🍒🍒🍒
seminggu berlalu setelah siswa Bakti Setya menyelesaikan agenda tur mereka di kampus Darma Surya. Kini kesepuluh siswa itu kembali berbaur dengan aktifitas biasa mereka.
Begitu pula dengan Nala dan Alana, sama-sama tiba di sekolah lebih pagi, bukan karena mereka rajin, tapi karena lupa mengerjakan pr lalu bergegas pergi dan mengerjakan bersama di kelas.
"Lan, bagi nomor 3 dong, gue udah tumpul nih," ujar Nala sambil mengeluh menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Alana langsung menyodorkan bukunya pada Nala. "Abis itu, gue nomor 5 ya, terakhir tuh."
Tangan Nala fokus mencatat, tapi mulutnya tetap bergerak menggerutu. "Kenapa sih, Bu Rifka nih kebiasaan. Ngejelasin dicari panjang x lebar, giliran pr malah disuruh nyari sudut lebar trapesium jajar genjang. Prnya enggak ada akhlak."
"Dari jaman moyang kita belajar matematika juga, emang udah gini bentukan gurunya Nal, enggak usah ngomel, syukur-syukur kita bisa ngerjain tanpa nyontek."
"Tanpa nyontek apaan, kita bagi-bagi jawaban itu enggak nyontek namanya?"
Alana kini memutar matanya jengah, "maksud gue enggak nyontek ke temen lain."
"Baahh! Nyontek ke yang lain auto dibully sama Nathan gue."
Keduanya kemudian diam sambil menyelesaikan pr, ketika masih ada sisa waktu sebelum bel berbunyi, Nala dan Alana masih sibuk berbincang, kali ini topik mengenai tempat les.
"Lo kok bisa tahan sih belajar sama Miss Gina, gue sebulan aja kapok belajar sama dia," ujar Nala yang mengeluh tentang guru privat mereka dulu.
"Miss Gina tuh kalo baru kenal emang agak strict diawal. Tapi setelah setahun ini les sama dia, gue enjoy kok."
"Enjoy apaan, pulang les gue gendutan, abis ngerjain soal balas dendamnya makan."
Alana kemudian tertawa, "Lo tuh biasa ngelampiasinnya ke makanan Nal, padahal itu yang bisa bikin IBS lo kambuh. Mulai sekarang kurang-kurangin lah kayak gitu."
"Gue pengen, tapi kadang khilaf," ujar Nala sambil merapikan buku matematikanya lalu mengambil buku Biologi, pelajaran pertama. "Eh, tapi ya Lan, serius deh, gue pengen punya tutor. Kita kan udah mau ujian nih, gue ngerasa kurang banget dipelajaran ngitung."
"Ya udah, minta ajarin Nathan aja. Dia kan jago."
Nala melirik Alana sebal. "Belajar sama Nathan itu, pintar enggak, kenanya di mental. Gue benar 9 dari 10 soal, yang dia ungkit berjam-jam cuma 1 soal yang salah gue kerjain."