26. Ayah Misella

52 14 1
                                    

yey, besok pakai baju baru.

YUK VOTE DULU!

***

Enam orang bersahabat berkumpul dalam satu ruangan yang tak pernah luput dari tempat kunjungan mereka. Setiap hari mereka selalu kesana. Untuk bercanda, berbicara serius, dan yang pasti mengecek keadaan Mama Misella. Arka yang sudah lama tak terlihat muncul kembali dengan keadaan kantuk. Greace yang baru saja pulang dari kantor pengadilan untuk meminta surat izin sidang sekarang bersandar pada dada bidang Derry. Sandra dan Reyhan pun sama.

“Jadi, gimana lo bisa tau Greace?” tanya Gino. Gino memang tidak melihat secara langsung. Lelaki itu hanya mendengarkan cerita dari Misella saat kelas kosong.

“Tau apa? Tau Vina pelakunya atau tau Bu Rani itu Ibu Vina? Gue kan tau banyak.” Greace berujar dengan sombong. Derry pun menyentil dahi gadis itu membuat si korban meliriknya sebal.

“Tau semuanya,” kata Sandra yang sudah terbiasa dengan sifat sombong Greace.

“Sewaktu Misella dirawat, gue dapat email. Email itu berisi pesan ancaman. Gue gak mau kasih tau secara spesifik. Intinya di pesan itu melibatkan Derry makanya gue sembunyikan itu dari kalian,” jelasnya.

“Malam itu gue lacak pengguna emailnya tapi gak ketemu. Beberapa hari kemudian gue mendapat satu pesan lagi. Emailnya beda isinya pun beda. Disitu menunjukkan video CCTV hotel.”

Greace mengambil flashdisk yang isinya adalah salinan video itu. Ia menunjukkan rekaman CCTV yang dikirimkan oleh seseorang. Terlihat jelas di video itu, Vina yang sedang berbicara dan membentak resepsionis hotel. Bahkan Vina sampai menamparnya. Setelah itu Vina celingak-celinguk memastikan tidak ada orang di lorong hotel. Vina seperti berbicara dengan seseorang lewat handsfree. Ketika orang itu datang, orang itu langsung memasuki ruangan yang mereka tebak adalah kamar dari Selly Alasha. Vina mengunci ruangan tersebut dan pergi dari sana. Video yang berdurasi tiga menit empat puluh dua detik itu berakhir disana.

“Menurut gue Vina sudah tau dimana letak kamar yang dipesan Greace. Dia minta ke resepsionis itu untuk mengosongkan satu lantai di hotel itu agar mudah untuk menjalankan rencananya,” ujar Sandra. Yang lain ikut setuju dengan pemikiran itu.

“Setelah mengosongkan lorong hotel, dia memanggil seseorang yang akan melaksanakan aksi pembunuhan itu. Tapi wajahnya tidak terlihat dari sini,” sambung Misella menambahkan.

“Kemungkinan besar yang mengirim video ini adalah pelaku aksi pembunuhan itu. CCTV di lorong hotel gak cuma satu. Dan dia mengirimkan CCTV dari sudut yang dia perkirakan, wajahnya gak bakal terlihat. Dan dia benar,” kata Gino.

“Dari perawakannya, dia kayak cewek,” celetuk Derry memperbesar video yang muncul di layar laptop Greace.

“Berhenti,” ujar Arka. Arka memfokuskan penglihatannya. “Sepintar-pintarnya dia, ternyata dia juga ceroboh.”

“Maksud lo?” tanya Greace yang tak paham dengan maksud Arka.

“Lihat punggung tangannya,” suruh Arka dengan malas.

“S-I?” eja mereka karena memang tulisan yang ada di punggung tangan orang itu terlihat buram.

“Sasya Indriani.”

“Lo gak boleh asal nuduhㅡ”

“Gue gak asal, Gino. Gue pernah melihat barang-barang Sasya dengan tulisan seperti itu,” sela Arka. Bahkan pemuda itu mengeluarkan sapu tangan dengan bordiran S-I. “Terserah kalian mau percaya atau enggak.”

“Lo dapat dari mana?”

“Sapu tangan ini dikasih Sasya waktu dia mengejar-ngejar gue dulu. Gue baru temukan ini waktu bersihkan mobil.”

I Can't Stop Loving You || DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang