BRT-20

2.3K 111 9
                                    

Rey meremas setir mobil dengan erat, perasaannya terasa tidak nyaman saat ini. Rey tidak menanggapi Viona yang berceloteh sejak tadi. Pikiran dan perasaan Rey tertuju oleh Anne yang berada dirumah, dia tidak berpamitan jika ingin mengantarkan Viona tadi. Ditambah dengan keadaan Anne yang sedang marah karena cemburu.

"Viona."panggil Rey yang melirik Viona lalu kembali kearah depan.

"Kenapa Rey?"

"Kalau aku turunin kamu disini gimana?"tanya Rey yang tak enak hati.

Viona menatap Rey dengan kening yang berkerut."Emangnya kenapa Rey, ada masalah?"tanyanya lembut.

"Entah perasaanku enggak enak banget, aku khawatir sama Anne."jawab Rey yang sudah menghentikan mobilnya dipinggir jalan, tanpa Rey sadari wajah Viona sedikit mengeras namun ia berusaha tersenyum. Bagaimana pun saat ini Rey telah memiliki seorang istri.

"Aku turun dulu, kamu hati-hati dijalan dan makasih udah mau aku repotin."ucap Viona lembut dengan senyum manisnya.

Rey menjalankan mobilnya saat Viona sudah turun, sebenarnya dia tidak enak hati karena menurunkan wanita dijalan sendirian. Tetapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak ingin jika Anne salah paham karena masalah ini.

Anne telah dimasukkan kedalam ruangan, namun kata dokter pembukaan belum sempurna sehingga harus menunggu beberapa waktu. Ayah dan Bunda masih setia menunggu Anne diruang rawatnya, tadi Bunda sudah mengabari Rey namun tidak tersambung.

"Sakit, bund."rintih Anne menahan sakit yang tiba-tiba datang.

"Tarik nafas, sayang."

"Kak Rey, bund."ucap Anne dengan terisak, masa dirinya harus melahirkan tanpa ada Rey disisinya.

"Sabar sayang, bentar lagi Rey sampai disini."Bunda berusaha menenangkan Anne, dia terpaksalah bohong bahwa Rey sudah berada dijalan padahal mereka belum bisa menghubungi Rey untuk saat ini. Bunda merutuki anak itu, kenapa harus pergi disaat seperti ini. Ehh tetapi tadi dia juga yang meminta Rey mengantarkan Viona pulang karena tidak membawa mobil.

Rey memasuki rumah dengan tergesa-gesa, namun yang dia dapati hanya rumah yang sepi seperti tidak ada orang.

"Anne."teriak Rey namun tidak mendapat sahutan dari seseorang yang dipanggil.

"Den Rey."panggil bibik yang berlari dari arah dapur.

"Kenapa bik?"tanya Rey bingung saat melihat raut wajah khawatir sang bibik.

"Non Anne tadi dibawa kerumah sakit. Perutnya sakit, mungkin mau melahirkan."ucap Bibi dengan nada khawatirnya.

Rey diam mematung saat mendengar ucapan dari Bibik. Anne mau melahirkan sekarang dan dirinya masih dia disini saat ini?

"Den, kok malah ngelamun."

"Ehh... Iya Bik."

"Atuh Aden cepetan nyusul kerumah sakit, nanti keburu anaknya keluar."ucap Bibik gemas, pasalnya anak dari majikannya itu terkenal cerdas namun dalam situasi genting seperti ini malah otaknya tidak bekerja.

Rey tersadar akan perkataan dari Bibik, dia segera berlari keluar rumah memasuki mobilnya. Rey mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan dan saat ini dia tidak berhenti mengumpati otaknya yang bodoh. Bagimana dia bisa lupa menanyakan kepada Bibik alamat rumah sakit dimana orangtuanya membawa Anne saat ini.

"Bodoh!! Lu tolol Rey."umpatnya pada diri sendiri lalu memukul stir dengan keras.

"Pasti rumah sakit yang paling terdekat dari sini."ucap Rey, dia bersyukur otaknya masih bisa berpikir dikeadaan genting seperti ini.

BROTHER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang