BRT-21

2.2K 115 3
                                    

Anne beserta anaknya sudah dipindahkan keruang rawat, keadaan Anne saat ini juga sudah pulih walaupun badannya masih terasa lemas. Dia benar-benar merasakan perjuangan seorang ibu dan dia bangga sekaligus bersyukur karena dia dapat merasakan itu semua. Anne tersenyum melihat Rey berceloteh ria dengan menggendong putri mereka. Bunda dan Ayah juga tidak kalah bersemangat, namun sejak tadi Bunda dibuat kesal oleh Rey yang titik memperbolehkan Bunda menggendong putrinya.

"Rey, gantian sama Bunda. Bunda juga pengen gendong."

"Bunda kan dulu udah pernah, ini Rey baru pertama kali Bund."

Anne melototi Rey karena tidak memperbolehkan Bunda menggendong putrinya, seharusnya yang tidak diperbolehkan menggendong itu Rey. Disaat Anne sudah berada diruang persalinan laki-laki itu baru datang dan tidak ada disaat dirinya sedang kesakitan karena harus melewati pembukaan.

Persalinan Anne lancar walaupun ini pertama kalinya dia melahirkan. Prosesnya pun bisa dibilang cepat. Saat dia sampai dirumah sakit ternyata sudah pembukaan 7 dan 1 jam kemudian dia sudah pembukaan lengkap.

"Seharusnya yang enggak boleh gendong baby itu kamu."ucap Anne menatap Rey sengit.

"Sayang, kenapa?"tanya Rey bingung, kenapa dirinya tidak diperbolehkan menggendong putrinya sendiri. Hasil dari olahraga yang dia lakukan setiap hari bersama Anne.

"Kasih baby ke Bunda!"ucap Anne dengan wajah datarnya, membuat Bunda bersorak gembira.

Rey tidak menyangka bahwa Anne akan melakukan itu kepada dirinya. Salah apa dia? Sehingga Anne seperti ini. Dia rasa tidak memiliki salah. Bahkan sehabis Anne melewati proses persalinan tadi mereka masih sempat berciuman diruang persalinan.

"Kamu kenapa sih?"tanya Rey bingung tetapi tetap menyerah baby ke Bunda. Rey dapat melihat wajah mengejek Bunda saat baby telah berada di gendongannya.

"Kakak keluar aja deh, aku males banget lihat muka kakak."ujar Anne yang membuat dunia Rey runtuh. Apa yang tadi Anne katakan? Malas melihat wajahnya?

"Kamu kenapa sih? Aku ada salah?" Rey mendekat kearah Anne dia duduk dikursi samping ranjang rumah sakit. Namun Anne mengalihkan pandangannya, enggan untuk melihat wajah Rey.

Ayah mengajak Bunda untuk keluar sebentar, Ayah tau jika anak-anaknya membutuhkan waktu berdua saat ini. Bunda menidurkan baby kedalam box disamping Anne, bayi mungil itu terlelap dengan begitu cantik.

Mereka berdua saling diam saat kedua orangtua mereka sudah keluar. Mereka sibuk akan pemikiran masing-masing. Anne yang merasa sakit hati karena Rey memilih mengantarkan wanita lain daripada menemani dirinya yang sedang kesakitan. Percuma saja Rey mengambil cuti untuk menemani dirinya melahirkan tetapi dia ada disaat saat bayi Anne sudah akan keluar.

Rey masih diam tidak memulai percakapan, dia takut jika salah berbicara kepada Anne. Dia sedang berpikir kesalahan apa yang telah dia perbuat. Apakah Anne masih marah dengan kejadian tadi, saat dirinya membela Viona?

"Maaf."ucap Rey memecah keheningan. Anne masih enggan untuk menjawab ucapan maaf Rey.

"Sayang, jangan begini. Aku minta maaf. Bukan maksud aku bela Viona tadi, tapi aku cuma minta kamu jangan terlalu menunjukkan ketidaksukaan kamu sama dia."

Anne melotot menatap Rey, ternyata laki-laki yang berada di sampingnya ini belum tau kesalahannya. Dasar laki-laki tidak peka.

"Bukan itu."

"Terus apa?"tanya Rey.

"Pikir sendiri."

Rey mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak bisa jika diajak seperti ini, dia lemah jika menyakut hal-hal yang berbau wanita.

"Please, tell me."pinta Rey dengan nada lirih.

Dalam hati Anne menggeram marah, lihat laki-laki ini sudah membuat kesalahan namun dia tidak sadar.

"Kamu kemana tadi? Disaat aku cariin kamu waktu aku kesakitan tapi kamu malah pergi nganter cewek lain."ucap Anne dengan nada memburu, staminanya sudah kembali jika untuk memaki Rey.

"Maaf, sayang. Tadi aku anter Viona."

"Kamu lebih milih anter cewek lain daripada aku!! Aku yang jelas-jelas istri kamu dan aku lebih membutuhkan kamu!!"teriak Anne memenuhi ruangan itu. Bahkan bayi mereka menggeliat kecil.

"Anne, i'm so sorry."ucap Rey dengan wajah memelas berharap Anne mau memaafkan dirinya.

"Enggak!! Kamu keluar aja deh, lihat wajah Kakak bawaannya pengen makan orang." Anne memalingkan wajahnya supaya terlihat jika dirinya tidak mengaharapkan kehadiran Rey, padahal dalam hati dia berdoa jika Rey terus berusaha membujuk dirinya.

Rey menenguk ludahnya dengan kasar melihat sikap Anne yang berubah menjadi galak setelah melahirkan. Bahkan belum ada beberapa jam Anne melahirkan, tingkahnya sudah terlihat kejam. Bagimana jika besok dan seterusnya, Rey pastikan dia akan tunduk dibawah kuasa Anne, tetapi dia rela.

Rey mengelus rambut Anne lalu dia menatap bibir Anne, saat dirinya akan mengecup bibir itu Anne memalingkan wajahnya. Rey menghela nafas pelan, mungkin Anne butuh waktu karena dia masih lelah setelah berjuang melahirkan putri mereka.

"Aku diluar kalau kamu butuh sesuatu."ucap Rey lembut lalu berjalan kearah box dan dikecupnya pipi putri semata wayangnya itu.

Anne berdecak kesal saat Rey sudah menghilang dibalik pintu."ck, dasar enggak ada usaha buat bujukin."

Anne melihat putrinya yang tertidur pulas di box bayi, diamati wajah cantik yang sangat mirip Rey. Bahkan tidak ada yang menurun dari Anne. Hidung, mata, bibirnya pun mirip dengan Rey. Apa karena saat membuat hanya Rey yang bersemangat. Ahh iya, dulu Rey sangat bersemangat.

"Kok mirip Ayah semua sih nak? Bunda enggak kebagian dong."

Anne menoleh kearah pintu saat mendengar suara decitan pintu. Ternyata suster datang membawa makanan, karena sehabis melahirkan Anne belum makan. Perutnya sudah keroncongan, karena sudah dikeluarkan isinya tadi.

"Ibu, ini makanannya. Tapi sebelum itu putrinya disusui dulu ya. Kasian sudah mulai haus."ucap Suster saat tangannya dihadapkan dengan bibir mungil yang terbuka milik putrinya, pertanda bahwa sang bayi kehausan.

Suster membantu Anne untuk menyusui, Anne harus beradaptasi terlebih dahulu. Dia masih terasa geli sekaligus bangga saat bayi cantik itu kuat sekali menghisap payudaranya. Walaupun Rey juga sering berbuat seperti itu tetapi sensasinya berbeda.

Setelah disusui oleh baby kembali tertidur dan Anne belum melihat Rey setelah dia usir tadi. Bunda masuk kedalam ruangan dengan senyum lebarnya. Anne sangat bahagia saat melihat Bunda banyak tersenyum.

"Sudah makan, sayang?"tanya Bunda lembut, mengelus kepala Anne.

"Udah Bund, tadi dianterin makanan sama suster."

"Anak Bunda udah gede sekarang. Udah jadi Ibu."ucapnya tersenyum tetapi air matanya juga ikut turun, air mata kebahagiaan.

Anne memeluk erat pinggang Bunda."Bunda makasih selama ini, Anne tau gimana perjuangan seorang ibu. Walaupun Anne tidak lahir dari rahim Bunda tapi Anne tau perjuangan Bunda untuk membesarkan Anne sungguh luar biasa."ucap Anne yang sudah meneteskan air matanya. Bunda ikut meneteskan air mata harunya.

"Udah enggak boleh nangis, sekarang udah punya anak. Malu sama anaknya karena masih cengeng."Anne mengangguk lalu menghapus air matanya.

"Cucu Bunda udah dikasih nama belum?"tanya Bunda antusias.

"Belum Bund, nunggu Kak Rey yang kasih nama."

"Loh, itu Rey duduk diluar sama Ayah. Mau Bunda panggil?"

"Ehh.. Enggak usah Bund. Anne lagi marah sama Kak Rey."

"Kenapa?"

"Anak Bunda itu makin kesini makin enggak peka, aku marah bukannya di bujukin malah dia nurut waktu aku bilang suruh keluar."

Bunda hanya geleng-geleng kepala, saat mendengar cerita dari anak sekaligus menantunya itu. Semoga mereka akan selalu bahagia setelah ini.

HALLO SEMUA🖤

LANJUT ENGGAK NIH?

COMENT, VOTE YA❤



BROTHER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang