BRT-19

2.2K 108 9
                                    

Pagi ini mood Anne buruk, semua anggota keluarga sedang tertawa dimeja makan. Mereka tertawa karena gadis yang sedang ikut sarapan bersama. Entah mengapa Anne kurang suka dengan kedatangan perempuan tersebut, rasa tidak ingin tersaingi keluar dari dalam diri Anne saat Bunda memuji wanita itu.

"Viona ternyata humble banget, udah begitu cantik juga."puji Bunda, Anne dapat melihat senyum malu-malu wanita itu.

Anne kira ucapan Rey kemarin hanya bualan semata saat dia mengatakan bahwa Viona ingin mengajak dirinya hangout. Dia menyanggupi untuk hangout bersama setelah melahirkan, tapi lihat dipagi hari seperti ini gadis itu sudah datang.

"Tante bisa aja sih."jawabnya malu-malu.

"Sekarang kesibukan kamu apa? Kerja?"tanya Bunda. Sejak tadi Anne merasa tidak dianggap, biasanya meja makan akan dipenuhi oleh suara Anne saat ini hanya ada pertanyaan untuk Viona. Bahkan Rey dari tadi juga sesekali menimpali pembicaraan mereka.

"Aku lagi cari kerja Tan, coba keluar dari zona nyaman. Bosen kerja ditempat Papa."

"Seharusnya enak dong, enggak perlu

"Anne udah selesai sarapan."ucap Anne berdiri dari duduknya.

"Mau kemana, sayang?"tanya Rey.

"Ke belakang, nyiram tanaman biar segeran."jawab Anne dengan maksud lain, supaya Rey peka. Tapi apalah daya, Rey kembali menyantap makanan di depannya. Rasanya Anne ingin berteriak di depan Rey saat ini juga.

"Dasar enggak peka."guman Anne dengan menghentakkan kakinya menuju taman belakang.

Anne menyiram tanaman dengan menggerutu, bisa-bisanya tidak menyusul dirinya kemari. Mungkin sekarang dia sedang tertawa sama cabe ranggunan didalam sana.

"Papa kamu enggak peka banget ya nak."ucap Anne seraya mengelus perutnya,"nanti kalau udah gede jangan kayak Papa kamu. Enggak pernah punya pacar soalnya enggak peka sama cewek, cuma Mama yang tahan sama sikap Papa kamu."Anne ingin menunjukkan kepada anaknya bahwa sang Papa sangat bucin kepada Mamanya.

"Hemm." Anne menoleh saat mendengar suara orang berdeham, Anne kembali melakukan kesibukannya saat melihat Rey berdiri disana.

"Ngapain tuh orang nyamperin kesini, mungkin baru inget kalau punya istri."batin Anne.

Rey tersenyum saat melihat Anne dari belakang. Rey berdiri disana sejak wanita itu ngedumel tidak jelas karena cemburu. Wanita hamil kalau cemburu ternyata ngeri, menghasut anaknya supaya tidak mirip dengan sang Papa. Rey tersenyum tipis, dalam hatinya dia berkata jika sang jabang bayi harus mirip dengannya karena dia paling bersemangat saat mencetaknya.

Rey memeluk tubuh Anne dari belakang, tapi sesaat kemudian selang yang berada di tangan Anne dijatuhkan begitu saja oleh wanita itu. Dihempaskan tangan Rey yang memeluk tubuhnya, Anne saat ini sedang mode ngambek.

"Sayang, jangan ngambek."ucap Rey dengan nada manja. Anne tidak akan luluh begitu saja, apa dia tidak tau rasanya tidak dianggap tetapi ada? Sakit tapi tak berdarah.

Saat Rey ingin membuka suara kembali untuk membujuk Anne harus terhenti karena Viona yang berdeham dibelakang mereka dengan senyum sok manisnya.

"Sok manis banget!!"batin Anne.

"Maaf mengganggu tapi aku mau bilang sesuatu sama Anne."ucapnya lembut. Alis Anne terangkat, sok akab sekali ingin berbicara sesuatu.

"Bicara apa?"tanya Anne.

"Aku mau ngajak kamu hangout, Rey udah bilang sama kamu kan?"

"Mau kemana?"jawab Anne seadanya, ketara sekali jika dia tidak menyukai perempuan dihadapannya ini.

"Mall, mungkin?"

"Mall? Ini masih jam 8 pagi. Mall mana yang udah buka?"

"Kita ke pantai?"

"Kamu enggak lihat? Kalau perut aku udah gede begini. Nanti kalau aku lahiran disana gimana? Anak aku jadi asin nanti, masa emak bapak nya cakep anaknya titisan ikan asin."ujar Anne, Rey menahan tawanya saat mendengar jawabannya nyeleneh dari Viona. Viona menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu kasar banget sih, dia tanya baik-baik tapi kamu jawabnya begitu."ucap Rey memperingati Anne.

"Kasar apaan sih? Aku cuma bilang apa adanya."jawab Anne dengan sengit. Dia tidak suka dengan perempuan satu ini. Karena dia tidak akan membiarkan orang luar mengusik rumah tangganya.

Anne berjalan meninggalkan mereka berdua menuju kamarnya. Hatinya terasa sesak karena Rey membiarkan perempuan hadir di antara mereka. Air mata Anne meluncur begitu saja tanpa bisa ditahan, apalagi akhir-akhir ini dia sedang mengalami kekhawatiran yang luar biasa karena takut melahirkan. Jika kalian bertanya apakah Rey tau jika dirinya takut melahirkan? Tidak!! Anne menyimpan ketakutannya sendiri karena dirinya tidak ingin Rey merasa cemas.

Anne memasuki kamarnya lalu menghapus air matanya kasar. Ia meringis saat perutnya terasa kram.

"Awshh..." ringis Anne saat perutnya dirasa kram, dielusnya perut yang saat ini terasa kencang itu.

Dirinya berbaring dikasur untuk mengurangi rasa sakitnya, dia tidak boleh panik.

"Jangan nakal, sayang."ucap Anne mengelus perutnya.

Saat dirinya telah berbaring, Ia merasa ingin buang air besar. Tanpa menunggu lama Ia berjalan pelan menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi tidak dia tutup rapat karena takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan dan orang diluar tidak mendengar suaranya.

Anne mengeram karena sejak tadi dia merasa buang air besar tetapi saat sudah didalam kamar mandi, rasanya tidak jadi. Dan saat ini sakitnya beralih ke pinggang. Mana suami tidak peka nya itu belum menemui dirinya hingga saat ini, terhitung hampir 30 menit saat Anne masuk kedalam kamar.

"Shh.. Kok makin mules sih."ucap Anne mengelus perutnya. Lebih baik sekarang dia turun kebawah.

Anne berusaha menahan rasa mulas yang muncul semakin menjadi, dirinya berjalan pelan menuruni tangga.

"Bunda!" Panggil Anne saat dia berhasil menuruni anak tangga, tetapi rasa sakit diperut semakin terasa.

"Ayahh, Kak Rey!!"teriak Anne.

"Anne kenapa?"tanya Bunda yang berlari kearah Anne.

"Perut Anne sakit bund."ringis Anne.

"Kamu mau lahiran?"

"Enggak tau, pokoknya sakit." Anne meremas tangan Bunda.

"Ayo duduk dulu, Bunda panggil Ayah dulu."ucap Bunda lalu menuntun Anne untuk duduk disofa, Bunda akan memanggil Ayah yang berada di taman belakang.

Anne mengatur nafasnya, Bunda sudah berlari memanggil Ayah tanpa memikirkan bahwa sekarang dia sedang menggunakan daster.

"Hikss.. Hikss.. Sakit, kok sakitnya jadi tambah sih."ucap Anne menangis.

"Anne, sayang."ucap Ayah dengan wajah paniknya.

"Ayo kerumah sakit, sekarang!!"teriak Ayah. Hatinya teriris melihat wajah kesakitan sangat putri.

Ayah membopong Anne menuju mobil sedangkan Bunda mengambil tas yang sudah disiapakan jika sewaktu-waktu Anne ingin melahirkan. Anne duduk dibelakang dengan Bunda, sedangkan Ayah duduk dikursi depan dengan sang supir.

"Ayo, jalan!"ucap Ayah terkesan dingin kepada sang supir.

"Tunggu, Kak Rey kemana?"tanya Anne dengan meringis menahan sakit.

"Rey baru nganter Viona pulang."jawab Bunda yang membuat dunia Anne hancur. Disaat seperti ini, Rey malah mengantarkan wanita lain daripada istrinya yang sedang kesakitan?

Tanpa disadari oleh mereka, Anne meremas kuat daster yang dia pakai. Rasanya sakit di perutnya bertambah dengan dadanya yang terasa sesak.

Bolehkah dia menyerah untuk kali ini?

HALLO SEMUA🖤

GIMANA KABAR KALIAN?

EPA BARU BISA UP, KEMARIN SEDANG DALAM KEADAAN DUKA

SEE YOU SEMUA🖤

BROTHER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang