Part 26

480 26 0
                                    

Ellin menitikan air matanya saat melihat keakraban gala dengan kedua mertuanya ada penyesalan di dalam nya karena sudah memisahkan cucu dengan nenek kakeknya. Gama mendekat ke arah ellin memeluk ellin lalu menatap ellin dengan senyuman.

"Grandpa bisa kan gala pulang sekarang?" Tanya gala
"Bentar ya sayang" ucap aksa lalu menekan salah satu tombol di hp nya lalu menelpon seseorang

"Gimana?" Tanya aksa pada seseorang di seberang sana
"......"
"Okay pastikan semuanya aman saya tidak mau terjadi apa-apa dengan cucu saya"
"....." Setelah itu aksa mematikan sambungan teleponnya, lalu menatap ke arah ellin dan gama yang sedang duduk di sofa

"Ellin, gala akan di pulangkan kamu ikut sama momy kan? Tinggal sama momy lagi ya" ellin diam bahkan
"Ellin pikirin dulu ya mom, tapi gala akan tinggal sama momy kok"
"Kamu masih marah sama gama?" Kini aksa yang bertanya karena quen yang sudah cukup sedih mendengar jawaban ellin, bukan hanya queen gama pun khawatir jika ellin tak bisa memaafkannya.

"Hmm kita kan bukan suami istri lagi mom, gak etis rasanya kalo aku satu rumah dengan seseorang yang bukan suami saya"
"Tapi lin...."
"Gam, gala akan tinggal sama kamu, selama masa penyembuhannya dan selama itu aku bakal sering kesana" gama yang hendak menjawab omongan ellin terhenti karena ciya beserta anak buahnya masuk ke dalam ruang rawat dan langsung memeluk ellin

"Aaa kangen banget kemana aja sih?"
"Gak kemana-mana kak, kakak apa kabar?"
"Baik dong, kamu gimana? Ponakan aku mana?" Ellin menunjuk ke arah brankar rumah sakit dan langsung saja ciya menghampiri ponakannya

"Ini mah gama banget" ucap ciya saat melihat ponakannya, sedangkan gala meraih tangan ciya dan mencium tangan ciya

"mukak boleh bapaknya tapi atitude tetap emaknya baguslah"
"Lah emang kenapa sama atitude gue?" Tanya gama ke arah ciya, sedangkan ciya memutar bola matanya malas melihat gama yang sok polos

"Eeh bapak gama aryasetya udah berapa hari lu disini? Gak ada ngabarin gue, gak ada lu nyariin gue atau ponakan lu, malah laki gue yang ketemu lu duluan durhaka ya lu ma gue" gama hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Yaa maaf gue kan sibuk"
"Sibuk ngapain lu? Bunuh orang?"
"Ciyaa ada anak kecil" ciya langsung menutup mulutnya dan berhenti berbicara karena merasa bersalah.

"Bunuh orang? Kan dosa bunuh orang kok ayah bunuh orang" ellin menghela nafasnya sedangkan gama menatap tajam ke arah ciya membuat ciya semakin merasa bersalah.

"Ayah bunuh orang?" Tanyanya sekali lagi, gama menghela nafasnya mendekat ke arah sang anak sedangkan ellin sedang bertelepati dalam hatinya mudah-mudahan gama mendengar untuk tidak bicara yang aneh-aneh lagi

"Enggak lah gak ada yang bunuh orang, ayah cuma bunuh serangga yang menganggu ayah"
"Ooh, emang ga dosa bun?" Tanya lagi ke arah ellin yang sedang bengong dan tak tau harus merespon. Untung saja sesorang perawat dan dokter masuk ke dalam ruang rawat gala.

"Ini dokter leon lin sepupunya gama, dan dokter pribadi keluarga dady dokter leon yang akan merawat gala 24 jam di rumah" ellin menjabat tangan dokter di depannya, dan dokter leon tersenyum ramah ke arah ellin

"Pantesan gama gila, kalo istrinya secantik ini" gama melirik tajam ke arah dokter leon sedangkan leon hanya acuh dan mulai mengecek kondisi gala.

"Kondisinya baik, tapi masih perlu perawatan intensif"
"Yon kemungkinan bisa di pindahkan gak hari ini, rawat di rumah aja"
"Bisa kok, sus siapin semuanya ya" ucap dokter leon ke arah perawat di samping dokter leon. Leon melepas sarung tangannya dan mendekat ke arah gama lalu menepuk pundak gama

"Gimana rasanya ketemu sama belahan jiwa lu selama 10 tahun lu kayak orang gila"
"Yaaa seneng banget lah apalagi gue udah punya anak sekarang"
"Aahhaa boleh lah anak lo jodohin sama anak gue nanti" ucap dokter leon dengan tawan renyah nya begitupun gama ikut tertawa, ciya yang melihat ellin terus menatap gama pun ikut tersenyum

"10 tahun yang lalu gue lihat senyum itu terakhir kali" ellin menatap ciya
"Maksudnya kak?"
"Selama 10 tahun dia mengasingkan diri di turki, gak ada lagi tawa dia gak pernah kesel sama gue dia berubah jadi cowok berdarah dingin yang gak segan-segan membunuh lawannya gama arya setya mafia yang di takuti seantero indonesia bahkan asia, gak ada senyum tulus yang ada hanya senyum licik" ellin menatap ke arah gama yang masih mengobrol dengan dokter leon walaupun sudah tak tertawa seperti tadi, tapi ellin dan ciya merasakan kebahagiaan itu.

"Kita pulang sayang" ucap aksa dan queen dengan senyuman merekah ke arah cucunya, leon yang menghentikan obrolannya dan mendekat ke arah perawat yang sudah datang

"Gimana om? Udah siap semua?"
"Sudah"
"Gala duduk di kursi roda ya kita pulang" ucap dokter leon lalu gama mengangkat tubuh kecil putranya lalu mendorong keluar ruangan dengan infus yang masih di tangannya, gala kaget melihat begitu banyak orang yang memakai baju hitam di depan kamar rawatnya

"Ayah dia siapa?"
"Dia anak buah ayah yang bakal jagain kamu sama bunda" gala hanya mengangguk. Setelah menempuh perjalanan sampailah mereka di mansion mewah milik gama.

Gama membawa gala ke kamarnya yang baru saja di renov dan baru diisi dengan banyak mainan. Gala menganga ketika masuk ke dalam kamar mewah miliknya

"Ini kamar gala?"
"Iyaa ini kamar gala, gala akan tinggal sama ayah mulai sekarang"
"Bunda juga akan tinggal disini kan?" Tanya gala ke arah bundanya yang sedang memasukan baju anak ya ke dalam lemari "heh?"

"Bunda disini kan sama gala sama ayah?" Gama menatap cemas ke arah ellin menunggu jawaban ellin

"Gala, gala disini sama ayah tinggalnya bunda pulang ke mansion tapi bunda janji bakal kesini tiap hari" ucap ellin menjelaskan dengan hati-hati agara anaknya tidak tersinggung apalagi anak berumur 9 tahun yang pastinya memory nya akan tersimpan

"Kenapa gak disini sama ayah?"
"Bunda sama ayah itu tinggalnya kan pisah"
"Tapi bunda sama ayah temen aku tinggal gak pisah" gama menghela nafasnya bagaimana dia bisa menjelaskan keadaanya saat ini

"Mansion kakek gak ada yang jagain kalo bunda disini, jadi gala tinggal sama ayah dulu oke" ucap gama memberi pengertian walaupun harus berbohong dengan anak 9 tahun yang mungkin sudah sedikit mengerti tapi hanya tidak bisa mengungkapkanya

"Jangan sedih dong kan tidurnya sama ayah, ya kan ayah?" Tanya ellin yang diangguki oleh gama

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang