8. Arka - Keira?

128 37 4
                                    

Keira sudah menunggu Arka di halte bus yang diceritakan Misella. Teman-teman Keira memang berencana membuat Arka menjemput Keira disitu. Alasannya karena Misella bilang dia takut terlambat. Misella juga tak menyangka cowok itu mengiyakan permintaannya.

Hari kini sudah cukup siang menurut para pekerja, tetapi tidak untuk perempuan satu ini. Lima belas menit lagi, gerbang sekolahnya akan ditutup. Tetapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kedatangan Arka.

Keira menghembuskan nafasnya pelan, ini sudah kesekian kalinya dia membuang nafasnya dengan berat. Keira tetap menunggu Arka walaupun matahari sudah cukup terik.

Sedangkan di sekolah sana, Misella dan teman-temannya sedang panik. Tiba-tiba saja Arka mengirim pesan bahwa dirinya tidak masuk sekolah karena ketua OSIS diminta untuk ikut ke pertemuan dengan beberapa sekolah.

"Gimana dong?" tanya Misella pelan. Andai ia tidak menyetujui usulan teman-temannya, pasti Keira tidak akan menunggu lama disana.

"Ya mau gimana lagi, telpon lah Keria-nya. Lo mau nyuruh dia nunggu sampai telat?" kata Sasya santai walaupun sedikit rasa bersalah terbesit di hatinya.

"Kasihan Keira," ucap Sandra membayangkan Keira yang menunggu lama dibawah terik matahari.

"Ya udah sih, ini kan juga untuk nyenengin dia. Cuma ya kebaikan gak berpihak sama dia," tutur Greace yang sama sekali tidak peduli. Gadis cerewet ini malah sibuk memoles kukunya dengan kuteks berwarna lilac.

"Gak kering mampus lo," kata Sasya melirik sinis Greace. Sifat Greace yang bodo amat itu paling tidak disukai Sasya. Meskipun Sasya sering melakukan hal yang sama, tetapi Sasya masih bisa mengetahui batasan.

"Udah, Keira udah gue pesanin gojek kok," kata Misella menengahi, takut ada perkelahian dan berakhir perpecahan. Misella berpikir, bagaimana bisa Keira tahan dengan sifat teman-temannya ini?

Ada yang bodoamat, ada yang egois, bahkan tidak bisa diajak serius. Misella yakin, Keira merupakan satu-satunya orang waras dari mereka sebelum Misella datang.

"Tapi gue setuju sama Greace, Sya. Mungkin takdir emang gak ngerestuin Keira sama Arka," timpal Sandra menyetujui perkataan Greace yang membuat Misella dan Sasya berpikir keras.

"Jadi apa yang harus kita perbuat?" tanya Sasya memandang temannya satu-persatu. Temannya yang ditatap hanya diam membalas tatapannya.

Greace menutup kuteksnya dan menyimpannya di laci. Sembari meniup-niup kukunya guna mengeringkan kuteks itu, Greace menatap serius ketiga temannya.

"Kita harus hapus perasaan Keira ke Arka," ucap Greace tegas. Baru kali ini Misella melihat keseriusan di wajah Greace. Greace menimbulkan banyak aura kepemimpinan saat ini.

"Gue pikir memaksakan perasaan Arka itu udah gak bisa, toh mereka bukan jodoh. Jadi kunci satu-satunya ada di Keira," lanjut Greace yang dibalas anggukan dari ketiganya. Mereka tahu, tapi.. bagaimana caranya?

"Lo tau kan Greace kalau Keira itu gak bisa diatur? Gimana caranya kita hapus perasaan dia?" tanya Sasya lirih. Sasya tidak bisa berpikir lagi. Itu hanya memberi dampak buruk pada otaknya.

"Lo.. ada rasa sama Arka, kan Asya?" tanya Greace tiba-tiba. Greace bahkan tidak menggubris pertanyaan Sasya. Misella yang ditanyai mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti maksud dari pertanyaan Greace.

"Maksud lo? Gue udah peringatin Misella untuk gak jatuh cinta sama Arka," ucap Sasya mulai emosi.

"Cuma itu satu-satunya cara. Arka welcome aja tuh ke Misella. Dengan Misella yang jadian sama Arka, gue pastiin Keira mundur," kata Greace meyakinkan teman-temannya. Misella dan Sandra hanya diam tidak memprotes.

I Can't Stop Loving You || DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang