🍒🍒🍒
Beberapa hari setelah kejadian Keenan datang ke sekolahnya. Nala yang sudah menceritakan semua pada Nathan masih mengantongi Ktm dari pria tersebut.
Hari ini adalah hari jum'at, hari dimana semua siswa pilihan yang akan pergi ke tour kampus Brama Surya dikumpulkan dalam satu ruangan.
Ada 10 siswa dari 4 kelas yang nantinya akan pergi. Mereka akan menjalankan program tour selama seminggu di kampus tersebut.
Nala kini duduk di samping Alana dengan Nathan di sebelah kirinya, dan Fabian di belakangnya. Selain dari mereka berempat, salah satu diantara enam murid lainnya ada Almira, yang menjadi perwakilan dari kelas IPS 2.
Ibu Ambar, selaku ketua pelaksana kegiatan tour kini berdiri di depan untuk memberikan arahan bagi kesepuluh muridnya.
"Jadi, anak-anak, hari senin nanti, kita akan menjalani tour selama seminggu ke kampus Brama Surya. Untuk agenda kalian selama di sana, nanti akan dibagikan oleh ketua osis yang juga berlaku sebagai ketua kelompok dari sekolah kita."
Ke-10 siswa yang berada di dalam ruangan, kini sudah memegang buku panduan mereka. Sepeninggal Ibu Ambar dan perkumpulan di bubarkan, Nala, Alana, Nathan dan Fabian kini menghabiskan waktu istirahat di kantin.
"Kenapa lama banget sih kita tournya. Seminggu loh ini, mana jadwalnya padat lagi," keluh Nala.
"Tapi kan semua jadwalnya juga sangat berguna, Nal. Kita banyak belajar dari kegiatan yang sudah disusun oleh sekolah," sahut Fabian.
Nathan terkekeh sinis. "Lo bilang gitu ke dia enggak bakal bisa bikin dia berhenti buat ngeluh. Emang pada dasarnya dia malas belajar."
Nala kini melayangkan tatapan tajam pada Nathan. "Gue malas aja masih bisa masuk 5 besar, apalagi gue rajin."
"5 besar bukan hal yang bisa dibanggakan, Nal. Lo contoh temen lo nih, si Alana, enggak pernah turun dari peringkat 1 atau 2."
Nala kini beralih menatap Alana singkat, lalu kembali menatap Nathan. "Lo kok gitu sih. Banding-bandingin gue sama Lana. Gue tuh kem-"
"Ngoceh mulu," Nathan dengan cepat memasukkan kentang ke dalam mulut Nala yang hamper keceplosan. "Makan yang banyak, pura-pura pintar juga perlu tenaga."
Nala masih ingin menyahut, tapi Nathan memilih untuk beranjak dari kantin. Melihat tatapan Nala mengikuti Nathan hingga keluar dari kantin, Fabian pun berkata, "Lo sama Nathan tuh dekatnya beda ya, Nal. Lo lebih nyaman bercanda sama dia."
Nala terdiam sejenak lalu menatap ke arah Fabian yang sudah menunduk. "Tapi gue sama Nathan enggak ada apa-apa kok, Fab, serius. Kita cuma temen."
Kini senyum Fabian tercetak manis di wajahnya. "Semua hubungan yang serius, selalu didahului dengan pertemanan, Nal."
Nala semakin tidak enak, ada rasa bersalah ketika ia harus menutupi fakta bahwa ia kembar dengan Nathan di depan Fabian. Ketika mulutnya kembali ingin menyahut, Fabian lebih dulu berkata, "Gue balik duluan ya, lo jangan lama-lama makan, nanti telat masuk kelas."