Risiko

1.1K 175 19
                                    

Kesalahan dalam tanda baca, pemilihan kata, dan typo adalah hal yang lumrah dalam cerita ini
Mohon koreksi, kritik, dan sarannya!

Happy Reading!🤗

👑

Dua jam yang lalu, Tuan dan Nyonya Ravindra harus dikejutkan dengan salah satu cucu mereka bersama putra bungsunya yang datang tiba-tiba. Terlebih lagi, Elle—cucu mereka—terlihat mencebikkan bibirnya murung.

Setelah bertemu dengan Anna, Elle langsung menubruk sang Oma dan menangis keras-keras.

Anna sempat gelagapan takut-takut ada yang melukai cucunya, sedangkan Hendra memilih untuk langsung mendekati putra bungsunya—Devo—untuk mengetahui masalah yang terjadi.

Menceritakan dengan sedetail mungkin, Devo menatap sang Ayah seakan meminta pendapat.

Hendra sendiri memilih untuk menghela napas kasar lalu menatap cucu dan istrinya. Anna yang juga mendengar penjelasan dari Devo hanya mampu tersenyum maklum.

Ia tahu pekerjaan putranya, dan tentu saja masa lalu putranya. Sedih dan kecewa memang selalu hadir kala mengingat kesalahannya dan sang suami yang harus melibatkan putranya, tapi saat ini ia hanya tak ingin cucunya merasa semakin khawatir jika ia menampilkan rasa khawatirnya.

Beruntung Elle kembali menjadi anak manis setelah Anna menawari berbagai jenis makanan, mulai dari manis hingga gurih. Saat ini anak dari Davian itu tengah duduk tenang di depan televisi yang menayangkan kartun dan ditemani sebungkus oreo stroberi.

"Gimana?" tanya Hendra pada Devo. Mereka bertiga—Hendra, Devo, dan Anna—tengah duduk terpisah dengan Elle. Tak jauh, bahkan masih dalam ruang yang sama. Hanya saja posisinya memang agak berjauhan.

"Ya gitu, kan udah tak kasih tahu," balas Devo agak ketus, ia malas untuk mengulang cerita panjangnya. Lagian pasti ia akan kena ceramah dadakan dari sang Papa tercinta.

Hendra mendengus lalu menatap serius Devo. "Kenapa gak pernah cerita kalau si gila itu datang lagi?"

"Bukannya dia di rumah sakit gila?" tambah Anna yang mulai menampakkan raut khawatir.

"Iya itu, dia hampir dinyatakan sembuh sama pihak rumah sakit. Dan sebelum ia benar-benar keluar, dia malah kabur. Pihak rumah sakit udah nyari tapi akhirnya dibiarkan karena gak ada keluarga yang bertanggungjawab."

"Anak-anaknya?" tanya Hendra lagi.

"Aku gak tahu, anak-anaknya udah dibawa sama keluarga papanya setelah kejadian itu."

"Papa hanya takut, mungkin selama ini dendamnya itu pada Davian. Tapi bagaimana jika dia berbuat sesuatu pada Elle?"

"Itu, seperti tidak mungkin kan?" Anna menatap suaminya dalam, menurut hati kecilnya itu adalah hal yang sangat tidak mungkin.

"Apa yang tidak mungkin dilakukan oleh wanita gila itu sih Ma? Bahkan keluarganya sendiri aja dia bunuh." Bukan maksud Devo membuat Anna semakin tak tenang, tetapi bagaimana pun apa yang ia katakan adalah fakta.

"Kita lapor saja ke polisis."

"Gak bisa segampang itu, Ma."

Hendra mengangguk, "Benar, jangan berurusan dengan polisi sebelum kita benar-benar punya bukti yang kuat."

Tiga orang itu terlihat menghela napas pelan, Devo bahkan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Kita tunggu Davi saja dulu, Davi sudah di perjalanan."

Siapa sangka, diamnya Elle tidak benar-benar diam. Matanya memang fokus pada layar televisi, tetapi indra pendengaran dan otaknya sedang fokus pada titik lain yang sama.

PRINCE Davian 👑 (CERITA NGEGANTUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang