kau!!" Kali ini, (Y/n) kurang beruntung karena selendang Daki mengenainya.

Slap!

(Y/n) terhempas kebawah dengan darah yang mengucur di hidungnya. Bukan mimisan lihat husbu nyata ya, mba.

Daki mulai keluar, mendekati (Y/n) yang masih terbaring di bawah sana. "Oh! Aku baru ingat! Kau kan iblis yang melarikan diri itu!! Aku harus membawamu!"

"Sebelum kau membawaku, mungkin kau sudah dibawa ke alam lain oleh Tanjiro."

"Kepercayaan diri mu lebih besar dari dosa mu, ya?"

(Y/n) memicingkan matanya. "Miskin, ya? Cermin ada untuk kau mengaca. Sebaiknya kau jangan asal ceplas-ceplos."

Daki tertegun, baru kali ini dia bertemu dengan hashira yang berani sekali ketika berhadapan dengannya. "Kau benar benar ingin mati, ya!?"

"Belum, Muzan saja belum mati, kenapa aku ingin mati sekarang?" Gadis itu mulai berdiri, menancapkan nichirinnya untuk membantunya bangkit. "Baiklah, ayo kita lanjutkan."

Daki juga mulai menyerang dengan selendangnya. "Cih! Terlalu lamban!"

"Bentuk ketiga, tebasan cahaya Aurora!"

Di tengah pertarungan, seseorang memanggil dari belakang. "(Y/n)-san!!"

Yang dipanggil sontak berbalik. "Tanjidor, akhirnya datang juga!"

"Ada Pemburu iblis lain?" Daki terkejoet.

Duar!

"Cih! Suara apa lagi itu? Dari mana asalnya? Hm, Kediaman Ogimoto yah.
Hoi, berapa banyak dari kalian yang datang kemari?" Tanya Daki yang tentu saja gak ada yang jawab.

"(Y/n)-san! Ada apa sebenarnya??" Tanya Tanjiro yang ketinggalan informasi.

"Oh, dia, iblis selendang ini adalah babu Marjan nomer 6 dari atas yang menyamar sebagai Wasabi-hime." jelas (Y/n) ngaco.

"Maksudmu Warabi-hime?" Tanjiro membenarkan.

"Ya pokoknya itu lah. Dor, sebentar lagi Sumanto bin Kokorono nyusul kesini, sebelum dia beraksi, kita harus membunuhnya duluan!" Ujarnya lagi dengan penuh semangat.

"Eh ... Siapa itu?"

•••

Pertarungan antara Daki melawan (Y/n) dan Tanjiro masih berlanjut, sampai selendangnya yang membelah diri atau apalah itu kembali masuk ke tubuh Daki.

Perlahan rambutnya memutih layaknya nenek-nenek sungguhan.

(Y/n) yang melihat itu sontak tersenyum iseng. "Wah, sudah ubanan nih nenek nenek~"

"HEY! JANGAN GELUD DIDEPAN RUMAH ORANG!" protes seseorang tiba tiba.

"Menjengkelkan sekali ...."
Dalam sekejap, beberapa rumah disana sudah ambruk, termasuk Tanjiro yang terkena serangannya hingga terluka parah.

"Tanjiro!!" (Y/n) yang tadinya santuy santuy langsung berubah jadi khawatir.

"Tunggu! Tidak bisa dimaafkan! Beraninya kau melakukan semua ini!"

"Hah? Kau masih bisa bicara? Aku sudah muak dengan keberadaanmu! Hidup kalian itu tidak ada artinya dasar manusia manusia menjijikkan! Membusuk saja sana di neraka."

Srash!

Daki terkejoet, tanpa angin tanpa hujan, selendangnya tiba tiba tertebas.

"Banyak bacot nenek-nenek dakian,"

"KAU!!"

--------------------------------------------------------

TBC

Mau bilang apa ya? Entahlah, pokoknya koreksi kalau ada taipok ye:V

Pendek? Maapkeun, lagi gak ada ide.

Terus author juga gak bisa buat adegan gelud gelud gitu jadi sekali lagi maapkeun:(

Vommentnya ges:>

Sekyan, terima hutang -Author kuker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekyan, terima hutang
-Author kuker

[End] Aurora | Kimetsu no Yaiba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang