23. Trouble

922 224 55
                                    

🍒🍒🍒

Nala tiba di rumah setelah menaiki taksi dari Mall menuju sekolahnya untuk mengambil mobil di parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nala tiba di rumah setelah menaiki taksi dari Mall menuju sekolahnya untuk mengambil mobil di parkiran. Sesampainya dikediaman, Nala langsung berjalan menuju kamar Nathan, karena ia ingat jika kedua orang tuanya sedang pergi.

"Nathaaaaaannn," rengek Nala sambil terisak setelah membuka pintu kamar kembarannya tersebut.

Nathan yang terkejut langsung menggeser tubuhnya saat Nala menghambur ke kasur dengan posisi tengkurap.

"Kenapa Nal?" Nathan terlihat khawatir. "Hei, kenapa? Siapa yang bikin lo kayak gini?"

Dadanya masih terasa sesak, bukannya menjawab pertanyaan Nathan, Nala malah semakin nyaring terisak di bantal. "Keennaaaaaannnnnn," ucapnya panjang.

Nathan yang tidak tahu harus berbiat seperti apa, hanya memilih diam, ia menunggu Nala tenang sehingga adik 15 menitnya itu bisa bercerita.

Menunggu sekitar 20 menit, Nala akhirnya mengangkat kepalanya. Rambut yang sudah acak-acakan, mata yang bengkak lengkap dengan ujung hidung yang ikut memerah, membuat Nathan semakin khawatir.

"Lo diapain sama Keenan?" tanya Nathan sambil membenarkan rambut Nala yang berantakan.

"Dia jalan sama Jessica," sahut Nala yang sudah tidak menggunakan sapaan sopannya lagi untuk Jessica.

"Bedua doang?"

Nala mengangguk. "Emang lo pikir gue bakal nangis kayak gini, kalau mereka jalannya bareng-bareng."

"Bukan gitu maksud gue. Emang lo ketemunya di mana?"

"Di Barber shop. Tadinya mau nemenin Fabian potong rambut, eh, ketemu dia lagi usap-usapan kepala sambil becanda."

"Terus kenapa lo pulang nangis, kan lo juga jalan sama Fabian. Enggak beda sama dia."

"Tapi kan, gue sama Fabian enggak usap-usapan kepala, Nath. Beda!" Air mata Nala kembali menetes, hal itu membuat Nathan gemas sekaligus sebal.

"Ya terus, sekarang lo maunya kayak gimana?"

Mendengar pertanyaan pasrah ala Nathan, isakan Nala berhenti seketika. "Gimana apanya?"

"Mau lo. Lo kan lagi galau nih, gue enggak bisa ajak lo jalan kayak biasa. Tangan sama kaki gue masih sakit."

Nala kini menatap tangan dan kaki Nathan dengan nanar. "Gue lupa lo masih sakit. Ya udah, gini deh, temenin nge-Netflix ntar malam, gimana?"

Kekehan Nathan kemudian terdengar. "Oke, kita nge-chill sampai pagi."

***

Malam hari tiba, saat Nala siap dengan perlengkapan menontonnya bersama Nathan, ponselnya bergetar di atas sofa.

Metanoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang