3| Reuni

9.9K 1.4K 235
                                    

Jumpscare bagi seorang (Y/n), sahabatnya yang diyakini telah lama modar, kini sedang berdiri tegak di depannya dengan memasang ekspresi yang sama.

Lantas gadis itu tak henti-hentinya menatap sahabat lamanya dengan wajah dongo. Sesekali mencubit atau menampar wajahnya dengan kasar, mengecek apakah ini mimpi atau dream.

"HARUKAAA?!?  HARUKA MAI PREN?! SIMP MAYAT BERACUN?! KOK IDUP LAGI?!"

"INI (Y/N) YANG PENYUKA OM-OM PENYAKITAN?! KOK ISO ADA DI SINI?!"

Gantian, kini giliran dua anak Mbah Kagaya yang memasang wajah ngelag. Sadar ya itu bapak mereka di katain?

Dengan cepat, (Y/n) memeluk sahabatnya itu dengan erat. "Gue ditinggal mati, tau-tau lo malah seneng seneng di sini ya, kampred!"

"SESEK ANJROT!" Haruka memberontak, lalu pandangannya seketika menghoror melihat sahabatnya sudah berderai air eyes. "Gue mati kayaknya kesepian banget hidup lu."

"Jadi suram kek masa depanmu anjeng." (Y/n) membalas dengan kesal. Lalu keduanya pun berjalan meninggalkan area Fujikasane dan pulang bersama. "Jadi keinget masa-masa sekolah dulu, dong."

"Biasanya kita mampir ke warung Bu Dinda buat jajan popes dulu, sekarang cuma bisa bengong liatin pemandangan jaman dulu." Haruka menimpali. Mengundang tawa dari sahabatnya. "Ngomong-ngomong, kronologi mati lu gimana, sih? Gajelas tau infonya. Tau-tau udah tepar di depan kulkas."

Gadis berhaori biru muda itu menghela nafas sesaat. "Kalau gue cerita, ntar lu ketawa."

(Y/n) terdiam membeku. Firasatnya berkata, Haruka mati dengan cara yang konyol. Ya wajar ketawa. Tapi dia penasaran. "Gue usahakan sekuat tenaga biar ga ketawa. Cepat cerita!"

"Janji?" Haruka memicing, lalu kembali memasang ekspresi serius. "Jadi waktu itu cuaca panas, dan gue mau ngambil air es dong. Nah, pas mau minum, ada suara hape nada deringnya aiaiai Bang Giyuu suka jablai. Otomatis gue kesedek dan mokad. Hape siapasih itu anjeng?"

"... H-hape gue?" (Y/n) seketika menunjuk dirinya sendiri. "AWOAKWOAK DEMI APA?! JADI SECARA GAK LANGSUNG GUE PELAKUNYA JUGA DONG?!"

"MAU MATI PAKE CARA APA LU?!"

"LU DULUAN SINI NTAR GUE NYUSUL AWOAKWO."

Keduanya pun bergelud hingga guling-guling saling menjambak. Bahkan sampai kecebur sawah. Berakhir pakaian mereka kotor berantakan. Dan dengan keadaan itu, keduanya kembali melanjutkan topik. "Oke, sekarang gantian. Lu juga mati terus masuk sini? Kumaha storynya?"

(Y/n) melirik, kemudian memasang ekspresi masam. "Kepeleset gue. Gatau dah mungkin gara-gara benturannya keras jadi mokad."

"Ngenes amat." Haruka geleng-geleng.

"Makasih simpatinya, bro."

"Gak bermaksud untuk bersimpati, sih."

"Mau mati pake cara apa lu?"

"Yha copas kata-kata gweh."

Oke, oke. Ganti topik.

"Btw beb, lu dilatih siapa disini? Terus pernafasan lu apa?" (Y/n) kembali membuka obrolan. Memecahkan suasana yang tumben banget garing.

"Mbah Urokodaki, sie. Satu perguruan sama Tanjirou. Tapi gue lebih dulu ngikut seleksi akhir, soalnya dia masih kudu latihan. Selain satu perguruan, kita satu nasib pula. Kena siksa arwah gentayangan, kena babu Urokodaki-san, kudu belah dua batu gede. Beuh, banyak dukanya." Haruka mengcurhat.

"Bhaks, penderitaan kita sama prend." (Y/n) menepuk-nepuk pundak Haruka, yang mana lebih terlihat seperti menabok. "Berarti pernafasan lo water?"

"No, salju. Mungkin karena mati gue keselek es, jadinya gini." Haruka menjawab. Sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hubungannya apa anjrot?"

"Gak ada, seperti hubunganmu dengan dia." (Y/n) memicing, lalu mengangkat alis begitu Haruka kembali bertanya, "Guru lu di sini siapa? Dan gimana keseharian lu? Asyik, gak?"

"Gue di sini bareng babu kesayangan gue. Lucu gaksi babu jadi guru? Ya, bodo amatlah. Kadang laknat emang, tapi kalau disuruh ini itu dia mau." (Y/n) menjawab, sedikit tertawa karena puas meledek pemandu yang sudah dianggapnya babu itu. "Saha namanya?"

"Kanan."

"Ha?"

"Iya anjer kanan."

Dengan begonya, Haruka menoleh ke kanan. "Mana anjir?"

"IYA NAMANYA KANAN GEBLEK!"

"HA???"

"Bodoamat, tadi ada iblis makan kayu."

Mereka berjalan beriringan tanpa tahu waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Matahari sudah tenggelam sejak tadi. Yh, namanya juga sahabat lama udah gak ketemu, pasti reuninya sampe gak inget dunia.

"Hm, gue dah sampe rumah nih. Duluan, ya! Mampir sini kapan-kapan!" (Y/n) pamit melambaikan tangannya.

"Yoi, sampe ketemu besok."

Angjay.

-----------------------------------------------------------

TBC

Sekalinya kawan seperbegoan debut, kata-kata mutiara pun bertebaran.

Pendek, seperti biasa, masih awal awal:v

Nih biodata Haruka.

Nama: Fujii Haruka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nama: Fujii Haruka

Tinggi: 160 Cm

Berat: rahasia negara

Pernafasan: salju

Udah kalik itu aja:v

Sekali lagi mohon mangap kalau ada typo ya wan kawan. Sudah saia bilang ini cerita pertama jadi yaa gitu deh:>

Tata~

[End] Aurora | Kimetsu no Yaiba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang