(BONUS) SanRey - Menunggu atau tidak?

116 13 1
                                    

Sebelum pergi ke bandara, Sandra menyempatkan dirinya untuk mengunjungi Reyhan. Bagaimanapun, Reyhan juga berusaha menyelamatkannya hari itu. Juga, perasaannya kepada Reyhan masih ada bahkan setelah Sandra tahu perilaku jahat Reyhan. Sandra belum yakin dengan semua itu. Bisa saja Reyhan diancam oleh Reynald.

Bisa dibilang, ini kali pertama Sandra mengunjungi Reyhan saat lelaki itu terperangkap dalam jeruji besi. Mereka duduk berhadapan. Sandra iba melihat Reyhan seperti tak terurus.

"Kamu ... mau pergi?" tanya Reyhan. Lelaki itu tak sengaja melihat koper besar di belakang kursi Sandra. Meski tidak berhak, Reyhan ingin sekali menahan gadis di depannya. Reyhan tahu ia tidak berhak, tetapi ia benar-benar tidak rela.

Sandra mengangguk kecil. "Gimana disini? Apa alasan kamu menolak kesaksianku?"

"Karena aku orang jahat Sandra." Jawaban Reyhan membuat Sandra geram.

"Jahat? Jelas-jelas kamu mencoba menyelamatkan aku, Reyhan. Disisi mana jahatnya?"

"Waktu itu," jeda Reyhan. Reyhan menunduk sejenak. Mungkin sudah saatnya Sandra tahu semuanya. "Aku bersedia jaga Mama Misella dan membiarkan kita ke kantin. Tapi apa? Mama Misella kritis. Detak jantungnya hampir berhenti. Itu karena aku biarin Mas Reynald masuk."

*Baca part 17 kalau kalian lupa.

"Tapi kamu sebenarnya gak mau kan, Rey? Kamu terpaksa kan melakukan itu?" Sandra tidak menyerah. Sandra berharap Reyhan mengatakan bahwa dia terpaksa dan diancam oleh Reynald. Hanya itu yang ingin didengar Sandra sebelum dia pergi dari sini.

Reyhan tersenyum samar. Hatinya menghangat. Disaat semua orang menyalahkannya, ada satu gadis yang membelanya sampai akhir. Reyhan semakin merasa bersalah atas perlakuannya terhadap gadis itu. Reyhan harap, Sandra bisa menemukan sosok pendamping yang lebih baik darinya.

"Tetap aja Sandra. Aku sudah membantu rencana Mas Reynald. Aku diklaim sebagai tangan kanan Mas Reynald. Hukumanku juga lebih ringan karena Greace. Sampaikan pada Greace, dia sudah menangani kasus ini dengan baik."

"Ringan? Kamu pikir mendekam di penjara sepuluh tahun semudah itu?" Sandra tak habis pikir dengan pemuda di hadapannya saat ini. Reyhan terlalu santai menghadapi cobaan yang bisa saja membunuh dirinya.

"Aku hanya perlu menjalani kehidupan seperti biasa. Gak ada yang perlu dikhawatirkan, Sandra. Disini enak kok. Aku bisa tinggal dan makan teratur. Gratis lagi hehe," ucapnya mencoba melontarkan sedikit candaan.

"Kamu tau Reyhan? Sebentar lagi aku pergi. Mungkin ini kunjungan terakhir dari aku. Ucapkan apa yang mau kamu ucapkan sekarang," kata Sandra.

"Gak ada? Kalau gitu aku pergi." Sandra berdiri dari duduknya. Jujur saja, dia masih ingin disini. Jika Reyhan tidak ingin mengatakan sesuatu pun tak apa. Asal Sandra bisa memandang wajahnya. Sandra akan pergi jauh. Pasti akan ada beban berat yang ditanggungnya. Yaitu, rindu.

Tangan Sandra perlahan meraih pegangan koper. Sandra bersiap menariknya, sebelum suara Reyhan menahannya.

"Lupakan aku," ujarnya. Katakanlah bahwa Reyhan terlalu percaya diri saat ini. Namun, Reyhan ingin Sandra melupakannya dan hidup lebih baik lagi. Reyhan tidak mau Sandra menunggunya. Dia seorang narapidana. Tak pantas bersanding dengan gadis sebaik Sandra.

Reyhan tersenyum lebar. Senyum yang biasanya dia gunakan untuk mengejek atau menggoda Sandra. Kini senyum itu terlihay menyedihkan di mata Sandra.

"Masih banyak lelaki lain yang pantas dengan kamu. Kamu gak mungkin nunggu aku, kan?"

***

Sandra, Misella dan Greace telah tiba di Amerika. Greace ingin melanjutkan studinya sebagai anak fakultas hukum. Sedangkan Misella baru saja ingin mengambil jurusan kedokteran dan Sandra sebagai anak desain. Mereka langsung pergi ke rumah Greace dan disambut dengan hangat oleh Mama Greace. Sandra dan Misella menceritakan tentang impian mereka, kemudian Mama Greace memberikan saran serta solusi. Itu membuat mereka semakin akrab. Apalagi Mama Greace yang humble, berteman tanpa memandang usia.

Setelah lama berbincang, Greace mengajak Sandra dan Misella ke kamarnya untuk beristirahat. Karena saat di pesawat tadi, tidur mereka tak nyaman.

"ADUH! PINGGANG GUE ENCOK!" teriak Greace heboh. Misella memutar matanya, malas. Misella merogoh tasnya dan memberikan Greace sebuah cream yang ampuh mengatasi pegal-pegal. "Pakai secukupnya aja!"

Greace tersenyum menggoda. "Wah, calon dokter selalu bisa diandalkan. Kalau calon designer gimana nih?"

Tatapan Greace beralih pada Sandra yang sedang melamun. Sandra masih memikirkan pertanyaan Reyhan. Sesaat ketika Reyhan menanyakannya, waktu besuk sudah habis. Sandra mau tak mau pergi dari sana.

"Menunggu atau gak? Menunggu atau cari yang baru?" gumam Sandra secara tak sadar.

"Menunggu siapa?" tanya Greace tiba-tiba. Sandra terkejut sontak memukul wajah Greace yang berada tepat di depan wajahnya.

"Apasih?!" Sandra mulai merajuk. Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal dan bersedekap dada. Sungguh, dibanding terlihat imut Sandra malah terlihat seperti bocah yang sedang mengejan. Itu sih penglihatan Greace ya.

"Pasti Reyhan ya?" tebak Misella. Misella menepuk pelan pundak Sandra. "Kalau lo memang sayang Reyhan, tunggu dia. Gue yakin Reyhan masih sayang sama lo."

"Setelah melakukan semua itu? Gue gak yakin," cetus Greace. Greace masih kesal saat Misella berlutut di depan umum hanya untuk memohon kepada Greace agar meringankan hukuman Reyhan.

"Gue yakin dia orang baik. Tapi, Sel. Dia sendiri yang suruh gue melupakan dia. Dia suruh gue untuk cari orang yang lebih baik dari dia."

"Dia belum tau aja kalau gue nganggap dia yang terbaik dari yang terbaik," lanjut Sandra.

"Arka pernah bersikap kayak gitu. Dan itu karena Gino. Arka merelakan gue supaya gue bahagia sama Gino. Yang dilakukan Reyhan sama, San. Dia pengen lo bahagia. Yang dia gak tau, kebahagiaannya itu lo," ucap Misella dengan tersenyum. Misella sedikit mengungkit masa lalu membuat perasaan di hatinya semakin membuncah. Belum satu hari, tapi Misella sudah merindukan Arka.

Sandra menggigit bibir bawahnya, bingung. Haruskah? Apa dia harus menunggu?

"Oh ya, Re. Hukuman Reyhan udah lo ringankan?"

Greace mengangguk mantap. "Sepuluh tahun. Menurut gue itu hukuman paling ringan. Hukumannya gak setimpal sama perbuatan dia."

Misella melotot ke arah Greace. Kemudian Misella menggenggam tangan Sandra. "Kalau Reyhan bersikap baik di sana, mungkin hukumannya akan diringankan lagi. Lo tenang aja, San. Tapi, menunggu atau gak itu urusan lo."

"Gue ... akan menunggu Reyhan. Meskipun nanti dia bakal menjauh, gue akan kejar dia. Gue bakal kejar kebahagiaan gue."

***

Tiba tiba kepikiran buat bonus Sandra-Reyhan. Karena selain hubungan Misella-Arka, masalah kedua pasangan ini juga cukup berat. Bahkan lebih berat dari pasangan utama.


I Can't Stop Loving You || DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang