🍒🍒🍒
Pagi cerah di hari ke enam dari agenda tur sekolah di kampus Brama Surya. Kini, tinggal satu hari yang tersisa bagi siswa Bakti Setya untuk menyelesaikan program tur mereka.
Hari ini, masing-masing siswa dan mentornya kembali akan melakukan kegiatan perkenalan pembelajaran kampus. Ketika akumulasi nilai dikumpulkan, sejauh ini, Nathan masih memimpin skor tertinggi, kemudian disusul oleh Fabian menempati posisi kedua, sementara ketiganya adalah Alana.
Jangan tanyakan Nala dimana, posisinya tidak pernah bergerak dari angka 5. Seolah takdir angka tersebut sudah mengikatnya.
"Lo kurang banyak baca buku, lengah selama di kelas, dan kadang tidur waktu dosen tanya jawab, jelas aja posisi lo di angka 5," ujar Keenan saat ia dan Nala sedang berjalan ke arah kelas.
"Lo yang enggak tau gue. Gue sama angka 5 tuh udah kayak soulmate rasa karma, nempel dimana aja."
"Makanya jangan kebanyakan baca novel, banyakin baca buku ilmiah, biar otak lo kebuka, rangking lo naik."
Jengah dimarahi sang mentor, Nala pun mendengus kearah Keenan kemudian berjalan mendahuluinya menuju kelas.
Saat Nala masuk, matanya sudah menangkap sosok Jessica yang beberapa hari ini memang sudah menjadi teman rasa kakaknya selama di program tur kampus. Tanpa basa-basi, Nala langsung berlari kecil untuk bisa duduk di samping gadis tersebut.
"Pagi, Kak Jess. Kak Gio, Kak Fano," sapa Nala ramah.
"Pagi, Princess. Cantik banget hari ini," puji Gio, yang memang terkenal dengan mulut gombalnya.
Keenan yang mendengar hal itu langsung memukul pundak sahabatnya itu dengan gulungan buku. "Jijik."
"Kakak lihat di mading, kamu ada di posisi kelima dari 10 siswa tur, selamat ya, Nal." Jessica memberi pelukan singkat pada Nala.
Mendengar hal itu, Nala kontan tersenyum lebar, "Makasih banyak Kak, akhirnya, ada yang kasih selamat sama Nala. Padahal Kakak tau enggak, ada yang marah sama Nala pagi-pagi cuma karena Nala peringkat 5." Gadis itu jelas menyindir Keenan, hal itu diperkuat dengan lirikan Nala pada Keenan setelah ia berbicara.
Keenan langsung menoleh ke arah Nala dengan sinis. "Gue bukan marah, cuma mengevaluasi."
"Dih, kok nyahut, orang enggak ngomongin situ, yeeuu."
"Peringkat 5 tuh udah bagus kali, Nal. Peringkat cukup ideal." Fano menambahkan, dan itu semakin membuat Nala besar kepala dan membalas tatapan Keenan tidak kalah sinis.