1. Tantangan Pertama

420 62 18
                                    

Gadis tinggi dengan rambut sedikit kecoklatan melangkahkan kaki jenjangnya di koridor. Suara dentuman yang berasal dari sepatunya membuat orang di sekitar mengarahkan pandangan ke padanya.

Gadis itu berjalan santai dengan wajah datarnya. Tidak bisa dipungkiri, kedatangannya membawa aura berbeda. Aura yang kuat untuk menarik perhatian lelaki maupun perempuan.

Misella langsung saja masuk ke kelas barunya karena tidak ingin lama-lama menjadi pusat perhatian. Misella merupakan murid pindahan dari Australia. Maka dari itu warna rambutnya tidak hitam seperti pelajar pada umumnya.

Gadis itu menduduki kursi asal. Ia memilih kursi paling depan di dekat pintu. Ia sengaja tidak ke kantor guru karena memang sudah tahu dimana letak kelas barunya.

Gadis itu menyumpal telinganya menggunakan earphone berwarna biru muda. Mendengarkan lagu yang terputar di playlist Spotify miliknya.

Empat orang gadis menghampiri Misella yang duduk dengan tenang. Satu dari mereka melepas earphone yang dipakai Misella.

"Apaan sih?" ketus Misella tak terima dirinya diganggu. Ketiga gadis itu menyengir bersamaan, tidak dengan satu orang yang hanya tersenyum tipis.

"Anak baru ya?" tanya seorang gadis yang memiliki gingsul. Gadis itu sangat antusias menanyai Misella dengan senyum lebarnya tak luntur. Cassandra Melvia namanya. Gadis yang hobinya tersenyum lebar.

"Menurut lo?"

"Lo cuek banget sih," ucap gadis berambut sedikit keriting. Gadis ini  sedikit berwajah jutek. Sasya Indriani.

"Gak nyadar lo," ucap gadis disebelahnya dilengkapi dengan toyoran. Sasya pun membalasnya dengan memukul pelan lengan gadis itu.

"Jangan sok iye lu," cibir Sasya. Grace yang lengannya dipukul pun hanya meringis pelan sambil menatap tajam Sasya.

"Kamu mau gabung sama kita?" tanya gadis yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. Gadis itu tersenyum memperlihatkan kedua dimple-nya. Misella sempat terpana dengan wajah manis gadis itu.

Keira Adrena, gadis manis yang ditolak cintanya oleh Arka Narendra. Meski ditolak, gadis itu tetap kukuh mempertahankan rasa cintanya.

Misella berpikir mengimbangi tawaran itu. Ia senang karena ada yang mau berteman dengannya. Misella pun mengangguk setuju, Sandra pun bersorak bahagia.

"Yey, kita nambah member."

Wali kelas mereka memasuki kelas disusul dengan murid lainnya. Jika kemarin ada siswa/siswi yang membolos, hari ini tidak. Tentu, mereka akan ada penyambutan anggota kelas baru.

Bu Rana menyuruh Misella maju ke depan dan mempersilahkannya membocorkan sedikit tentang biodata Misella. "Baik, perkenalkan diri kamu."

Misella menatap Bu Rana dengan tatapan kesal, harus banget maju? Dari sini juga bisa. Dengan malas, Misella menuruti perintah Bu Rana.

"Misella Anastasya, murid pindahan dari Melbourne. Hobi mendengar musik," ucap Misella dengan nada malas. Sungguh ia sangat risih berdiri di depan dengan banyak mata yang menatapnya.

Bu Rana mengulas senyum tipisnya. Seperti ada yang direncanakan.

"Kalau suka dengar musik, berarti bisa nyanyi dong?" ujar salah satu siswa yang memiliki kulit hitam manis.

"Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi!"

Misella mendengus kesal mendengar sorakan itu. Andai ia ahli menguasai teleportasi, pasti ia sudah berada di kamarnya saat ini.

Misella berjalan ke arah kursinya, lalu berkata, "Suara gue jelek, gue takut lo pada amnesia karena dengar gue nyanyi."

Sontak kalimat itu membuat kelas hening. Kalimat itu, sering digunakan Misella ketika orang-orang menyuruhnya bernyanyi. Sudah tahu Misella irit ngomong, malah disuruh nyanyi.

I Can't Stop Loving You || DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang