Part 10

488 33 0
                                    

Gama melihat ellin yang sedang berdiri di atas balkon langsung berlari masuk ke dalam kamar ellin

"Lo gak mau loncat kan?" Ellin menatap gama dengan wajah yang bingung

"Gak usah aneh-aneh deh turun lu" ucap gama sambil menarik-narik tangan ellin

"Apansih aah ganggu deh"
"Lu turun anjing ngapain lu disana"
"Gak mau"
"Turun turun gak usah aneh-aneh" gama masih menarik-narik tangan ellin hingga ellin kehilangan keseimbangannya dan terjatuh diatas badan gama.

Beberapa detik mereka tak sadar saling memandang, ellin yang menyadari langsung menjauh dari badan gama.

"Modus lu ya?"
"Idih enak aja gue nyelamatin lu bego"
"Emang gue kenapa dih?"
"Lu mau bunuh diri kan tadi?"
"Gini nih people +62 cuma liat sekilas doang langsung ngambil kesimpulan siapa juga yang mau bunuh diri hah?" Tanya ellin menatap dengan tangan di pinggangnya

"Ya lagian lu ngapain berdiri disini malam-malam gue kan mikirnya jadi kemana-mana"
"Otak lu tuh yang gak beres gue lagi nenangin diri gue, gue ngurung diri lu ngamuk gue udha mau keluar lu juga ngamuk mau lu apa dah?" Tanya ellin yang sudah duduk di sofa yang ada

"Gue gak ngamuk gue cuma gak mau lu bunuh diri, kan yang kena gue sama keluarga gue kalo lu mati sendiri mah gue gak rugi" kini gama ikut duduk di samping ellin yang kini menatap sinar bintang

"Diantara bintang-bintang itu ada nyokap gue gak yah gam?" Gama melirik ellin yang tersenyum namun air matanya mengalir di pipinya

"Ada lah, nyokap bokap lo akan selalu ada dan ngeliat anaknya dari jauh"
"Gue belum sempet bilang sayang ke mereka gam" ucap ellin yang sudah tak bisa membendung kesedihannya, gama langsung membawa ellin ke dalam pelukannya

"Tapi mereka selalu sayang lo lin"
"Semoga ya gam" ucap ellin tersenyum ke arah gama membuat jantung gama berdetak lebih cepat

Saat gama melirik ke arah samping ellin tertidur pulas di pundaknya, gama menyingkirkan rambut yang menutupi wajah ellin

"Cantik" ucap gama pelan sebelum gama memindahkan ellin ke tempat tidur.

Gama mengangkat tubuh ellin dan di rebahkan hati-hati di atas kasur king zise miliknya menyelimuti tubuhnya, dan tanpa sengaja gama melihat ke arah wajah tenang ellin dan tanpa sadar tersenyum.

"Gam" gama gelagapan saat melihat quen yang masuk ke dalam kamar ellin

"Yes mom?"
"Gak usah di pandangin gitu ellinya"
"G-gak mandangin kok mom itu apa namanya"
"Yaya momy ngerti kamu tidur ya biar momy yang jagain ellin" ucap quen mengelus rambut anaknya

"Good night mom"
"Good night to dear"  ucap quen sambil menatap ke arah gama yang sudah keluar kamar.

Keesokan paginya semua orang berkumpul di ruang keluarga

"Ellin saya mau menyampaikan surat wasiat bapak" kata pengacara keluarga ellin yang datang membawa beberapa berkas

"Kok bisa? Kapan papa buatnya"
"Lin pak broto mengidap kanker otak sejak 2 tahun lalu"
"Gak mungkin papa sehat kok" quen langsung memeluk ellin agar ellin tenang

"Pak broto menyembunyikan penyakitnya dari kamu lin, dan ini wasiat yang di tulis bapak untuk kamu" pengacara itu menyerahkan surat yang berisi tanda tangan papanya

"Disini di tulis semua aset berupa mobil, rumah dan perusahaan akan di serahkan ke kamu jika kamu menikah dengan calon pilihan pak broto, jika kamu melanggar itu semua harta yang di miliki pak broto akan di sumbangkan" ucap pengacara, sedangkan gama kaget bukan main dan langsung menatap aksa

"Saya sebenarnya tidak mau menikahkan anak saya karena harta, tapi juga tidak bisa melanggar janji saya ke mas broto, saya mau semua harta yang dimiliki pak broto jatuh ke anaknya dan tidak boleh di sentuh oleh anak saya walaupun nantinya mereka menikah" ucap aksa panjang lebar, aksa hanya tidak mau jika nanti anaknya terbebani masalah harta ini

"Jadi setelah menikah ada perjanjian pra nikah, tapi anak saya wajib menafkahi istrinya walaupun istrinya mampu" ucap aksa kembali
"Baik pak, jadi ellin selama kamu belum menikah dengan gama harta itu tidak akan cair" ellin hanya diam dan memikirkan ayahnya yang ternyata merahasiakan penyakitnya

"Kalo begitu saya pulang dulu"
"Makasih pak nanti pengacara saya akan menghubungi bapak masalah perjanjian pra nikah" ucap aksa menjabat tangan pengacara itu sebelum pergi

Setelah pengacara itu pergi, ellin juga ikut pergi meninggalkan keluarga gama di ruang tamu.

Ellin menatap ruang kerja papanya yang rapi, melihat foto mereka bertiga dengan senyuman di atas meja

"Maafin ellin pa ma" ucap ellin sambil memeluk foto itu

"Lin?" Ellin menghapus air matanya lalu menghampiri ciya yang ada di ambang pintu.

Ciya mendekati ellin lalu memeluk ellin erat hingga ellin tak bisa membendung air matanya lagi

"Nangis lin kalo itu yang bisa buat lu lega" ucap ciya sambil mengelus punggung ellin.

"Gue disini sama lo" ucap ciya lagi dan melepas pelukannya

"Makasih ya kak makasih udah ngeluangin waktu buat gue maaf gue ngerepotin lo dan keluarga"
"Ck lo masih inget aja omongannya gama, gama itu emang gitu lin kalo emosi itu sih karena terlalu sayang aja sama momy" ucap ciya

"Tapi gama baik kok, kalo lo udah ngerti dia pasti lo bakal nemuin sisi sweet dan baiknya gama"
"Tapi gue sama gama gak pernah akur kak" ucap ellin dengan tawa yang sudah terbit walaupun tak bisa selepas dulu

"Gue kadang gemes loh liat lo berdua yang kerjaanya berantem tapi baru kali ini gue kaget liat gama yang biasanya berantem sama gue cuma diem, tapi sama lo dia bisa lebih banyak omong"
"Yakan lo kakaknya kak"
"No bukan karena itu tapi gue tau gama gak mau berurusan sama cewek" ucap ciya yang hanya di balas senyuman oleh

"Turun yuk momy udah nunggu kita makan bareng" ellin mengangguk dan mengikuti ciya turun 

Gama melirik ke arah ellin dan ciya yang menghampiri mereka, gama menatap ellin yang sudah duduk di sampingnya.

"Habis nangis lu ya?" Ellin hanya menatap gama dan mengelap pipinya yang masih basah

"Makan dulu" ucap aksa menatap ke arah gama yang sejak tadi menganggu ellin

"Lin om sama tante nanti mau pulang kamu ikut kita aja ya"
"Gak usah om ellin gak papa kok sendiri disini"
"Tante yang khawatir lin" ucap quen menatap ellin dengan wajah yang cemas

"Kamu ikut kita aja ya sekarang kamu tanggung jawab om sampai kalian menikah" ucap aksa dan dengan terpaksa ellin mengangguk


Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang