Kesalahan dalam tanda baca, pemilihan kata, dan typo adalah hal yang lumrah dalam cerita ini!🙏
Mohon koreksi, kritik, dan sarannya!😉Happy Reading!😘
👑
Devo membuka pintu dapur rumah Davian sekaligus tempatnya tinggal dengan tergesa. Saat tengah berdiskusi tentang kegiatannya di kampus dengan teman-temannya sang Abang mengirim pesan singkat yang langsung membuatnya panik dan memutuskan segera pulang.
Sepi, Elle jelas masih di sekolah. Davian? Mengingat di mana pastinya sang Abang berada, Devo segera menuju kamar mandi dapur. Di dalamnya, tepat di samping pintu ia melihat pintu lain dan membukanya.
Di dalamnya, Devo melihat Davian memunggunginya menatap beberapa layar komputer di depannya. Ya, ini ruang kendali rumah. Beberapa kali Davian terlihat mendesah dan kembali fokus. Devo menggeleng melihat tingkah Davian. Kebiasaan kakaknya jika fokus pada sesuatu pasti tidak akan bisa memperhatikan lainnya.
"Bang!" Nah kan benar! Davian terlonjak dari tempatnya saat suara serta tepukan mendarat di pundaknya. "Ck! Gak usah kek bocah Lo, dah tua!" ketus Davian menatap sinis adiknya yang memanyunkan bibirnya karena pukulan cinta mendarat di bahunya.
"Ngeselin Lo!" Davian mah acuh saja. Ia kembali mengutak-atik komputernya. "Apa isinya Bang?"
Davian menghentikan tangannya lalu dubus khawatir terdengar. "Lo tahu?" Mendengar penuturan Vian, Devo memukul kepala belakang Vian. "Gobl*k! Kalau gue tahu ngapain tanya?" pekiknya.
Vian mendengus. "Gue basa-basi elah!" jawab Vian membuat Devo membuang muka.
"Okey, jadi apa?" Bukannya menjawab, Vian justru meraih kotak coklat susu lantas menyerahkannya ke Devo.
Karena penasaran, Devo dengan semangat membuka kotak tersebut. Baru sedetik, ia langsung melempar kotaknya saat tahu apa isinya. "Ya Tuhan!" pekiknya dengan tangan mengusap dadanya. Sungguh ia sangat terkejut sekaligus jijik. "Ogeb! Kalau isinya kececer, gue suruh pungut baru tahu lo!" ucap Vian membuat Devo bergidik membayangkan dirinya harus memungut benda itu.
"Jadi?" tanyanya pada Davian yang menyimpan kembali kotak beserta isinya yang beruntung tidak tercecer. "Gue masih selidikin." Devo menghela napasnya, lalu berujar, "Udah hampir sebulan kalau Lo lupa, kenapa gak minta bantuan ke yang lain sih?"
Devo sudah kesal dengan Abangnya yang satu ini. Jadi, hampir sebulan belakangan ini Davian mendapat teror. Memang sebatas pesan dalam kertas yang berisi darah, tapi hari ini? Ia mendapat paket entah dari mana yang berisi kepala anak anjing. Tentunya dengan bersumpah darah.
"Bang?" Davian hanya bergumam. Devo tahu Abangnya tengah khawatir sekaligus lelah, tapi satu hal yang tidak bisa dihindarkan dari seorang Davian. Keras kepala. Ia tidak akan mengatakan apapun pada siapapun jika merasa masih bisa menanganinya. Masalah ini hanya diketahui olehnya dan Devo. Itu pun karena Devo sempat menemukan kertas teror untuk Davian, dan tentunya harus mendesak Davian berhari-hari untuk menceritakannya.
"Gue cuman takut satu hal," ucap Davian lirih membuat Devo menatapnya lekat. "Gimana kalau dia berbuat lebih jauh dan yang menerima paketnya adalah Elle?"
Devo hanya diam, ia juga bingung. Ia sudah berusaha keras mencari informasi mengenai masalah ini, tapi nihil. Ingin meminta bantuan pada anggota Invowl, tapi Abangnya ini mengancamnya macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE Davian 👑 (CERITA NGEGANTUNG)
JugendliteraturCERITA TIDAK SELESAI DAN TIDAK AKAN DISELESAIKAN Pangeran sombong Pangeran keras kepala Pangeran manja Pangeran pembuat masalah Dan tentunya pangeran kesayangan semua orang Dunia Reffaelleo Prince Davian Tentang segala tingkahnya yang kadang di luar...