chapter 6

11.8K 752 32
                                    

Sudah sebulan semenjak pernikahan naifar dengan kenan, mereka masih tinggal di apartemen kenan yang dulu.

Setelah pernikahan, hubungan pernikahan mereka belum berangsur membaik, naifar yang masih belum bisa menyesuaikan diri dengan posisinya sekarang yang sudah menjadi istri, membuatnya sedikit kikuk, dan tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Sedangkan Kenan juga entah kenapa setelah menikah dia semakin sibuk dan jarang dirumah, tidak ada waktu untuk dirinya lebih mendekatkan diri untuk istrinya itu.

Begitupun pagi ini ,sebenarnya naifar ingin memeriksakan kandungannya, dan berencana untuk mengajak kenan, tapi dia tidak berani.

naifar tentu saja bisa pergi sendiri, tapi dia tidak berani pergi sendiri ke dokter, dia takut dipandangi aneh oleh orang lain, kandungannya juga sudah terlihat jelas sekarang tidak bisa disembunyikan lagi.
.
.

naifar sekarang sedang sarapan dengan suaminya itu, gerak tubuhnya terlihat gelisah ingin berbicara tapi tidak berani, dia tidak tahu harus memulainya bagaimana.

Hingga akhirnya kenan peka dengan keadaan istrinya itu, sebenarnya kenan juga beberapa kali melirik naifar dengan gemas, istrinya ini terlihat beberapa kali membuka mulutnya ingin berbicara kepadanya, tapi berapa kali juga dia menahan ucapan nya.

"Nai.. kamu menginginkan sesuatu?' ucap kenan setelah melihat istrinya itu beberapa kali menatapnya ketika makan.

Naifar malu, Ketika dia ketahuan sedang menatap suaminya itu.

"A-aku sebenarnya ingin memeriksakan kandungan ku, jika tidak keberatan- umm bisakah..." Ucap naifar dengan sedikit terbata dan gugup.

"Baiklah, akan ku antar.. nanti siang aku akan menjemputmu, pagi ini aku ada meeting penting." Ucap kenan menyela perkataan naifar yang belum selesai semua dia ucapkan dengan suaranya yang tenang, kenan sungguh gemas dengan tingkah istrinya ini.

"Ituu, apa tidak merepotkan?"

"Nai... Kamu istriku, bagaimana kamu bisa merepotkan, lain kali kalau ada apa-apa bicara padaku." Ucap kenan meyakinkan naifar.

"I-iya ..." Naifar masih belum bisa menatap kenan langsung dimata nya , dia selalu menunduk ,dan lihatlah sekarang karena kegugupan nya dia tidak menyadari senyuman kenan yang terarah kepadanya.

Naifar tidak sadar ekspresi nya sekarang membuat kenan ingin melihat wajahnya lebih jelas, hingga akhirnya kenan memiliki ide agar bisa lebih dekat dengan istrinya ini.

"Nai-Kemari.. aku tidak bisa memasangkan dasi, bisakah istriku ini yang memasangkannya.." ucap kenan sedikit menggoda naifar, yang sekarang sedang bersemu malu mendengar ucapan suaminya itu.

"Umm.. baiklah." Naifar akhirnya mendekat kearah kenan.

"Sini duduk di sini.." ucap kenan menepuk pahanya menujukan naifar agar duduk dipangkuan nya.

"Pak-?..." Ucap nai tidak yakin.

"Tidak apa-apa, ayo aku harus segera pergi ke kantor." Ucap kenan tidak sabar.

Naifar menurut dia duduk dipangkuan Kenan, rona dipipinya semakin terlihat jelas membuat kenan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari istrinya ini.

Tangan putih naifar mulai mengikat sampul dasi milik kenan dengan teliti, sedangkan kenan sedari tadi menahan diri agar tidak mencium istrinya ini.

Hening beberapa saat hingga akhirnya kenan mulai berbicara.

"Nai, bisakah kamu tidak memanggilku dengan sebutan bapak lagi... Aku tidak suka mendengar nya, aku suamimu sekarang..." Ucap kenan mengutarakan ketidaksukaannya.

SEMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang