PART 04

620 43 1
                                    

Setelah selesai makan dan keluarga ellin pamit pulang, gama memutuskan ke kamar terlebih dahulu. Gama merebahkan badannya di kasur dan menatap langit-langit kamarnya merenungkan yang terjadi hari ini

"Kenapa gue bilang iya ya tadi? Kenapa gue bisa bilang iya tadi sih aah" gama mengusap kasar wajahnya karena merasa menyesal mengambil keputusan dengan cepat.

Tok
Tok

"Gam?" Quen membuka pintu kamar anak laki-laki nya yang terlihat gusar, dan mendekat ke arah gama.

"Kamu kenapa?"
"Mom i wanna ask you something" ucap gama yang sudah mengubah posisinya menjadi duduk begitupun dengan quen yang langsung menarik kursi di sampingnya dan duduk di depan anaknya

"Apa?"
"Hmm kenapa momy jodohin aku di umur aku yang masih muda ini?"
"Ya gak ada alasan spesial momy sama dady cuma menjalankan amanah kita dulu, kalopun kamu nolak ya terserah kamu momy sama daddy gak maksa kamu" ucap quen lembut ke arah anaknya

"Momy sama daddy takut lu homo kali hahhaha" gama menoleh ke ambang pintu yang sudah memperlihatkan ciya sedang tertawa puas

"Ciya" quen menatap tajam ke arah anak gadisnya hingga ciya hanya tersenyum dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bener mom?"
"No, mommy yakin anak mommy normal. Kamu gak bersedia ya silahkan kamu punya hak untuk menolak dan momy gak akan marah?" Ucap quen lagi sambil mengelus rambut anak lelakinya

"Terus kenapa aku boleh menolak sedangkan dia gak boleh?"
"Mungkin om broto sudah percaya sama kamu untuk menjaga anaknya kelak"
"Mommy yakin sama aku i mean berkeluarga bukan hal yang mudah"
Quen lagi-lagi tersenyum ke arah anaknya mengenggam tangan anaknya

"Kalo kamu sudah percaya dengan langkah yang kamu ambil, mommy percaya sayang, udah sekarang tidur besok kita bicara lagi" quen mengembalikan kursi nya ke meja, dan membiarkan anaknya tidur

"Good night sweet heart"
"Good night mom" ucap gama lalu mematikan lampu dan menutup pintu.

Keesokan paginya seperti biasa gama bangun lebih pagi untuk lari keliling komplek dengan aksa.

"Dad i wanna ask you something" aksa menatap anaknya hanya menganggukan kepalanya walaupun tidak berhenti berlari

"Kalo aku nolak perjodohan ini daddy marah?"
"Enggak, kenapa harus marah itu pilihan hidup kamu daddy gak akan marah, kamu mau batalin perjodohan ini? Silahkan tapi kamu harus ngomong sendiri sama om broto jadi cowok gentle" setelah mengatakan itu aksa berlari lebih kencang mendahului gama, namun gama mampu mengejar aksa

Sesampainya di rumah gama langsung masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap sekolah.
Saat akan turun untuk makan gama melihat kakaknya yang juga bersiap-siap untuk ke kantor

"Kak gue ikut lo ya?" Ciya yang mendengar itu sontak meletakan lipstiknya tadi di meja rias

"Apa lo bilang?"
"Gue nebeng sama lo"
"Serius?"
"Tumben amat lu mau sama gue"
"Ada yang mau gue tanyain"
"Soal nikah ya cieee ada yang gak sabar nikah"
"Gak gitu kak"
"Iya ya gak usah ngambek,ntar lu ama gue oke gue dengerin curhatan lo gundah gulana lo"
"Lebay" ucap gama lalu meninggalkan ciya untuk turun ke bawah.

"Pagi mom dad" ucap gama yang langsung duduk di samping depan aksa yang di susul dengan ciya.

Setelah selesai sarapan ciya dan gama mencium tangan ke dua orang tuanya berpamitan

"Loh gam helm kamu ketinggalan" teriak quen dari dalam rumah saat melihat gama tidak membawa helmnya juga

"Gak mom adek sama aku katanya mau curhat" ucap ciya mengejek namun gama hanya diam dan menatap tajam ke arah kakaknya

"Ya sekarang lo mau curhat apa? Mau tanya gimana rasanya pacaran? Atau caranya ngajak anak orang ngedate? Atau malam pertama?" Gama menghela nafasnya mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut kakaknya

"Bukan itu"
"Terus apa dong atau"
"Bisa gak dengerin gue dulu baru lu ngomong" ciya menutup mulutnya lalu tersenyum tanpa dosa

"Gue mau batalin perjodohan ini"
"Ooh yaudah itu mah terserah lo"
"Lo nggak kaget?"
"Kenapa kaget, hak dan pilihan lo kok itukan hidup lo, lo yang nentuin lo yang jalanin gue sebagai kakak lo yang tugas ngedoain lo" gama terkesima melihat kakaknya bisa berbicara sebijak ini

"Lagian ya gam, nikah bukan hal yang mudah kalo lo gak yakin sama pernikahan lo gimana nasib istri lo nanti, rumah tangga lo"
"Menurut lo kenapa bonyok jodohin gue di umur gue sekarang?"
"Dikira homo kali"
"Kak!!" Ciya menghentikan tawanya saat melihat ekspresi adiknya yang serius

"Mungkin mereka percaya sama lo, kalo lo bisa membangun rumah tangga, berkeluarga, mandiri dan bisa jaga amanah mereka. Tapi kalo lo-nya belum siap jangan di paksain" gama menghela nafasnya di otaknya kini memikirkan banyak hal termasuk ellin yang selalu memenuhi fikirannya

"Udah fikirin yang mateng dulu ini masa depan lo, apapun yang lo pilih menentukan lo gimana kedepannya"
"Makasih ya kak"
"Iyee gak usah melow melow gitu gak cocok di lu, udah sekarang lu turun gue mau ke kantor udah siang" gama hanya diam dan keluar dari mobil tanpa sepatah kata pun.

"Gamaa" seorang gadis menghampiri gama dan memeluk lengan gama membuat gama risih

"Motor kamu mana? Tadi sama siapa? Kok cewek"
"Bukan urusan lo"
"Urusan aku dong aku kan pacar kamu" disaat bersamaan motor lewat dan berhenti di samping mereka

"Nay ngintil mulu kek upil yaaa"
"Dit gue ikut" gama melepas kasar tangan nayla lalu naik ke atas motor

"Dit cabut"
"Gila lu baru aja sampe masa udah cabut aja"
"Udah cabut gue lagi males sekolah"
"Yaudah tapi kemana?"
"Kost an lu"
"Ngghokey" adit memutar balik motornya menuju ke kostnya

Sesampainya disana gama mengeluarkan benda panjang di dalam tasnya lalu mematik nya dengan api

"Kenapa lu? Ada masalah?" Tanya adit yang sudah duduk di samping gama

"Menurut lo kalo gue di jodohin gimana?" Adit yang sedang minum langsung tersedak saking kagetnya

"Elu di jodohin? Lah kenapa? Mukak lo ganteng, kapten basket, tajir"
"Ya emang kalo orang di jodohin musti kayak lu dulu?"
"Maksud lu gue jelek?"
"Tu lo bilang sendiri" ucap gama dengan gampangnya membuat adit sedikit kesal

"Tapi gue serius dit"
"Ya terserah lu anjing lu yang jalanin lu yang kawin masa nanya gue"
"Gue bingung"
"Bingung kenape? Ceweknya jelek? Atau banci"
"Ya kagak masa gue di jodohin sama banci yang bener aja lu, ceweknya sih ya manis tapi...."
"Tapi apa?".
"Lu tau ellin kan?"
"Ceweknya ellin? Bendahara kelas?" Gama mengangguk sedangkan adit sedang tertawa kencang menertawakan nasib sahabatnya

"Emang jodoh lu ama dia gam ahhaha bagus loh dia cantik gam"
"Iya gak usah segitunya juga" adit menghentikan tawanya dan mulai membenarkan posisinya

"Gini ya kalo lo belum yakin sama keputusan lo, lo tanya orang tuanya kenapa dia ngejodohin anak gadisnya ke lo. Gam orang tua mana pun paling susah ngelepas anak gadisnya apalagi dengan alasan yang gak jelas pasti mereka punya alasan yang tepat milih lo buat jagain ellin anak gadis satu-satunya mereka"

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang