🍒🍒🍒
"Sejak kapan lo diganggu sama cowok kayak gitu?" tanya Keenan setelah beberapa saat mengakhiri panggilan Endy, teman sekelas Nala.
"Seminggu yang lalu. Tadinya temen, chat bahas tugas sama yang ringan-ringan, eh taunya dia nembak."
"Terus, kenapa nggak lo terima?"
"Ya enggak lah, orang gue enggak suka."
"Kalau enggak suka, kenapa dari awal lo ladenin dia?"
Nala kini menatap Keenan dengan kening mengernyit, "Dia yang sering chat gue duluan. Kita bahas tugas, masa nggak gue balas."
"Tapi abis balas, bahas sana bahas sini kan, masa modus kayak gitu aja lo nggak paham?"
"Gimana mau paham, orang gue balasnya pakai jari, bukan pakai hati."
"Tapi dia baper, dan lo enggak tanggung jawab."
Nala merasa tersudut, "Tanggung jawab gimana sih? Kan dia nembak, gue enggak suka, ya gue tolak. Masa iya gue terima."
"Kalo lo nerima cowok kayak dia, dianya yang gue seret."
"Kalo Endy, gue pasti enggak, beda lagi kalo Fabian yang nembak."
Kali ini, kening Keenan yang mengernyit. "Emang Fabian udah nembak lo?"
"Belum sih, tapi sudah bisa dipastikan dia suka gue. Kan lo juga lihat kemaren waktu di apartemen lo dia nembak gue secara enggak langsung."
Keenan tidak suka mendengar Nala membicarakan Fabian. Perasaan jengkelnya kini mencuat, bahkan hal itu mampu membuat raut wajahnya menjadi datar. "Jadi maksud lo, waktu lo bilang, lo suka cowok, cowok itu Fabian, iya?"
"Bisa iya, bisa juga enggak. Soalnya, setelah gue suka Fabian, ada satu cowok lagi yang gue suka. Tapi, gue tau dia suka sama cewek lain."
"Siapa?" tanya Keenan cepat.
"Ada aja, rahasia."
Lagi, Keenan tidak suka menghadapi Nala yang seperti ini. Dadanya mulai merasa sesak, ia merasa mulutnya gatal ingin mengomel, tapi sadar dengan lokasi mereka yang saat ini di tengah orang banyak.
Akhirnya, setelah menghabiskan waktu di kafe selama kurang lebih sejam menunggu hujan reda, Keenan dan Nala kembali melajukan mobilnya menuju pulang.
Perasaan Keenan masih mengganjal, apalagi melihat Nala yang tiba-tiba berubah menjadi diam.
Saat mobilnya masih membelah jalan, dering ponsel milik Nala kembali berbunyi. Keenan sempat menoleh, dan matanya menangkap nama Fabian di layar kaca hp Nala.