BRT-9

4.4K 191 3
                                    

"Sebentar, sebentar aja kayak gini." ucapnya dengan nada parau, Anne merasakan bahunya basah. Rey menangis??

Tangan Anne mengelus punggung Rey yang terlihat bergetar.

"Jangan pergi lagi." ucap Rey serak.

Anne hanya diam, tangannya masih aktif mengelus. Tidak mendapat jawaban dari Anne, Rey mendongak ditatapnya mata Anne dengan lembut.

"Kenapa pergi?" tanya Rey menggenggam tangan Anne. Anne menunduk enggan menjawab pertanyaan Rey.

"Bahkan aku enggak tau, kalau ada anak ku di sini." ucapnya mengelus perut Anne, elusan yang diberikan Rey seperti sihir bagi Anne, perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan, jantungnya berdetak dengan cepat bahkan sekarang sang bayi menendang karena elusan tangan Rey.

"Lihat, dia tau kalau Ayah nya ada disini."ujar Rey bahagia.

"Maaf."ucap Anne lirih.

"Sekarang kita pulang dulu, kita bicara dirumah." ucap Rey tanpa membalas ucapan maaf dari Anne. Anne merasa Rey mengalihkan pembicaraan, kenapa dirinya menjadi merasa bersalah karena menyembunyikan kehamilannya.

Anne hanya terdiam disepanjang perjalanan, dirinya tidak berani menatap Rey yang sedang serius menyetir di sampingnya.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat didepan kontrakan Anne, Anne terdiam sebentar lalu memulai pembicaraan.

"Kak."

"Bicara didalam." ucapnya lalu keluar dari mobil.

Anne menyusul Rey lalu membuka pintu kontrakan, mengajak Rey duduk diruang tamu yang hanya terdapat sofa.

"Mau minum apa? Biar Anne buatkan."

"Lebih baik duduk dan jelaskan."ucapnya datar.

"Maaf." ucap Anne menunduk.

"Bicara selain kata maaf Anne, kamu tidak tau bagaimana frustasinya aku saat mencari kamu?"

"Maaf Kak.. Hiks.. Hiks.." ucapnya tergagap karena tangis. Rey duduk disebelah Anne, membawa sang wanita ke dalam pelukannya.

"Aku enggak bisa marah sama kamu." Rey membiarkan Anne menangis, biarlah dia meluapkan perasaannya saat ini.

"Aku denger waktu di restoran kalau aku bukan... Hikss... Hikss." ucapnya terhenti, perasaan hancur saat dia mengingat kata-kata jika dirinya bukan anak kandung. Rey semakin mengeratkan pelukannya, membenamkan wajah Anne didada bidangnya, Ia tidak peduli baju mahalnya basah karena air mata Anne.

"Maaf." ucap Rey

"Kenapa kalian enggak bilang ke Anne, kalau Anne bukan anak kandung?"

"Kakak enggak berhak ngasih tau itu, yang berhak kasih tau itu Ayah dan Bunda."

Anne diam tidak membalas perkataan Rey, tangisnya pun mulai reda.

"Kakak minta maaf ya." ditarik nya Anne untuk mendongak menatap matanya.

"Enggak!"

"Apa lagi?" tanyanya bingung.

"Kakak dijodohin, terus enggak nolak!!"

"Aku nolak, sayang."

"Bohong!!"ucapnya lalu meninggalkan Rey memasuki kamarnya ditutup nya pintu dengan sedikit keras, Rey hanya diam tanpa berkedip. Ia masih mencerna itu semua, jadi alasan Anne pergi juga karena perjodohan sialan itu? Bngsd sekali!!

Rey berdiri lalu guna menyusul Anne kedalam ruangan tersebut, pasti itu kamar Anne. Diketuknya pintu itu terlebih dahulu namun tidak ada sahutan sama sekali.

BROTHER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang