Rey dan Anne sedang dalam perjalanan menuju cafe, Anne nampak cantik dengan baju ibu hamil yang bermotif bunga.
Rey terus mengedarkan pandangannya kesegala penjuru arah cafe ini, ternyata Anne cukup pintar dalam membangun sebuah usaha. Gaya cafe yang menarik mampu membuat anak muda untuk nongkrong di tempat ini.
Rey menunggu Anne yang sedari tadi berbicara dengan salah satu pegawai perempuan, bosan? Sangat bosan sekali! Rencananya mengurung Anne dikamar hotel tidak berjalan lancar. Rey memicingkan matanya saat seorang pegawai laki-laki menghampiri Anne dan berbincang. Anne tertawakan ketika bersama dengan laki-laki itu. Sialan!! Rey merasa cemburu melihat itu semua, tangan Rey sudah mengepal ingin menghajar pria tersebut yang dengan beraninya menyentuh pundak Anne.
Bugg.. Bugg..
"Kak Rey!!" teriak Anne keras saat Rey tiba-tiba datang dan menghajar Jonathan.
Anne menarik tubuh Rey yang berada diatas tubuh Jonathan, dirinya takut jika Rey seperti ini.
"Kak Rey!! Cukup!!" teriak Anne yang diiringi dengan suara tangisnya.
Rey menghentikan pukulannya saat mendengar suara tangis Anne, Rey mendongakkan kepalanya melihat Anne yang menuntup matanya menggunakan tangan. Jantung Rey terasa nyeri saat melihat Anne menangis!
"Jangan nangis." ucap Rey lalu menarik Anne kedalam pelukannya. Berada pegawai membantu Jonathan yang tergeletak dilantai dengan beberapa luka lebam diwajahnya.
Hikss... Hikss..
"Shutt, jangan nangis."
Rey masih berusaha menenangkan Anne yang menangis ketakutan, tangannya mengelus punggung Anne yang masih bergetar. Untung saja masih pagi, sehingga belum ada pengunjung yang datang.
"Kak Rey jahat!" teriak Anne lalu mendorong tubuh Rey sehingga pelukan mereka terlepas.
Anne membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan Rey, Anne memasuki sebuah ruangan. Rey mengikuti langkah Anne, tetapi sebelum dia ikut masuk pintu sudah ditutup dengan keras oleh Anne.
"Astaga!! Kaget anjng." umpat Rey yang merasa jantungnya berdetak dengan cepat karena kaget saat pintu tertutup tepat didepan wajahnya.
Rey membuka pintu tersebut, disana Anne sedang duduk disofa dengan tangan yang bersedekap didada.
Rey duduk disebelah Anne, ditoel-toel lengan Anne yang sedikit berlemak semenjak kehamilannya. Semua itu tidak membuat Rey berpaling karena Anne sekarang lebih gemuk daripada dulu, tetapi membuat Rey merasa gemas."Sayang." panggil Rey lembut namun tidak ada jawaban dari Anne.
Rey merapatkan tubuhnya ke Anne, memeluk Anne dari samping.
"Sayang."panggil Rey lagi dengan salah satu tangannya mengelus perut buncit Anne.
"Apa!!" jawab Anne ketus.
"Kenapa marah?"
"Kamu masih nanya kenapa aku marah? Setelah apa yang kamu lakuin tadi,hah?! Astaga! Aku enggak habis pikir, kamu mukulin orang begitu aja tanpa sebab?"
"Aku enggak suka kamu berbincang terus tertawa sama cowok lain." ucap Rey datar.
Anne menghembuskan nafasnya, coba mengatur emosinya saat ini. Sikap posesif Rey sudah keluar dan Anne benci itu.
"Kakak balik ke Hotel aja deh, aku mau kerja." ucap Anne lalu berdiri menuju kursi kerjanya guna mengecek keuntungan bulan ini.
"Enggak!!"
"Aku males kalau kakak begitu, kakak rese kalau posesif." ucap Anne tanpa berpikir panjang, semenjak hamil dia lebih sering mengungkap isi hatinya kepada seorang, jika dia benci orang itu maka dengan mudah dia akan mengatakan benci.
"Kok jadi aku yang rese?"
"Terus siapa? Aku?!"
Rey sontak menggeleng saat melihat wajah Anne yang terlihat sangar, sebenarnya dia menahan tawa. Anne memiliki wajah imut sehingga terlihat lucu saat marah, rasanya Rey ingin mencubit pipi gembul Anne saat ini, tetapi dia sadar bahwa sang pujaan hati sedang mode galak.
"Kakak balik sana, aku males beneran lihat muka kakak."usir Anne kepada Rey, dia tidak bohong saat ini, tetap benar melihat wajah Rey saat ini entah mengapa dia menjadi malas.
"Berhenti ngusir aku, kalau enggak aku bakal samperin karyawan kamu itu terus aku pukul lagi."
Anne cemberut mendengar ancaman dari Rey. Lebih baik Anne diam daripada Jonathan menjadi korban. Anne berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan, namun sebelum dia meraih gagang pintu suara Rey menghentikan langkahnya.
"Mau kemana?"
"Mau lihat Jonathan, tadi dia banyak luka lebam karena kakak."jawab Anne yang melanjutkan langkahnya.
"Kamu berani maju selangkah lagi! Aku hamilin kamu lagi!!"
Anne menghentikan langkahnya saat mendengar ancaman dari Rey, cowok gila! Satu saja belum keluar tetapi sudah berniat akan menghamili dirinya lagi.
"Ini aja belum keluar." ucap Anne sinis.
"Kakak bakal pastikan setelah jagoan kakak lahir kamu hamil lagi, jika kamu enggak nurut sama kakak."
"Kakak ngancem aku?"
Rey mengangkat bahunya acuh, dirinya masih bersandar disofa dengan kaki yang berada diatas meja, angkuh sekali. Anne berjalan menghampiri Rey dan langsung memberi tabokan dipaha Rey yang membuat Rey meringis karena rasa panas yang menjalar.
"Kakinya enggak sopan!" marah Anne kepada Rey seperti seorang ibu yang memarahi anaknya karena bertindak tidak sopan.
"Udah enggak usah marah-marah. Kakak mau bicara sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan marah lagi."
"Apa?!"
"Jangan ketus begitu." ucap Rey yang mencubit pipi Anne gemas, membuat sang empu cemberut karena sakit.
"Sakit tau!"
Rey tertawa senang melihat Anne yang marah-marah, mungkin karena dulu Anne tidak pernah marah kepada dirinya. Mungkin dulu Anne sangat takut kepadanya sehingga tidak berani melawan dirinya sama sekali.
"Lusa kakak harus pulang ke Jakarta, kamu ikut kakak ya." ucap Rey yang mampu membuat Anne terdiam.
Anne berpikir, apakah dirinya mampu bertemu dengan Bunda dan Ayah saat tau Ia bukan anak kandung? Tetapi dia sudah lelah jika harus berlari dari masalah ini. Anne ingin mengetahui siapa orangtua kandungnya.
"Kakak tau kamu pasti bimbing, tetapi kita enggak boleh egois. Kita harus pikiran bayi yang ada dikandung kamu saat ini, dia butuh pengakuan dari Ayahnya." ucap Rey yang menggenggam tangan Anne, dia tau bahwa saat ini Anne merasa bimbing dan takut secara bersamaan.
"Tapi aku takut kalau mereka tau aku--"
"Kakak udah kasih tau Bunda dan Ayah tentang hubungan kita, tetapi mereka belum tau jika akan menjadi kakek dan nenek dalam waktu dekat."
Anne kaget dengan ucapan Rey, berarti selama dia pergi kedua orangtuanya sudah tau? Bagaimana reaksi mereka? Apakah mereka merestui hubungannya?
"Jangan takut, ada kakak." ucap Rey menyakinkan Anne.
Anne menara nafasnya pelan, dia tidak akan lari dari masalah! Sekarang waktunya menyelesaikan semuanya. Anne menganggukkan kepalanya dengan tangan yang mengelus punggung tangan Rey.
"Beneran?" tanya Rey tak percaya.
"Iya."
"Kamu enggak terpaksa kan? Aku enggak mau kalau kamu terpaksa buat ini semua."
Anne menggeleng dengan senyum diwajahnya, dia harus berani memulai kembali demi anaknya.
Rey menciumi pipi Anne lalu mengecup bibir Anne sekilas, Rey tersenyum lebar kepada Anne.
"I love you." ucap Rey lalu mencium bibir Anne lembut.
HALLO SEMUA🖤
LANJUT TIDAK?
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER!
ChickLitVanessa adalah seorang gadis yang memiliki paras cantik, tidak memiliki pacar maupun teman lelaki. Semua lelaki yang mendekatinya akan berhadapan dengan sang kakak. Kakak posesif kepada sang adik? Bukan! Sang kakak menganggap dia adalah wanitanya. ...