24. I'am back!

59 14 3
                                    

VOTE DULU YUK!

Selamat membacaaa~

***

Seminggu sudah Misella berada di rumah sakit yang tentunya hanya ditemani oleh Gino karena Greace dan Derry sibuk menghabiskan waktu bersama, entah untuk apa. Kini, akhirnya ia bisa kembali memijakkan kakinya ke sekolah. Tak sabar ingin melihat wajah gadis licik itu. Siapa lagi kalau bukan Keira?

Saat Misella sadar dan keadaannya membaik, Greace menjelaskan semua yang terjadi ketika Misella tak sadarkan diri. Sebab itulah Misella tahu tentang Keira yang merencanakan pembunuhan adiknya, Lily. Dan tentang Ayahnya yang tak kunjung terlihat, Misella memperbanyak sabarnya untuk menunggu hasil pencarian dari orang kepercayaan Greace.

Misella berjalan beriringan dengan Gino. Rupanya banyak yang menunggunya di sekolah. Sekarang ini, mereka berlomba-lomba mengobrol dengan Misella atau hanya sekadar memberi Misella semangat. Bahkan ada adik kelas yang tak segan-segan memberi bunga mawar kepada Misella yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gino.

“Woi!”

Misella dan Gino spontan menoleh ketika diteriaki Derry. Misella dan Gino memicingkan matanya bersamaan, melihat kedua insan sedang berlari ke arah mereka dengan tangan yang bertautan. Jangan lupakan muka senyum merekah keduanya seolah memperlihatkan mereka adalah pasangan yang bahagia.

“Udah jadian?” tanya Misella dan Gino bersamaan.

“Gak,” jawab Greace dengan wajah kecutnya.

“Bukan enggak, tapi belum,” koreksi Derry. Ya, Derry memang tengah berjuang saat ini. Tapi tetap saja Greace menolaknya setiap kali ia menyatakan kesungguhannya tentang rasa tulusnya terhadap Greace. Alasannya? Karena Greace sebentar lagi akan  pergi. Lagipula mereka juga akan menghadapi ujian, kurang lebih dua minggu ke depan.

“Semangat, Bang!” Misella mengangkat kepalan tangannya ke udara dan mengedipkan satu matanya.

“Lagian, kenapa sih sok jual mahal gini? Bukan sifat Rere banget,” ledek Misella.

“Kurang ajar,” desis Greace. Dijewernya telinga Misella sebentar lalu ia berdiri berkacak pinggang. Ia siap memarahi Misella. “Kenapa bandel banget sih? Udah dibilang juga gak usah sekolah.”

“Ya ampun, Rere. Jangan ngomel deh, ini masih pagi. Lagi pun, emang salah ya kalau gue pengen menuntut ilmu?”

“Ya salah lah. Ilmu kan gak salah, ngapain lo tuntut?” ujar Greace dengan segala ke-begoannya. “Gue bakal jadi pengacara si ilmu, jadi siap-siap aja lo kalah, Sya.”

Bibir Misella mengerucut. Greace menyebalkan sekali. “Kok ngawur sih? Mentang-mentang bentar lagi jadi pengacara, jadi sok.”

Jika kalian tidak tahu, Greace adalah salah satu anak dari dosen yang berada di Universitas di luar negeri. Jadi, Greace sedang menjalani study S1 dengan mengambil jurusan Hukum. Greace mempelajari materi hanya dengan membaca buku atau lampiran file yang dikirim Ibunya, class meeting, video call dan mencari video pembelajaran tentang hukum di Youtube. Pastinya di akun yang sudah terbukti jelas bahwa ia adalah orang yang tahu pasti tentang ilmu hukum.

Mengapa bisa seperti itu? Tentu saja karena kekuasaan. Ibunya bukan hanya menjadi dosen disana, tetapi juga untuk memantau dan membantu keadaan Universitas menjadi lebih baik. Universitas itu adalah kampus milik Ibunya sendiri.

“Huss, diem. Entar ada yang dengar,” bisik Greace. Greace paling tidak menyukai jika seseorang tahu jati dirinya yang sebenarnya. Karena pasti, mereka akan memanfaatkan Greace.

“Hari ini ada bazar loh,” ucap Derry. Cowok itu sengaja mengalihkan pembicaraan karena ia sendiri tak paham ke arah mana pembicaraan kedua gadis itu.

“Pagi-pagi gini?” tanya Gino. Derry menganggukkan kepalanya, lalu menjawab, “Bukan campur tangan OSIS. Perintah kepala sekolah langsung.”

“Bu Yura ada-ada aja sih,” ketus Greace. “Tau gini gak usah sekolah. Gak penting juga,” omelnya. Ia pergi dari sana tanpa mengajak siapa pun. Biarkan lah dia, singanya akan keluar jika terus direcoki.

“Kali ini gue setuju sama Greace. Gak nyambung juga sih, dua minggu ke depan kan udah ujian. Harusnya Bu Yura mengadakan acara belajar gitu,” tambah Misella. Bukannya Misella terlalu rajin. Namun bisa saja waktu belajar para murid di sekolah ini berkurang.

“Kebanyakan uang mungkin,” timpal Gino yang ikut-ikutan kesal. Gino menarik Misella pergi dari sana meninggalkan Derry sendirian.

“Weh, harusnya kalian senang karena gak belajar!” Derry menggaruk tengkuknya kikuk. “Kok gue ditinggal sih? Ketahuan banget jomblonya.”

***

“Oh, lihat siapa disini,” ucap Misella agak songong. Vina yang meracau di samping Keira seketika terdiam. Vina menatap takut ke arah Misella. Keira yang tadinya bersandar di dinding sekolah berjalan maju mendekati Misella. Gadis itu bersedekap dada sembari melihat penampilan Misella dari atas kepala sampai ke bawah kaki.

“Kalau dilihat-lihat, lo udah cukup sehat ya.”

Misella tertawa dan mendelik tajam ke arah Keira. “Yes, I came back quite healty. Gak suka ya? Oh iya lupa, itu kan rencana lo. Ya wajar sih kalau lo gak suka kan rencana lo buat bunuh gue jadi gagal.”

“Udah berani ya lo?” Keira menjambak rambut kecokelatan Misella. Namun Misella tidak menunjukkan raut wajah kesakitan atau yang lainnya, ia hanya terdiam dengan wajahnya santainya.

Senyum seringai muncul dari gadis yang masih dalam keadaan kepala miring dikarenakan jambakannya belum terlepas. “Sejak kapan gue takut?”

“Wah.. Wow, Oh My Gosh! Look what's happening now. Want to play around, huh?” Greace datang dari arah timur dengan ketiga lelaki di belakangnya. Greace meregangkan otot-otot lengan dan lehernya bersiap untuk menghabisi Keira.

Misella meringis pelan saat rambutnya ditarik. Keira menubrukkan badan Misella ke dinding sekolah yang cukup keras.

“Calm down, sis. Gue rasa ini bukan saatnya kita berdebat,” kata Keira. Ia melepas jambakannya lalu pergi dari sana. Greace ingin menahan, tetapi malah dia yang ditahan oleh Gino.

Derry lantas menghampiri Misella saat melihat adiknya itu jatuh terduduk di lantai. Dirapikannya rambut Misella, lalu tangannya sibuk menelusuri bagian kepala dan wajah gadis itu. “Sudah dibilang kan, gak usah sekolah. Lain kali jangan bantah perintah Kakak!”

Diluar dugaan, Misella malah tersenyum. “I’m fine. Yang tadi itu bukan apa-apa.”

“Jawab aja terus,” kesal Derry. Derry membantu Misella berdiri dengan mulut yang terus berbicara tanpa jeda tentang kesalahan Misella hari ini. Misella hanya bisa terkekeh geli menyadari kekhawatiran kakak laki-lakinya itu.

“Lain kali jangan datang ke musuh!”

“Loh kenapa? Harus dia gitu yang datang ke kita?” tanya Misella. Ia sedikit tak suka dengan larangan itu.

“Kalau kamu yang datang ke dia, kamu yang bakal kelihatan salah. Jangan diulangi lagi,” jawab Derry. Cowok itu menjentikkan tangannya ke hidung Misella, memperlakukannya seperti anak kecil. Derry yang gemas langsung mencubit pipi tembam Misella.

“Ihh, sakit Kakak!”

“Habisnya kamu gemesin!” Bukannya tersenyum senang, Misella malah cemberut dan memalingkan mukanya. Tetapi Derry malah menariknya masuk ke dalam pelukannya.

“Tenang aja. Kita bakal hukum pelakunya sebentar lagi.”

***

Aku pengen ada scene adik-kakaknya gitu. Tapi karena aku gak punya kakak aku kurang tauT-T

I Can't Stop Loving You || DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang