15. Saling Menyakiti

92 25 1
                                    

Hari ini adalah hari kepulangan mereka. Satu persatu dari mereka mulai menaiki bus dengan tertib terkecuali Arka dan kawan-kawannya. Mereka terus saja beradu bacot sembari dorong-dorongan membuat mereka terkena semburan rohani dari Bu Rani dan Misella. Misella mengambil tempat duduk paling depan setelah kursi yang ditempati guru, khusus dua orang.

Misella memicingkan matanya melihat punggung tegap Arka yang melewatinya begitu saja. Padahal Misella ingin duduk berdua bareng Arka hari ini karena kemarin mereka diganggu oleh Derry yang duduk ditengah-tengah. Misella memaksakan senyumnya saat Arka duduk dengan Keira.

“Sendiri aja nih?” tanya Gino basa-basi, tak lupa dengan senyuman simpul khas cowok itu.

Misella terkekeh pelan, lalu menyindir Gino. “Kalau mau duduk ya duduk aja, Mas. Gak usah basa-basi.”

Gino pun dengan semangat duduk di samping Misella. Diusapnya puncak kepala gadis itu dengan lembut. Pergerakannya terhenti lalu mengangkat tangannya kaku. “Sorry, refleks.”

“Alasan, huuu,” cibir Reyhan yang duduk dengan Sandra dan Derry tepat di sebelah kursi Gino, hanya dipisahkan oleh jarak agar bisa berjalan ke belakang.

“Apaan sih lo,” ketus Gino memandang Reyhan tak suka.

“Lu ngapain disitu Bang? Jangan jadi penghambat masa depan orang lain ya,” kata Misella yang bermaksud ingin mengolok-olok Derry yang seperti jones. Tetapi tenang, Derry tidak menyempil dan duduk di tengah-tengah lagi kok. Derry yang mendengar perkataan adiknya itu terdiam membisu. Sungguh, dirinya tertohok. 

“Kalau emang iya kenapa hah?!” ujar Derry sengaja meninggikan suaranya membuat siswa-siswi yang lainnya melirik takut. Derry itu kalau sudah marah, menyeramkan sekali. Bahkan pernah dirinya melempar meja kantin dan mengamuk seperti orang gila.

“Lah kok ngamok?” ucap Aldi bercanda.

“Jadi loh mau tikung gue? Gak ada akhlak lu, Der,” kata Reyhan. Matanya mulai menajam dan menatap Derry dengan sengit. Sandra yang duduk di tengah-tengah mereka harus menahan nafasnya.

“Tapi boong. Hayukk, papale papale.” Derry bernyanyi sambil goyang ubur-ubur.

“Gak kontras banget lagu sama goyangannya,” tutur Arka yang duduk di belakang Reyhan bersama Keira dan Vina.

“Kasian, mana masih muda,” ujar Gino setelah berdecak pelan beberapa kali.

“Bang, jangan malu-maluin dong,” bisik Misella yang malu karena tatapan aneh dari sopir pengendara bus dan juga murid-murid lain yang menahan tawanya.

“Padahal udah tegang anjer,” ringis Aldi kecewa. Aldi adalah manusia paling aneh. Disaat orang lain suka akan kedamaian, dia malah ingin sekali melihat keributan setiap harinya. Seakan kesepian, ia terus mencari tempat ramai dan membuat orang-orang berkelahi karena ulahnya yang usil.

Bayangkan saja, saat ia mengantre membeli makanan untuk dirinya dan Fira, ia menggeplak orang di depannya lalu Reyhan menggeser posisinya membuat orang tadi menuduh orang di belakangnya yang sedang asyik memainkan ponselnya. Mereka pun berkelahi tanpa memikirkan antrean itu membuat Reyhan maju untuk menyerobot antrean.

Kata Aldi sih, itu salah satu tips agar cepat mendapatkan makanan. Lalu setelah ia berada di mejanya, kedua orang itu masih saja perang dingin membuat Aldi tak kuasa menahan tawanya dan berakhir tertawa terpingkal-pingkal.

Sungguh berdosa kau Aldi.
Bapak-bapak berumur setengah abad saja dijahilinya.

“Eh, btw gue lagi mikir sesuatu nih sampai-sampai semalam gue gak bisa tidur.” Raut wajah Derry begitu serius sehingga mereka yang berada dalam bus menunggu dengan wajah tegangnya. Bahkan sopir bus juga ikut menguping.

I Can't Stop Loving You || DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang